Kisah Keturunan Batara Katong Ponorogo Pantang Makan Daging Sapi

Minggu, 10 Desember 2023 - 12:44 WIB
Pasukan Ki Ageng Kutu terdiri dari golongan Ajar, yakni para pendeta dan pertapa. Dipimpin langsung Ki Ageng Kutu yang menunggang seekor banteng, mereka diminta mengangkat pedang dan tombak.

Serangan Ki Ageng Kutu selalu berlangsung malam hari dan itu membuat Batara Katong kewalahan. Ki Ageng Kutu menerapkan model perang gerilya. Pasukannya tiba-tiba muncul dari rimbunnya hutan Wengker.

Hingga pada satu titik serangan mengakibatkan pasukan Batara Katong tercerai berai. Batara Katong sendiri dalam kondisi terluka parah dan nyaris mati. Yang mengikutinya hanya Kiai Seloaji dan beberapa orang pembantu.

“Batara Katong bersembunyi di tepi hutan di sebuah desa kosong”. Di dusun kecil itu Batara Katong berada dalam situasi sulit. Bekal telah habis. Tidak ada satupun makanan yang bisa dimakan.

Satu-satunya yang ada di tempat hanya seekor sapi dengan anaknya yang masih kecil. Oleh pengikutnya, sapi itu hendak disembelih untuk makanan, namun Batara Katong melarangnya. “Batara Katong tidak mengizinkannya dan hanya mengambil susunya”.



Berkat rutin minum susu sapi hasil pemerahan setiap pagi, kekuatan Batara Katong kembali pulih. Beserta pasukannya ia kembali maju ke medan perang melawan pasukan Ki Ageng Kutu. Sejak itu Batara Katong mengeluarkan pepali seluruh keturunannya dilarang makan daging sapi.

Bila dilanggar dari badan akan keluar bentol-bentol seperti biduran, rasanya gatal dan panas. Sementara di medan perang Batara Katong berhasil mengalahkan Ki Ageng Kutu. Batara Katong menyiasati dengan menyalakan obor di mana-mana.

Nyala obor di malam hari membuat mata Ki Ageng Kutu silau. Dalam sebuah serangan yang disertai tusukan tombak ke arah dada, Ki Ageng Kutu tewas seketika. Dadanya tertembus tombak hingga ke tulang belikat. Begitu juga dengan banteng tunggangannya, juga tewas.

Dalam kondisi sekarat Ki Ageng Kutu melontarkan kutukan. “Baiklah Batara Katong, sekarang aku kalah olehmu. Kelak di kemudian hari, anak cucuku membalas anak cucumu yang masih hidup,” dikutip dari Kisah Brang Wetan Berdasarkan Babad Alit dan Babade Nagara Patjitan.
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content