Kesaktian Keris Mpu Gandring, Pusaka Batu Langit yang Bisa Membunuh Anak dan Cucu
Senin, 30 Januari 2023 - 09:08 WIB
Pertama kali, keris karya Mpu Gandri memakan tumbal Tunggul Ametung, yang merupakan Akuwu Tumapel. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung.
Latar belakang pembunuhan ini, karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "Barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi raja dunia". Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo.
Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu, selalu membawanya ke mana-mana untuk dipamerkan dan menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah siasat, agar nanti yang dituduh membunuh Tunggul Ametung dalah Kebo Ijo.
Siasat Ken Arok berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel, termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung, langsung membunuh Kebo Ijo dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Tunggul Ametung, membuat Ken Arok leluasa mengambil jabatannya, dan memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung. Ken Arok juga memperluas pengaruh Tumapel, sehingga mampu menghancurkan Kerajaan Kediri.
Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singasari. Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Anusapati, mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes, dan bertekad untuk menuntut balas.
Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu, dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan. Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring.
Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta-merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping.
Latar belakang pembunuhan ini, karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "Barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi raja dunia". Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo.
Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu, selalu membawanya ke mana-mana untuk dipamerkan dan menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah siasat, agar nanti yang dituduh membunuh Tunggul Ametung dalah Kebo Ijo.
Siasat Ken Arok berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel, termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung, langsung membunuh Kebo Ijo dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Tunggul Ametung, membuat Ken Arok leluasa mengambil jabatannya, dan memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung. Ken Arok juga memperluas pengaruh Tumapel, sehingga mampu menghancurkan Kerajaan Kediri.
Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singasari. Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Anusapati, mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes, dan bertekad untuk menuntut balas.
Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu, dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan. Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring.
Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta-merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping.
tulis komentar anda