Siasat Jitu Keluarga di Kota Pahlawan Melewati Pagebluk
Kamis, 30 April 2020 - 18:25 WIB
SURABAYA - Pandemi COVID-19 memunculkan beragam cinta keluarga yang dibangun di tiap sudut rumah. Setiap anggota keluarga menjadi mengerti bahwa bukan uang yang mampu memendarkan kebahagiaan, tapi kesehatan.
Jalan kehidupan yang dijalani saat ini adalah bertahan. Menjalani kehidupan di tengah ancaman virus Corona. Dan para keluarga di berbagai daerah pantang untuk menjadi sakit di tengah ancaman masif COVID-19.
Susanti, (38) membuka jendela di depan rumahnya hanya untuk memastikan ada angin dan cahaya di permulaan senja yang terlihat memerah di ujung barat Surabaya. Matanya masih tertinggal di jalanan ketika seseorang yang berhenti di depan rumahnya memunguti sampah yang sudah mengunung di kotak hitam tepat di dekat pagar besi berwarna coklat muda.
Sudah dua bulan ini Susanti tak lagi bekerja di kantornya. Bersama sang suami dan tiga anaknya, mereka membantu belajar dan bermain anak-anak di rumah. Sirkulasi udara di rumah benar-benar dijaga, ia tak ingin anggota keluarganya sakit di tengah pandemi yang terus memberikan teror.
"Pagi kami rutin olahraga kecil di halaman rumah. Asupan vitamin juga kami jaga, tapi anak-anak memang mulai bosan berada di rumah terus-terusan," kata Susanti, Kamis (30/4/2020).
Dua pekan lalu, ia sempat dibuat panik ketika suaminya Barit (48) tiba-tiba batuk dengan dahak di malam hari. Menjelang Subuh, batuk itu belum juga berhenti. Kepanikannya semakin menjadi ketika sang suami mulai sesak nafas.
Di pagi buta, ia mulai mendera. Kepanikan bercampur rasa takut menyelimuti dirinya yang mulai berkeringat sebesar biji jagung ketika mengendong anak bungsunya sambil melihat kondisi suaminya di kamar.
Dalam situasi saat ini, ia harus berpikir cepat untuk bisa membawa suaminya ke rumah sakit. Namun, ancaman penularan virus Corona yang masih saja bertebaran menciutkan nyalinya.
Setelah matahari menampakkan diri, Susanti menerobos pagi untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Mereka harus mengambil keputusan cepat untuk pengobatan suaminya yang tengah terpuruk. Setelah hampir dua minggu berada di rumah dan terjadi pemotongan gaji di tempatnya bekerja, kondisi keuangan keluarga memang menipis.
Jalan kehidupan yang dijalani saat ini adalah bertahan. Menjalani kehidupan di tengah ancaman virus Corona. Dan para keluarga di berbagai daerah pantang untuk menjadi sakit di tengah ancaman masif COVID-19.
Susanti, (38) membuka jendela di depan rumahnya hanya untuk memastikan ada angin dan cahaya di permulaan senja yang terlihat memerah di ujung barat Surabaya. Matanya masih tertinggal di jalanan ketika seseorang yang berhenti di depan rumahnya memunguti sampah yang sudah mengunung di kotak hitam tepat di dekat pagar besi berwarna coklat muda.
Sudah dua bulan ini Susanti tak lagi bekerja di kantornya. Bersama sang suami dan tiga anaknya, mereka membantu belajar dan bermain anak-anak di rumah. Sirkulasi udara di rumah benar-benar dijaga, ia tak ingin anggota keluarganya sakit di tengah pandemi yang terus memberikan teror.
"Pagi kami rutin olahraga kecil di halaman rumah. Asupan vitamin juga kami jaga, tapi anak-anak memang mulai bosan berada di rumah terus-terusan," kata Susanti, Kamis (30/4/2020).
Dua pekan lalu, ia sempat dibuat panik ketika suaminya Barit (48) tiba-tiba batuk dengan dahak di malam hari. Menjelang Subuh, batuk itu belum juga berhenti. Kepanikannya semakin menjadi ketika sang suami mulai sesak nafas.
Di pagi buta, ia mulai mendera. Kepanikan bercampur rasa takut menyelimuti dirinya yang mulai berkeringat sebesar biji jagung ketika mengendong anak bungsunya sambil melihat kondisi suaminya di kamar.
Dalam situasi saat ini, ia harus berpikir cepat untuk bisa membawa suaminya ke rumah sakit. Namun, ancaman penularan virus Corona yang masih saja bertebaran menciutkan nyalinya.
Setelah matahari menampakkan diri, Susanti menerobos pagi untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Mereka harus mengambil keputusan cepat untuk pengobatan suaminya yang tengah terpuruk. Setelah hampir dua minggu berada di rumah dan terjadi pemotongan gaji di tempatnya bekerja, kondisi keuangan keluarga memang menipis.
tulis komentar anda