Sumber Air Goa Jomblang di Kedalaman 180 Meter Akhiri Krisis Air Bersih di Gendayakan Wonogiri
Rabu, 23 Agustus 2023 - 19:43 WIB
WONOGIRI - Krisis air bersih akibat kekeringan di wilayah Desa Gendayakan, Paranggupito, Wonogiri, Jawa Tengah yang terus menghantui warga akhirnya berakhir. Warga mendapat pasokan air dari sumber air Goa Jomblang yang berada di kedalaman 180 meter.
Kontur wilayah Desa Gendayakan yang sebagian besar perbukitan berbatu gamping (karst) dan vegetasi berakar dangkal membuat air tidak tersimpan di dalam tanah. Akibatnya warga tak bisa menggali sumur untuk mengambil air bersih.
"Kondisi kekeringan ini sudah terjadi sejak saya kecil. Untuk mendapatkan air bersih warga hanya punya dua pilihan, yakni membuat penampungan air saat hujan. Lalu ketika musim kemarau panjang, warga harus memanggul air sambil berjalan kaki sekitar empat jam pulang pergi ke Pacitan, Jawa Timur untuk mengambil 25 liter air bersih," ujar Kepala Desa Gendayakan, Heri Sutopo saat syukuran peningkatan sistem distribusi air bersih Goa Jomblang, Selasa (22/8/2023).
Ketiadaan air bersih di Desa Gendayakan menimbulkan sejumlah dampak serius, terutama dalam hal menurunnya kesejahteraan masyarakat. Mulai dari gagal panen hingga tergerusnya tabungan warga untuk membeli air yag tidak murah.
Untuk satu tangki air dengan kapasitas 5.000 liter, warga merogoh kocek sekitar Rp150 .000. Di musim kemarau, harga air naik menjadi Rp170.000 hingga Rp200.000.
“Lebih dari 80 persen warga kami menggantungkan hidup dari bertani, kalau gagal panen karena tidak ada air, otomatis mereka tidak memiliki penghasilan. Ada juga warga yang terpaksa menukarkan ternak peliharaan mereka seperti sapi demi mendapatkan air bersih, sehingga dengan kondisi seperti itu, secara perlahan kesejahteraan warga menurun,” ungkap Heri.
Kondisi ini, berangsur membaik mulai tahun 2019. Kala itu, kerja persaudaraan lintas instansi dan elemen masyarakat mulai mengeksplorasi Goa Jomblang yang ada di Desa Gendayakan.
Kontur wilayah Desa Gendayakan yang sebagian besar perbukitan berbatu gamping (karst) dan vegetasi berakar dangkal membuat air tidak tersimpan di dalam tanah. Akibatnya warga tak bisa menggali sumur untuk mengambil air bersih.
"Kondisi kekeringan ini sudah terjadi sejak saya kecil. Untuk mendapatkan air bersih warga hanya punya dua pilihan, yakni membuat penampungan air saat hujan. Lalu ketika musim kemarau panjang, warga harus memanggul air sambil berjalan kaki sekitar empat jam pulang pergi ke Pacitan, Jawa Timur untuk mengambil 25 liter air bersih," ujar Kepala Desa Gendayakan, Heri Sutopo saat syukuran peningkatan sistem distribusi air bersih Goa Jomblang, Selasa (22/8/2023).
Ketiadaan air bersih di Desa Gendayakan menimbulkan sejumlah dampak serius, terutama dalam hal menurunnya kesejahteraan masyarakat. Mulai dari gagal panen hingga tergerusnya tabungan warga untuk membeli air yag tidak murah.
Untuk satu tangki air dengan kapasitas 5.000 liter, warga merogoh kocek sekitar Rp150 .000. Di musim kemarau, harga air naik menjadi Rp170.000 hingga Rp200.000.
“Lebih dari 80 persen warga kami menggantungkan hidup dari bertani, kalau gagal panen karena tidak ada air, otomatis mereka tidak memiliki penghasilan. Ada juga warga yang terpaksa menukarkan ternak peliharaan mereka seperti sapi demi mendapatkan air bersih, sehingga dengan kondisi seperti itu, secara perlahan kesejahteraan warga menurun,” ungkap Heri.
Kondisi ini, berangsur membaik mulai tahun 2019. Kala itu, kerja persaudaraan lintas instansi dan elemen masyarakat mulai mengeksplorasi Goa Jomblang yang ada di Desa Gendayakan.
tulis komentar anda