Misteri Ki Ageng Gribig, Keturunan Prabu Brawijaya yang Jadi Penyebar Islam di Malang

Selasa, 18 April 2023 - 05:03 WIB
loading...
Misteri Ki Ageng Gribig,...
Makam Ki Ageng Gribig di kompleks pemakaman Jalan Ki Ageng Gribig Malang.Foto/Avirista Midaada
A A A
JAKARTA - Bulan Sapar, bulan kedua dalam penanggalan Jawa , menjadi momen bahagia yang selalu dinantikan oleh warga Jatinom, Klaten. Pasalnya, pada bulan Sapar ini digelar festival Yaqowiyu, sebuah tradisi yang dihelat turun temurun.

Oleh warga setempat, tradisi ini disebut Saparan. Festival inienjadi momen bahagia yang dinantikan, karena hanya pada momen ini warga akan merasakan kenikmatan kue apem. Kue ini khas, penganan bundar terbuat dari tepung beras.

Cara mendapatkannya pun penuh riang dan sukacita, yakni dengan cara berebutan. Ketika ribuan kue apem ditebar dari panggung yang berlokasi di kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig, warga saling berebutan. Mengapa masyarakat berusaha untuk mendapatkannya?



Jawabannya, ternyata yang mendapatkan kue apem tidak sebatas mendapatkan kue. Masyarakat memercayai bahwa apem membawa kesejahteraan bagi mereka yang berhasil mendapatkannya.

Lalu kapan tradisi ini bermula? Usut punya usut, ternyata Yaqowiyu dimulai saat Ki Ageng Gribig kembali dari menunaikan ibadah haji di Tanah Suci Mekkah.

Kata Yaqowiyu itu sendiri merupakan penyingkatan bacaan doa bagian akhir dalam bahasa Arab: "yaa qowiyyu, yaa aziz, qowwina wal muslimiin, yaa qowiyyu warzuqna wal muslimiin. Ini merupakan doa yang memohon kekuatan dari Allah.

Oleh Ki Ageng Gribig, Yaqowiyu diucapkan saat dia membagikan apem kepada warga. Konon, membagi apem dan diawali ucapan 'Yaqowiyu' ini menjadi metode yang sangat prkatis bagi Ki Ageng Gribig dalam menyiarkan Islam di tanah Jawa.

Lantas, siapa Ki Ageng Gribig itu?. Ki Ageng Gribig merupakan ulama besar penyebar Islam di kawasan Jatinom, Klaten, Jawa Tengah. Ia bernama asli Wasibagno Timur. Dia dikenal masih keturunan dari Raja Majapahit, Brawijaya V.

Ki Ageng Gribig dikenal sebagai seorang tokoh agama yang gigih mensyiarkan ajaran Islam di tanah Jawa. Dia merupakan cucu dari Prabu Brawijaya dari Kerajaan Majapahit.

Dituturkan Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, sebagaimana dikutip Okezone, Ki Ageng Gribig merupakan seorang alim ulama yang terkenal dermawan dan tak pernah pelit untuk membagikan ilmu serta harta yang dimilikinya.

"Saat hidup dia adalah menjadi amir tanah perdikan di Jatinom. Dia adalah penasihat spiritual Raja Mataram Sultan Agung," kata Airlangga yang juga keturunan Ki Ageng Gribig itu.

Atas jasanya, Ki Ageng Gribig dianugerahi putri adik sinuhun bernama Raden Ayu Mas sebagai istrinya. Selain itu, lanjut Airlangga, Ki Ageng Gribig juga diberi kebebasan untuk memilih rumah yang akan ditempati bersama keluargannya.

Namun, karena sikap rendah hatinya yang selalu tertanam di dalam dirinya, akhirnya Ki Ageng Gribig memutuskan untuk tetap tinggal di Klaten.

Hanya, Ki Ageng Gribig memilih tinggal di Klaten untuk mengerjakan kerja dakwah. Ki Ageng Gribig berhasil menjadikan Jatinom pusat penyebaran Islam di Jawa," kata dia.

Disebutkan bahwa Ki Ageng Gribig memiliki ciri khas dalam berdakwah dan hingga kini selalu dikenang oleh masyarakat di Klaten. Yaitu dengan membagikan kue dan sembari mengucapkan 'Yaqowiyu'.

Oleh masyarakat, kue ini kemudian dikenal dengan nama kue apem. Tradisi pembagian kue apem inilah yang kemudian secara rutin dilaksanakan Ki Ageng Gribig, dan kemudian dilanjutkan pula oleh para muridnya dan masyarakat Jatinom sampai sekarang.

Dari penyebutan kata "Yaqowiyyu' ini pula, tradisi Saparan di Jatinom juga disebut masyarakat dengan nama tradisi 'Yaqowiyyu'.

Ki Ageng Gribig dimakamkan di dukuh Jatinom, Desa Jatinom, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten. Saat ini menjadi tempat pariwisata yang ramai dikunjungi.
(don)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2186 seconds (0.1#10.140)