Siasat Jitu Keluarga di Kota Pahlawan Melewati Pagebluk
loading...
A
A
A
SURABAYA - Pandemi COVID-19 memunculkan beragam cinta keluarga yang dibangun di tiap sudut rumah. Setiap anggota keluarga menjadi mengerti bahwa bukan uang yang mampu memendarkan kebahagiaan, tapi kesehatan.
Jalan kehidupan yang dijalani saat ini adalah bertahan. Menjalani kehidupan di tengah ancaman virus Corona. Dan para keluarga di berbagai daerah pantang untuk menjadi sakit di tengah ancaman masif COVID-19.
Susanti, (38) membuka jendela di depan rumahnya hanya untuk memastikan ada angin dan cahaya di permulaan senja yang terlihat memerah di ujung barat Surabaya. Matanya masih tertinggal di jalanan ketika seseorang yang berhenti di depan rumahnya memunguti sampah yang sudah mengunung di kotak hitam tepat di dekat pagar besi berwarna coklat muda.
Sudah dua bulan ini Susanti tak lagi bekerja di kantornya. Bersama sang suami dan tiga anaknya, mereka membantu belajar dan bermain anak-anak di rumah. Sirkulasi udara di rumah benar-benar dijaga, ia tak ingin anggota keluarganya sakit di tengah pandemi yang terus memberikan teror.
"Pagi kami rutin olahraga kecil di halaman rumah. Asupan vitamin juga kami jaga, tapi anak-anak memang mulai bosan berada di rumah terus-terusan," kata Susanti, Kamis (30/4/2020).
Dua pekan lalu, ia sempat dibuat panik ketika suaminya Barit (48) tiba-tiba batuk dengan dahak di malam hari. Menjelang Subuh, batuk itu belum juga berhenti. Kepanikannya semakin menjadi ketika sang suami mulai sesak nafas.
Di pagi buta, ia mulai mendera. Kepanikan bercampur rasa takut menyelimuti dirinya yang mulai berkeringat sebesar biji jagung ketika mengendong anak bungsunya sambil melihat kondisi suaminya di kamar.
Dalam situasi saat ini, ia harus berpikir cepat untuk bisa membawa suaminya ke rumah sakit. Namun, ancaman penularan virus Corona yang masih saja bertebaran menciutkan nyalinya.
Setelah matahari menampakkan diri, Susanti menerobos pagi untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Mereka harus mengambil keputusan cepat untuk pengobatan suaminya yang tengah terpuruk. Setelah hampir dua minggu berada di rumah dan terjadi pemotongan gaji di tempatnya bekerja, kondisi keuangan keluarga memang menipis.
Biaya kesehatan tak masuk dalam perhitungannya di tengah pandemi. Sebab, semuanya sudah tersedot pada kebutuhan makan serta peralatan pelindung diri dari ancaman Covid-19.
Beruntung, sejak tiga tahun yang lalu ia sudah memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa Prudential Syariah yang membuat hatinya lebih lega. Dengan tiga anak yang semuanya masih dalam tahap pendidikan jelas membutuhkan perhatian besar.
Suaminya yang bekerja sebagai seorang guru di SMPN 1 Surabaya memberinya keyakinan untuk memiliki asuransi syariah. Semua pilihan itu dijadikannya sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Segala sesuatu bisa saja terjadi, termasuk dalam menghadapi pandemi seperti ini.
"Hidup di kota besar dengan tiga anak kita harus bisa mengatur keuangan dengan baik. Segala kemungkinan harus direncanakan," jelasnya.
Dengan pendapatan yang cukup, Susanti berserta suami harus bisa menyeimbangkan kebutuhan dengan pengeluaran harian. Pendidikan tiga buah hatinya serta kesiapan masyarakat urban seperti dirinya yang mengadu nasib di Kota Pahlawan.
"Makanya saya memilih asuransi yang bisa sekaligus menabung. Ini yang bisa memberikan manfaat bagi keluarga kami, terutama di tengah pandemi seperti ini," ucapnya.
Kesehatan menjadi aset yang tak ternilai. Sehingga ancaman di masa pagebluk seperti ini menjadi ujian kehidupan. Mereka tetap yakin untuk bisa melewati masa pandemi. Persiapan keluarga pun sudah lebih matang, ia dibekali asuransi dan sisa tabungan yang cukup untuk melewati pandemi COVID-19.
Head of Product Development Prudential Indonesia Himawan Purnama menuturkan, ada banyak kebutuhan yang ingin dimiliki warga Indonesia dalam mendukung kehidupannya. Ada kesempatan besar pada masyarakat yakni asuransi PRUCinta yang dianggap bermanfaat memberikan santunan meninggal dunia selama 20 tahun dengan pembayaran kontribusi selama sepuluh tahun saja.
Asuransi PRUCinta juga menawarkan manfaat jatuh tempo berupa nilai tunai dari Dana Nilai Tunai yang dimaksimalkan setara 100% kontribusi yang telah dibayarkan. Semua itu diberikan jika tidak ada klaim selama masa kepesertaan yang bisa menguntungkan masyarakat.
Himawan melanjutan, PRUCinta juga memberikan empat kali lipat santunan asuransi meninggal dunia akibat kecelakaan selama bulan Ramadan sampai dua minggu setelahnya. Kemudahan ini tentu bisa menambah rasa tenang dalam menjalankan inadah di bulan suci Ramadan.
Asuransi jiwa memang belum begitu tenar. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sempat membeberkan sepanjang 2019, tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia baru mencapai 1,2% dibandingkan total Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut masih tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan (8,4%), Jepang (6,2%), dan China (2,8%).
Goverment Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyono mengatakan, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya perlindungan jiwa memang belum begitu populer. Tak semua menyambutnya dengan prinsip menjaga diri.
Nini menjelaskan, saat ini pemahaman pengelolaan keuangan masyarakat juga masih minim, khususnya pada produk asuransi syariah. Menurutnya indeks literasi asuransi syariah hanya sebesar 2,51% dan inklusi syariah hanya 1,92%.
Jalan kehidupan yang dijalani saat ini adalah bertahan. Menjalani kehidupan di tengah ancaman virus Corona. Dan para keluarga di berbagai daerah pantang untuk menjadi sakit di tengah ancaman masif COVID-19.
Susanti, (38) membuka jendela di depan rumahnya hanya untuk memastikan ada angin dan cahaya di permulaan senja yang terlihat memerah di ujung barat Surabaya. Matanya masih tertinggal di jalanan ketika seseorang yang berhenti di depan rumahnya memunguti sampah yang sudah mengunung di kotak hitam tepat di dekat pagar besi berwarna coklat muda.
Sudah dua bulan ini Susanti tak lagi bekerja di kantornya. Bersama sang suami dan tiga anaknya, mereka membantu belajar dan bermain anak-anak di rumah. Sirkulasi udara di rumah benar-benar dijaga, ia tak ingin anggota keluarganya sakit di tengah pandemi yang terus memberikan teror.
"Pagi kami rutin olahraga kecil di halaman rumah. Asupan vitamin juga kami jaga, tapi anak-anak memang mulai bosan berada di rumah terus-terusan," kata Susanti, Kamis (30/4/2020).
Dua pekan lalu, ia sempat dibuat panik ketika suaminya Barit (48) tiba-tiba batuk dengan dahak di malam hari. Menjelang Subuh, batuk itu belum juga berhenti. Kepanikannya semakin menjadi ketika sang suami mulai sesak nafas.
Di pagi buta, ia mulai mendera. Kepanikan bercampur rasa takut menyelimuti dirinya yang mulai berkeringat sebesar biji jagung ketika mengendong anak bungsunya sambil melihat kondisi suaminya di kamar.
Dalam situasi saat ini, ia harus berpikir cepat untuk bisa membawa suaminya ke rumah sakit. Namun, ancaman penularan virus Corona yang masih saja bertebaran menciutkan nyalinya.
Setelah matahari menampakkan diri, Susanti menerobos pagi untuk membawa suaminya ke rumah sakit. Mereka harus mengambil keputusan cepat untuk pengobatan suaminya yang tengah terpuruk. Setelah hampir dua minggu berada di rumah dan terjadi pemotongan gaji di tempatnya bekerja, kondisi keuangan keluarga memang menipis.
Biaya kesehatan tak masuk dalam perhitungannya di tengah pandemi. Sebab, semuanya sudah tersedot pada kebutuhan makan serta peralatan pelindung diri dari ancaman Covid-19.
Beruntung, sejak tiga tahun yang lalu ia sudah memiliki asuransi kesehatan dan asuransi jiwa Prudential Syariah yang membuat hatinya lebih lega. Dengan tiga anak yang semuanya masih dalam tahap pendidikan jelas membutuhkan perhatian besar.
Suaminya yang bekerja sebagai seorang guru di SMPN 1 Surabaya memberinya keyakinan untuk memiliki asuransi syariah. Semua pilihan itu dijadikannya sebagai bekal dalam menjalani kehidupan. Segala sesuatu bisa saja terjadi, termasuk dalam menghadapi pandemi seperti ini.
"Hidup di kota besar dengan tiga anak kita harus bisa mengatur keuangan dengan baik. Segala kemungkinan harus direncanakan," jelasnya.
Dengan pendapatan yang cukup, Susanti berserta suami harus bisa menyeimbangkan kebutuhan dengan pengeluaran harian. Pendidikan tiga buah hatinya serta kesiapan masyarakat urban seperti dirinya yang mengadu nasib di Kota Pahlawan.
"Makanya saya memilih asuransi yang bisa sekaligus menabung. Ini yang bisa memberikan manfaat bagi keluarga kami, terutama di tengah pandemi seperti ini," ucapnya.
Kesehatan menjadi aset yang tak ternilai. Sehingga ancaman di masa pagebluk seperti ini menjadi ujian kehidupan. Mereka tetap yakin untuk bisa melewati masa pandemi. Persiapan keluarga pun sudah lebih matang, ia dibekali asuransi dan sisa tabungan yang cukup untuk melewati pandemi COVID-19.
Head of Product Development Prudential Indonesia Himawan Purnama menuturkan, ada banyak kebutuhan yang ingin dimiliki warga Indonesia dalam mendukung kehidupannya. Ada kesempatan besar pada masyarakat yakni asuransi PRUCinta yang dianggap bermanfaat memberikan santunan meninggal dunia selama 20 tahun dengan pembayaran kontribusi selama sepuluh tahun saja.
Asuransi PRUCinta juga menawarkan manfaat jatuh tempo berupa nilai tunai dari Dana Nilai Tunai yang dimaksimalkan setara 100% kontribusi yang telah dibayarkan. Semua itu diberikan jika tidak ada klaim selama masa kepesertaan yang bisa menguntungkan masyarakat.
Himawan melanjutan, PRUCinta juga memberikan empat kali lipat santunan asuransi meninggal dunia akibat kecelakaan selama bulan Ramadan sampai dua minggu setelahnya. Kemudahan ini tentu bisa menambah rasa tenang dalam menjalankan inadah di bulan suci Ramadan.
Asuransi jiwa memang belum begitu tenar. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) sempat membeberkan sepanjang 2019, tingkat penetrasi asuransi jiwa di Indonesia baru mencapai 1,2% dibandingkan total Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut masih tertinggal dari negara-negara Asia lainnya seperti Korea Selatan (8,4%), Jepang (6,2%), dan China (2,8%).
Goverment Relations and Community Investment Director Prudential Indonesia Nini Sumohandoyono mengatakan, kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya perlindungan jiwa memang belum begitu populer. Tak semua menyambutnya dengan prinsip menjaga diri.
Nini menjelaskan, saat ini pemahaman pengelolaan keuangan masyarakat juga masih minim, khususnya pada produk asuransi syariah. Menurutnya indeks literasi asuransi syariah hanya sebesar 2,51% dan inklusi syariah hanya 1,92%.
(eyt)