Prahara Menimpa Kerajaan Mataram Usai Menang Perang di Blambangan, 3 Tumenggung Meninggal

Kamis, 11 Mei 2023 - 07:54 WIB
Eforia kemenangan perang di Blambangan yang dirasakan pasukan Kerajaan Mataram ternyata tidak berlangsung lama. Sebab, perang yang berlangsung pada masa kekuasaan Sultan Amangkurat I dibayar mahal. Foto ilustrasi
Eforia kemenangan perang di Blambangan yang dirasakan pasukan Kerajaan Mataram ternyata tidak berlangsung lama. Sebab, perang yang berlangsung pada masa kekuasaan Sultan Amangkurat I dibayar mahal. Pasca kemenangan itu panglima perangnya Tumenggung Wiraguna jatuh sakit.

Tumenggung Wiraguna memang ditunjuk sebagai pemimpin pasukan Mataram ketika Pangeran Purbaya menolaknya. Kala itu pertempuran melawan Blambangan dan orang-orang Bali berhasil dimenangkan Kerajaan Mataram.

Tetapi konon momen penting Mataram menang dengan berhasil memenggal Panji Arungan tidak diikuti oleh Tumenggung Wiraguna.



H.J. De Graaf pada bukunya "Disintegrasi Mataram: Dibawah Mangkurat I" mengisahkan bagaimana Tumenggung Wiraguna memang telah menyiapkan skema meninggal dunia di pertempuran itu, kendati akhirnya dikisahkan masih hidup tapi kondisinya sakit.

Pasca perang itu, pemimpin bawahan kemudian memutuskan untuk kembali, para tawanan perang berjalan di depan, diikuti tentara. Sementara Tumenggung Wiraguna telah memberitahukan kepada keluarganya bahwa jika ia tewas, agar jenazahnya tidak dibawa ke Mataram, tetapi dikuburkan di tempat.

Setibanya di Kediri ia minum obat dan meninggal, konon kematian itu ditangisi oleh para abdinya. Para abdi atau keluarganya sebagaimana pada Serat Kandha, tetap membawa jenazahnya ke Mataram, sekalipun dengan perasaan enggan karena teringat akan pesannya.

Di saat yang sama Tumenggung Danupaya pun jatuh sakit pasca perang itu. Para keluarga mengirimkan utusan ke Mataram untuk menyampaikan berita. Tetapi Sunan marah karena Tawang Alun yang melarikan diri itu tidak dikejar.

Diperintahkannya kepala bayangkara supaya segera berangkat menyongsong iring-iringan sedang dalam perjalanan pulang, dan memakamkan jenazah Tumenggung Wiraguna di tempat mereka menemuinya. Kemudian kepala bayangkaranya sekaligus diperintahkan membunuh seluruh keluarga tumenggung yang terdiri dari dua belas jiwa.

Informasi yang diterima akan dibunuh membuat Tumenggung Danupaya memilih mengakhiri hidupnya. Ia meminum racun meninggal dan dikuburkan. Tumenggung Asmaradana, yang mengambil alih pimpinan, juga dibunuh setelah menyampaikan laporan kepada Sultan Amangkurat I.

Pada sumber lain, melaporkan hal ini lebih jelas saat Tumenggung Asmaradana berhenti di Taji. Dari sini dikirimkannya berita ke Istana, tetapi ia tidak segera dipanggil menghadap. Begitu lama ia harus menunggu, sehingga para tawanan yang dibawa serta harus mengemis-ngemis. Akhirnya ia dipanggil juga, tetapi segera pula dibunuh.
(don)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More Content