Aksara Jawa dan Unggah Ungguh Mulai Ditinggalkan, DPRD DIY Dorong Perbaikan Kurikulum Sekolah
Minggu, 20 Agustus 2023 - 10:37 WIB
Di samping aksara Jawa, adanya kecenderungan memudarnya unggah ungguh saat ini. Hal ini dapat dirasakan dalam kehidupan sosial masyarakat bahkan keluarga.
"Jaman saya ini, dengan bapak saya ini masih boso (berkomunikasi dengan bahasa jawa halus). Sekarang sudah tidak bisa," kata Nuryadi.
Kemudian dia mencontohkan ironi komunikasi keluarga yang sekarang justru terasa dibatasi oleh perkembangan jaman. Meskipun berkumpul dalam satu rumah, namun sibuk dengan gawai atau ponsel. Padahal berkumpulnya satu keluarga sangat efektif untuk mempererat hubungan emosional.
Maka dari itu, pemeliharaan dan pengembangan bahasa, sastra dan aksara Jawa penting. Di samping secara nasional ada program sinau Pancasila, di internal Provinsi DIY juga memiliki kekayaan budaya yang juga harus dilestarikan.
"Pasti ada tantangan, pasti ada kendala," ucapnya.
Menurut Nuryadi, persoalan itu hanya karena tidak biasa saja. Maka jika semua bisa mencoba sisi lain dari budaya ke wisata, bagaimana budaya Jawa harus tetap melekat.
"Mumpung masih dipercaya pemerintah pusat untuk mendapat dana keistimewaan (danais), ini untuk mengembangkan," jelasnya.
Sementara itu, pegiat aksara Jawa di Kampung Aksara Pacibita, Ahmad Fikri mengatakan, pengesahan Perda tidak semata-mata ingin menunjukkan Keistimewaan DIY tapi justru penghargaan terhadap warisan leluhur. Saat ini sebagian besar masyarakat Yogyakarta sudah tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis aksara Jawa.
"Ke depan mudah-mudahan dengan adanya perda dan pergub menginspirasi masyarakat untuk membentuk sanggar-Sanggar aksara Jawa," ujarnya.
tulis komentar anda