Misteri Ki Ageng Gribig, Keturunan Prabu Brawijaya yang Jadi Penyebar Islam di Malang
Selasa, 18 April 2023 - 05:03 WIB
Dituturkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sebagaimana dikutip Okezone, Ki Ageng Gribig merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.
"Saat hidup dia adalah menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung," kata Airlangga yang juga keturunan Ki Ageng Gribig itu.
Atas jasanya, Ki Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya. Selain itu, lanjut Airlangga, Ki Ageng Gribig juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya.
Namun, karena sikap rendah hatinya yang selalu tertanam di dalam dirinya, akhirnya Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.
Hanya, Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk mengerjakan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa," kata dia.
Disebutkan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten. Yaitu dengan membagikan kue dan sembari mengucapkan 'Yaqowiyu'.
Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem. Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang.
Dari penyebutan kata "Yaqowiyyu' ini pula, tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi 'Yaqowiyyu'.
Ki Ageng Gribig dimakamkan di dukuh Jatinom, Desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Saat ini menjadi tempat pariwisata yang ramai dikunjungi.
"Saat hidup dia adalah menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung," kata Airlangga yang juga keturunan Ki Ageng Gribig itu.
Atas jasanya, Ki Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya. Selain itu, lanjut Airlangga, Ki Ageng Gribig juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya.
Namun, karena sikap rendah hatinya yang selalu tertanam di dalam dirinya, akhirnya Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.
Hanya, Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk mengerjakan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa," kata dia.
Disebutkan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten. Yaitu dengan membagikan kue dan sembari mengucapkan 'Yaqowiyu'.
Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem. Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang.
Dari penyebutan kata "Yaqowiyyu' ini pula, tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi 'Yaqowiyyu'.
Ki Ageng Gribig dimakamkan di dukuh Jatinom, Desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Saat ini menjadi tempat pariwisata yang ramai dikunjungi.
(don)
tulis komentar anda