Pecahkan Mitos, Pemuda Bawean Tapaki 99 Puncak Tinggi
Jum'at, 21 Agustus 2020 - 15:22 WIB
"Ini yang tidak diketahui oleh orang, bahkan BKSDA pun tidak tahu bahwa ada tebing karst berbentuk tower yang berusia 16,2 juta tahun," ungkap Heri. Menurutnya, tebing karst itu bisa menjadi destinasi luar biasa. Sejumlah fasilitas sudah disediakan oleh alam. Lokasi ini bisa dijadikan camping ground, wisata petualangan, hingga dijadikan kajian-kajian ilmu pengetahuan.
"Dan ini adalah batuan dasar Pulau Bawean. Kalau bicara tebing karst ini sebenarnya dasar samudra. Nah ini yang tidak dilihat oleh dinas-dinas bahwa ada fenomena menarik di Pulau Bawean," tegasnya.
Ia menegaskan, jika dihubungkan dengan geosait geopark, pulau Bawean yang notabene adalah pulau Keno ini seharusnya sudah masuk dalam kawasan dibawah proteksi Unesco. Tim yang didominasi oleh mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu seperti geologi, kehutanan, guru bahasa Inggris dan lainnya ini bertekad meyelesaikan pendakian hingga 28 Oktober 2020 mendatang.
Sedangkan hasil ekspedisi sendiri, kata Heri, akan mereka bukukan. Dokumen tersebut bakal dijadikan literatur yang bisa menceritakan kecantikan pulau Bawean. "Mudah-mudahan dengan tim inilah nanti jadi komunitas yang bisa membuat segala macam program tentang edukasi dan potensi. Dengan harapan pulau ini lebih terangkat lagi," imbuhnya,
Setelah misi pemecahan tentang mitos 99 puncak tinggi selesai, para pemyuda Bawean tidak akan berhenti. Kedepan akan ada kegiatan-kegiatan lainnya. "Banyak hal yang bisa digarap di Pulau Bawean ini. Seperti halnya Pos SAR, karena kalau dihubungkan dengan analisa kebencanaan disini Pos SAR tidak ada. Oktober nanti rencana akan ada kegiatan SAR laut dan SAR darat," tandas Heri.
"Dan ini adalah batuan dasar Pulau Bawean. Kalau bicara tebing karst ini sebenarnya dasar samudra. Nah ini yang tidak dilihat oleh dinas-dinas bahwa ada fenomena menarik di Pulau Bawean," tegasnya.
Ia menegaskan, jika dihubungkan dengan geosait geopark, pulau Bawean yang notabene adalah pulau Keno ini seharusnya sudah masuk dalam kawasan dibawah proteksi Unesco. Tim yang didominasi oleh mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu seperti geologi, kehutanan, guru bahasa Inggris dan lainnya ini bertekad meyelesaikan pendakian hingga 28 Oktober 2020 mendatang.
Sedangkan hasil ekspedisi sendiri, kata Heri, akan mereka bukukan. Dokumen tersebut bakal dijadikan literatur yang bisa menceritakan kecantikan pulau Bawean. "Mudah-mudahan dengan tim inilah nanti jadi komunitas yang bisa membuat segala macam program tentang edukasi dan potensi. Dengan harapan pulau ini lebih terangkat lagi," imbuhnya,
Setelah misi pemecahan tentang mitos 99 puncak tinggi selesai, para pemyuda Bawean tidak akan berhenti. Kedepan akan ada kegiatan-kegiatan lainnya. "Banyak hal yang bisa digarap di Pulau Bawean ini. Seperti halnya Pos SAR, karena kalau dihubungkan dengan analisa kebencanaan disini Pos SAR tidak ada. Oktober nanti rencana akan ada kegiatan SAR laut dan SAR darat," tandas Heri.
(shf)
tulis komentar anda