KH Abdul Chalim, Pahlawan Nasional asal Majalengka Keturunan Sunan Gunung Jati
Rabu, 08 November 2023 - 19:30 WIB
Nahdlatul Wathan yaitu tempat pengkaderan dan pengkursusan para pemuda yang dipersiapkan untuk menjadi para pemimpin bangsa.
Untuk periode 1924 dipimpin langsung oleh KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Chalim sebagai sekretarisnya dengan jumlah peserta sebanyak 65 peserta. Mereka berdua juga bertindak sebagai tutor.
Karena kepandaian mereka dalam melakukan Tahrikil Afkar (memotivasi dan membangkitkan semangat) utamanya untuk kemerdekaan, maka Nahdlatul Wathan pada periode ini setelah menyelesaikan program kurikulumnya menjelma menjadi Syubbanul Wathan.
Pada saat memimpin Syubbanul Wathan, mereka mendirikan Komite Hijaz yang bertugas untuk mengundang ulama-ulama pesantren dengan agenda untuk mendirikan organisasi ulama-ulama pesantren. Hal ini untuk merespons kejadian yang terdapat di Hijaz dan agenda utamanya adalah untuk kemerdekaan Indonesia.
Komite Hijaz pada tanggal 31 Januari 1926 yang bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H menyelenggarakan pertemuan yang diikuti oleh 65 ulama, yang antara lain KH Hasyim Asy’ari Tebuireng, KH Ahmad Dahlan Ahyat Surabaya, KH Abdul Wahab Hasbullah Surabaya, dan KH Abdul Chalim.
Pertemuan itu menelurkan beberapa keputusan, antara lain:
1. Pokok-pokok pikiran dari surat yang dikirim kepada Raja Abdul Azis di Makkah
2. Memutuskan nama Jam’iyah Nahdlatul Ulama sebagai pengirim dari surat yang akan dikirim. Nahdlah diambilkan dari nama Nahdlatul Wathan, sedangkan ulama dari para ulama yang hadir saat itu.
3. Menetapkan delegasi yang akan mengirimkan surat adalah KH Asnawi Kudus
4. Terus mengobarkan semangat untuk kemerdekaan.
Untuk periode 1924 dipimpin langsung oleh KH Abdul Wahab Hasbullah dan KH Abdul Chalim sebagai sekretarisnya dengan jumlah peserta sebanyak 65 peserta. Mereka berdua juga bertindak sebagai tutor.
Karena kepandaian mereka dalam melakukan Tahrikil Afkar (memotivasi dan membangkitkan semangat) utamanya untuk kemerdekaan, maka Nahdlatul Wathan pada periode ini setelah menyelesaikan program kurikulumnya menjelma menjadi Syubbanul Wathan.
Pada saat memimpin Syubbanul Wathan, mereka mendirikan Komite Hijaz yang bertugas untuk mengundang ulama-ulama pesantren dengan agenda untuk mendirikan organisasi ulama-ulama pesantren. Hal ini untuk merespons kejadian yang terdapat di Hijaz dan agenda utamanya adalah untuk kemerdekaan Indonesia.
Komite Hijaz pada tanggal 31 Januari 1926 yang bertepatan dengan 16 Rajab 1344 H menyelenggarakan pertemuan yang diikuti oleh 65 ulama, yang antara lain KH Hasyim Asy’ari Tebuireng, KH Ahmad Dahlan Ahyat Surabaya, KH Abdul Wahab Hasbullah Surabaya, dan KH Abdul Chalim.
Pertemuan itu menelurkan beberapa keputusan, antara lain:
1. Pokok-pokok pikiran dari surat yang dikirim kepada Raja Abdul Azis di Makkah
2. Memutuskan nama Jam’iyah Nahdlatul Ulama sebagai pengirim dari surat yang akan dikirim. Nahdlah diambilkan dari nama Nahdlatul Wathan, sedangkan ulama dari para ulama yang hadir saat itu.
3. Menetapkan delegasi yang akan mengirimkan surat adalah KH Asnawi Kudus
4. Terus mengobarkan semangat untuk kemerdekaan.
tulis komentar anda