Asal Usul Nama dan Sejarah Banjarnegara, Wilayah yang Dijuluki Kota Dawet Ayu
Kamis, 16 Maret 2023 - 12:40 WIB
Selain itu pada tahun 1784, KRT Mangunyuda juga mengikuti pelatihan manajemen para bupati di Surabaya dengan tujuan agar kepala daerah memiliki visi bisnis dan pemasaran. Kala itu, Bupati Mangunyuda berkepentingan memasarkan produk unggulan daerah Banjar, di antaranya gula kelapa.
Kepemimpinannya berakhir lantaran dirinya gugur dalam pertempuran saat melawan kolonialisme untuk membela Raja Surakarta Hadiningrat. Sehingga beliau dijuluki Mangunyuda Sedo Loji, karena meninggal di Loji bersama pasukannya. Bahkan angka Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara juga berpatokan pada peristiwa ini.
Dalam sejarahnya, Mangunyuda terbunuh oleh pasukan yang dipimpin Raden Tumenggung Dipoyudho IV. Oleh karena itu, Raden Tumenggung kemudian diusulkan oleh Belanda kepada Sri Susuhunan Paku Buwono VII untuk ditetapkan menjadi Adipati Banjar (Banjar Watu Lembu).
Beberapa saat setelah pengangkatannya itu, Raden Tumenggung Dipoyudo IV meminta izin kepada Pakubuwana VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan Kadipaten ke sebelah selatan Sungai Serayu.
Setelah permintaan itu dikabulkan, maka mulailah pembangunan kota atau kabupaten yang berada di sekitar persawahan. Untuk mengenang asal mula kota kabupaten baru yang terbentul dari lokasi persawahan itu, maka wilayah barunya tersebut diberi nama “BANJARNEGARA” (MEMPUNYAI MAKSUD Sawah = Banjar, berubah menjadi kota = Negara) sampai sekarang.
Sebagai informasi untuk periode Banjar Watulembu ini berakhir bersamaan dengan surutnya Perang Diponegoro. Kala itu berakhirnya Perang Diponegoro menghasilkan beberapa perubahan-perubahan konstelasi politik di dalam Keraton dan kekuasaan di daerah. Termasuk pengaruhnya di Wilayah Kilen, yakni Karesidenan Banjoemas yang meliputi regentchap Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara.
Lihat Juga: Parah! Debat Pilkada Banjarnegara Ricuh, Para Pendukung Dorong-dorongan hingga Baku Hantam
Kepemimpinannya berakhir lantaran dirinya gugur dalam pertempuran saat melawan kolonialisme untuk membela Raja Surakarta Hadiningrat. Sehingga beliau dijuluki Mangunyuda Sedo Loji, karena meninggal di Loji bersama pasukannya. Bahkan angka Hari Jadi Kabupaten Banjarnegara juga berpatokan pada peristiwa ini.
Dalam sejarahnya, Mangunyuda terbunuh oleh pasukan yang dipimpin Raden Tumenggung Dipoyudho IV. Oleh karena itu, Raden Tumenggung kemudian diusulkan oleh Belanda kepada Sri Susuhunan Paku Buwono VII untuk ditetapkan menjadi Adipati Banjar (Banjar Watu Lembu).
Beberapa saat setelah pengangkatannya itu, Raden Tumenggung Dipoyudo IV meminta izin kepada Pakubuwana VII di Kasunanan Surakarta untuk memindahkan Kadipaten ke sebelah selatan Sungai Serayu.
Setelah permintaan itu dikabulkan, maka mulailah pembangunan kota atau kabupaten yang berada di sekitar persawahan. Untuk mengenang asal mula kota kabupaten baru yang terbentul dari lokasi persawahan itu, maka wilayah barunya tersebut diberi nama “BANJARNEGARA” (MEMPUNYAI MAKSUD Sawah = Banjar, berubah menjadi kota = Negara) sampai sekarang.
Sebagai informasi untuk periode Banjar Watulembu ini berakhir bersamaan dengan surutnya Perang Diponegoro. Kala itu berakhirnya Perang Diponegoro menghasilkan beberapa perubahan-perubahan konstelasi politik di dalam Keraton dan kekuasaan di daerah. Termasuk pengaruhnya di Wilayah Kilen, yakni Karesidenan Banjoemas yang meliputi regentchap Banyumas, Cilacap, Purbalingga dan Banjarnegara.
Lihat Juga: Parah! Debat Pilkada Banjarnegara Ricuh, Para Pendukung Dorong-dorongan hingga Baku Hantam
(bim)
tulis komentar anda