Kisah Kesultanan Demak Tak Paksa Rakyat Masuk Islam usai Taklukan Semarang, Bikin Etnis Tionghoa Betah
Senin, 10 April 2023 - 05:01 WIB
Penyerbuan Kesultanan Demak, ke Kota Semarang, yang terjadi pada tahun 1477, menurut Slamet Muljana memang tidak pernah diberitakan dalam Babad Tanah Jawi, dan Serat Kanda.
Babad Tanah Jawi hanya menceritakan, pada tahun 1477, Prabu Brawijaya memanggil patihnya, dan menanyakan apakah Demak akan memberontak. Tidak dijelaskan, dalam hubungan apa pertanyaan itu dikemukakan. Dan dalam keterangan patihnya, disebutkan tentang adanya pembukaan hutan Bintara di wilayah Demak oleh pendatang baru.
Untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas, Raden Kusen dipanggil. Raden Kusen menceritakan bahwa pendatang baru yang membuka hutan Bintara adalah saudaranya bernama Raden Patah.
Raden Kusen diutus ke Demak, untuk membawa Raden Patah ke Majapahit. Perintah ini dilaksanakan oleh Raden Kusen. Sampai di Sripenganti, Raden Patah bertemu dengan Prabu Brawijaya.
Di Babad Tanah Jawi itu, dikisahkan bagaimana Prabu Brawijaya mengaca dan melihat bahwa wajahnya mirip dengan Raden Patah. Raden Patah diakui sebagai putranya dan diberi pengukuhan atas daerah baru bernama Bintara, Raden Patah diangkat menjadi Adipati Bintara.
Kisah lain menyebutkan, sebagai Adipati Demak, Raden Patah memang memiliki darah Majapahit. Ayahnya, adalah Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi, yakni raja terakhir Majapahit.
Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak Bintara, pada tahun 1478 M, oleh wali songo, bertepatan pada waktu Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana. Dia tak bisa menerima kerajaan Majapahit, jatuh ke tangan Prabu Girindrawardhana. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu, dia menyerang Majapahit.
Darah Majapahit yang mengalir dalam diri Raden Patah, berawal dari kisah cinta Brawijaya V, kepada Siu Ban Ci, yakni putri Syekh Bentong atau Tan Go Hwat. Dalam Babad Tanah Jawi, ibu Raden Patah disebut dengan nama Siu Ban Ci, sementara dalam Naskah Mertasinga dikenal dengan nama Banyowi.
Baca Juga
Babad Tanah Jawi hanya menceritakan, pada tahun 1477, Prabu Brawijaya memanggil patihnya, dan menanyakan apakah Demak akan memberontak. Tidak dijelaskan, dalam hubungan apa pertanyaan itu dikemukakan. Dan dalam keterangan patihnya, disebutkan tentang adanya pembukaan hutan Bintara di wilayah Demak oleh pendatang baru.
Untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas, Raden Kusen dipanggil. Raden Kusen menceritakan bahwa pendatang baru yang membuka hutan Bintara adalah saudaranya bernama Raden Patah.
Raden Kusen diutus ke Demak, untuk membawa Raden Patah ke Majapahit. Perintah ini dilaksanakan oleh Raden Kusen. Sampai di Sripenganti, Raden Patah bertemu dengan Prabu Brawijaya.
Di Babad Tanah Jawi itu, dikisahkan bagaimana Prabu Brawijaya mengaca dan melihat bahwa wajahnya mirip dengan Raden Patah. Raden Patah diakui sebagai putranya dan diberi pengukuhan atas daerah baru bernama Bintara, Raden Patah diangkat menjadi Adipati Bintara.
Kisah lain menyebutkan, sebagai Adipati Demak, Raden Patah memang memiliki darah Majapahit. Ayahnya, adalah Brawijaya V atau Bhre Kertabhumi, yakni raja terakhir Majapahit.
Raden Patah diangkat sebagai Sultan Demak Bintara, pada tahun 1478 M, oleh wali songo, bertepatan pada waktu Majapahit jatuh di tangan Prabu Girindrawardhana. Dia tak bisa menerima kerajaan Majapahit, jatuh ke tangan Prabu Girindrawardhana. Hal inilah yang diduga menjadi salah satu pemicu, dia menyerang Majapahit.
Darah Majapahit yang mengalir dalam diri Raden Patah, berawal dari kisah cinta Brawijaya V, kepada Siu Ban Ci, yakni putri Syekh Bentong atau Tan Go Hwat. Dalam Babad Tanah Jawi, ibu Raden Patah disebut dengan nama Siu Ban Ci, sementara dalam Naskah Mertasinga dikenal dengan nama Banyowi.
tulis komentar anda