Waspada! Gelombang Laut Tinggi di Kepri Berpotensi Terjadi hingga Awal Maret
Minggu, 26 Februari 2023 - 09:59 WIB
TANJUNGPINANG - Gelombang laut tinggi, masih berpotensi terjadi di wilayah perairan Kepulauan Riau (Kepri), hingga awal bulan Maret 2023. Warga yang berada di pesisir Kepri, diimbau oleh BPBD Kepri, untuk meningkatkan kewaspadaan.
Selain gelombang laut tinggi, di wilayah pesisir Kepri juga berpotensi terjadi angin kencang. Kepala BPBD Kepri, Muhammad Hasbi mengatakan, gelombang laut di Perairan Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Lingga 2,5 meter, sedangkan di Natuna, dan Kepulauan Anambas mencapai 3,5-4 meter.
Tinggi gelombang laut di Perairan Batam, Tanjungpinang, dan Kabupaten Karimun 1,25 meter. Gelombang laut yang tinggi itu, diperburuk dengan angin kencang yang kecepatannya mencapai 35 km/jam. "Cuaca buruk itu membahayakan keselamatan nelayan. Karena itu kami minta nelayan tidak melaut sampai kondisi di perairan aman," kata Hasbi.
Selama musim angin utara, kata dia sejumlah nelayan menjadi korban akibat keganasan gelombang laut dan angin kencang. Setidaknya ada tiga kasus nelayan terombang-ambing di lautan hingga masuk ke Perairan Malaysia, dalam tiga bulan terakhir. Nelayan itu berasal dari Natuna, dan Karimun.
Salah satu nelayan di Bintan, baru-baru ini juga berombang-ambing sampai di Bangka Belitung, setelah perahu yang digunakannya hancur akibat dihantam gelombang laut. "Ada juga kasus nelayan yang meninggal dunia saat melaut. Kami harap kejadian pilu seperti ini tidak terulang lagi," ucapnya.
Hasbi juga mengingatkan warga pesisir untuk tidak berenang di laut saat cuaca buruk. Beberapa kasus anak meninggal dunia karena tenggelam di laut. Orang mustahil dapat bertahan lama di dalam laut ketika gelombang laut tinggi, angin kencang, dan arus bawah laut yang kuat. "Hari ini kami terima informasi ada satu orang anak di Bintan yang meninggal dunia setelah tenggelam di laut," katanya.
Ia juga mengingatkan warga pesisir untuk mewaspadai pasang air laut maksimum meningkat sejak 20 Februari 2023 sampai sekarang. Barang-barang elektronik yang berada di lantai rumah sebaiknya pindahkan ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air laut. "Banyak peralatan elektronik milik warga pesisir di Tanjungpinang, dan Bintan rusak karena terendam air laut saat pasang air laut maksimum dan sangat cepat," ujarnya.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Khalid mengatakan, banjir rob yang terjadi dalam beberapa hari ini di beberapa kawasan di Tanjungpinang, dan Bintan, disebabkan fenomena "Super New Moon" atau fase bulan baru yang bersamaan dengan jarak terdekat bulan ke bumi. "Hingga awal Maret 2023 masih musim angin utara, sehingga harus diwaspadai gelombang laut tinggi dan angin kencang," katanya.
Selain gelombang laut tinggi, di wilayah pesisir Kepri juga berpotensi terjadi angin kencang. Kepala BPBD Kepri, Muhammad Hasbi mengatakan, gelombang laut di Perairan Kabupaten Bintan, dan Kabupaten Lingga 2,5 meter, sedangkan di Natuna, dan Kepulauan Anambas mencapai 3,5-4 meter.
Tinggi gelombang laut di Perairan Batam, Tanjungpinang, dan Kabupaten Karimun 1,25 meter. Gelombang laut yang tinggi itu, diperburuk dengan angin kencang yang kecepatannya mencapai 35 km/jam. "Cuaca buruk itu membahayakan keselamatan nelayan. Karena itu kami minta nelayan tidak melaut sampai kondisi di perairan aman," kata Hasbi.
Selama musim angin utara, kata dia sejumlah nelayan menjadi korban akibat keganasan gelombang laut dan angin kencang. Setidaknya ada tiga kasus nelayan terombang-ambing di lautan hingga masuk ke Perairan Malaysia, dalam tiga bulan terakhir. Nelayan itu berasal dari Natuna, dan Karimun.
Salah satu nelayan di Bintan, baru-baru ini juga berombang-ambing sampai di Bangka Belitung, setelah perahu yang digunakannya hancur akibat dihantam gelombang laut. "Ada juga kasus nelayan yang meninggal dunia saat melaut. Kami harap kejadian pilu seperti ini tidak terulang lagi," ucapnya.
Baca Juga
Hasbi juga mengingatkan warga pesisir untuk tidak berenang di laut saat cuaca buruk. Beberapa kasus anak meninggal dunia karena tenggelam di laut. Orang mustahil dapat bertahan lama di dalam laut ketika gelombang laut tinggi, angin kencang, dan arus bawah laut yang kuat. "Hari ini kami terima informasi ada satu orang anak di Bintan yang meninggal dunia setelah tenggelam di laut," katanya.
Ia juga mengingatkan warga pesisir untuk mewaspadai pasang air laut maksimum meningkat sejak 20 Februari 2023 sampai sekarang. Barang-barang elektronik yang berada di lantai rumah sebaiknya pindahkan ke tempat yang lebih tinggi agar tidak terendam air laut. "Banyak peralatan elektronik milik warga pesisir di Tanjungpinang, dan Bintan rusak karena terendam air laut saat pasang air laut maksimum dan sangat cepat," ujarnya.
Prakirawan BMKG Tanjungpinang, Khalid mengatakan, banjir rob yang terjadi dalam beberapa hari ini di beberapa kawasan di Tanjungpinang, dan Bintan, disebabkan fenomena "Super New Moon" atau fase bulan baru yang bersamaan dengan jarak terdekat bulan ke bumi. "Hingga awal Maret 2023 masih musim angin utara, sehingga harus diwaspadai gelombang laut tinggi dan angin kencang," katanya.
(eyt)
tulis komentar anda