Konflik Raja Mataram Amangkurat I dengan Pamannya Pecah setelah Pembunuhan Ulama

Jum'at, 19 Mei 2023 - 06:15 WIB
Konflik Raja Mataram Sultan Amangkurat I dengan pamannya pecah setelah pembunuhan banyak ulama. Foto: Dok/SINDOnews
KONFLIK antara Raja Mataram Sultan Amangkurat I dengan pamannya Pangeran Purbaya terjadi setelah pembunuhan besar-besaran ulama dan keluarganya. Sang paman merasa khawatir akibat ulah yang dilakukan keponakannya itu saat memimpin Mataram.

Pangeran Purbaya pun lantas tak menghadap ke istana tanpa pemberitahuan apa pun ke sultan. Kekhawatirannya ditangkap oleh Sultan Amangkurat I sebagai bagian dari memberontak.

Maka sultan Mataram ini diam-diam memperkuat diri, karena banyaknya anak buah serta anak cucunya, yang seluruhnya 50 orang, dan kawan-kawannya yang berkedudukan.





Putra Pangeran Purbaya yakni Raden Mas, yang juga orang kepercayaan raja pun merasa khawatir dengan ulah sang ayahnya. Dikisahkan pada "Disintegrasi Mataram : Dibawah Mangkurat I", dari H.J. De Graaf, sudah tentu Sunan tidak merasa senang menghadapi keadaan itu. Ia merasa khawatir kalau-kalau terjadi kerusuhan.

Oleh karena itu, dikirimnya Raden Mas kembali kepada ayahnya dengan pesan bahwa Pangeran Purbaya mempunyai alasan untuk tidak lagi hadir di Istana karena ia (Tegalwangi) dalam melakukan pekerjaan besar ini (pembunuhan secara besar-besaran yang baru lalu) tidak berembuk terlebih dahulu dengannya (Purbaya).

Sultan Amangkurat I pun akan mengunjunginya keesokan harinya untuk menyampaikan maaf, dan memerintahkan putranya itu agar tetap bersama ayahnya untuk dapat membantu menghormati para tamu. Tetapi sang putra Raden Mas, yang dapat menangkap artinya menolak.

Namun sekali lagi sang anak menolak, karena ia menganggap bukan abdi ayahnya, melainkan abdi Sultan Amangkurat I. Dimana hidup serta matinya berada di tangan Sunan. Raja memerintahkan kepadanya supaya taat, kalau tidak mau terkena murka Raja.



Lalu ditariknya semua anak buahnya, dan di- suruhnya pergi kepada ayahnya, dan dikumpulkannya tidak kurang dari 200.000 orang dan segala kekuatan dari kawan- kawannya semua, untuk mendatangi pamannya, Purbaya. Orang tua ini tidak menjadi goyah untuk menghadap ke istana.

Selanjutnya dikirimnya putranya kembali kepada Sunan untuk menyatakan rasa terima kasihnya atas kehormatan yang sesungguhnya tidak patut diberikan kepadanya itu. Ia, Raden Mas, harus tetap mengabdi kepada Raja, karena ia, Purbaya, cukup pandai untuk menerima atasannya dengan cara yang semestinya.
(nic)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content