Kesaktian Keris Mpu Gandring, Pusaka Batu Langit yang Bisa Membunuh Anak dan Cucu
loading...
A
A
A
Keris itu masih setengah jadi, Mpu Gandring masih harus menuntaskan pengerjaannya dengan meramu berbagai batuan langit dan menempanya menjadi logam yang sangat sakti. Namun Ken Arok tak mampu menunggu terlalu lama, sehingga keris setengah jadi itu diambil secara paksa dan penuh emosi.
Tak hanya berhenti di situ saja, Ken Arok juga membunuh Mpu Gandring yang telah mengerjakan keris pesanannya. Sebelum tewas akibat tusukan keris sakti yang dibuatnya, Mpu Gandring bersumpah, tujuh turunan Ken Arok akan mati dengan keris sakti itu.
Keris karya Mpu Gandring, merupakan pusaka termasyhur dalam sejarah berdirinya Kerajaan Singasari. Keris ini juga terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari, termasuk pendiri dan pemakainya, Ken Arok.
Mpu Gandring mengerjakan keris sakti tersebut, atas pesanan Ken Arok. Dengan segenap kekuatan gaib dan kemampuan yang dimilikinya, Mpu Gandring menyanggupi permintaan Ken Arok. Mpu Gandring melakukan tirakat, puasa dan ritual khusus sebelum memilih bahan untuk membuat keris tersebut, agar keris bertuah.
Batu meteor dari langit, dipilih Mpu Gandring sebagai bahan untuk kerisnya sehingga memiliki aura yang tinggi. Setelah, keris terbentuk, Mpu Gandring mencelupkan keris yang masih panas tersebut ke dalam bisa ular.
Mpu Gandring yang telah mengerjakan keris sakti itu, tinggal menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil.
Kemudian Ken Arok menguji keris tersebut, dan terakhir keris itu ditusukkannya pada Mpu Gandring yang dinilainya tidak menepati janji. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singasari.
Pertama kali, keris karya Mpu Gandri memakan tumbal Tunggul Ametung, yang merupakan Akuwu Tumapel. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung.
Latar belakang pembunuhan ini, karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "Barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi raja dunia". Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo.
Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu, selalu membawanya ke mana-mana untuk dipamerkan dan menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah siasat, agar nanti yang dituduh membunuh Tunggul Ametung dalah Kebo Ijo.
Siasat Ken Arok berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel, termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung, langsung membunuh Kebo Ijo dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Tunggul Ametung, membuat Ken Arok leluasa mengambil jabatannya, dan memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung. Ken Arok juga memperluas pengaruh Tumapel, sehingga mampu menghancurkan Kerajaan Kediri.
Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singasari. Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Anusapati, mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes, dan bertekad untuk menuntut balas.
Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu, dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan. Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring.
Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta-merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping.
Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati.
Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan, yang menurut bahasa sekarang, bertugas sebagai "eksekutor" terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak, Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.
Anusapati mengambil alih pemerintahan Ken Arok, tetapi tidak lama. Karena Tohjaya, Putra Ken Arok dari Ken Umang akhirnya mengetahui kasus pembunuhan itu. Dan Tohjaya menuntut balas.
Tohjaya mengadakan acara sabung ayam kerajaan yang sangat digemari Anusapati. Ketika Anusapati lengah, Tohjaya mengambil keris Mpu Gandring dan langsung membunuhnya di tempat. Tohjaya membunuhnya berdasarkan hukuman, di mana Anusapati diyakini membunuh Ken Arok.
Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Anusapati. Tohjaya sendiri tidak lama memerintah. Muncul berbagai ketidak puasan baik dikalangan rakyat, dan bahkan kalangan elit istana yang merupakan keluarganya dan saudaranya sendiri, diantaranya Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.
Ketidakpuasan dan intrik istana ini akhirnya berkobar menjadi peperangan yang menyebabkan tewasnya Tohjaya. Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta kerajaan akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni yang memerintah cukup lama, dan dikatakan adalah masa damai kerajaan Singasari. Sejak terbunuhnya Tohjaya, Keris Mpu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya.
Beberapa sumber menyebut, Keris Mpu Gandring ini sebenarnya tidak hilang. Di akhir hayatnya, di ujung keris buatannya sendiri, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok.
Dalam sejarah ataupun legenda ternyata ada tujuh orang terbunuh oleh keris itu, yaitu Mpu Gandring yang merupakan pembuat keris, Kebo Ijo rekan Ken Arok, Tunggul Ametung penguasa Tumapel, Ken Arok pendiri Kerajaan Singasari, Ki Pengalasan pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok, Anusapati anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung, dan Tohjaya putra Ken Arok dari selirnya Ken Umang. Kemudian keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud.
Tak hanya berhenti di situ saja, Ken Arok juga membunuh Mpu Gandring yang telah mengerjakan keris pesanannya. Sebelum tewas akibat tusukan keris sakti yang dibuatnya, Mpu Gandring bersumpah, tujuh turunan Ken Arok akan mati dengan keris sakti itu.
Keris karya Mpu Gandring, merupakan pusaka termasyhur dalam sejarah berdirinya Kerajaan Singasari. Keris ini juga terkenal karena kutukannya yang memakan korban dari kalangan elit Singasari, termasuk pendiri dan pemakainya, Ken Arok.
Baca Juga
Mpu Gandring mengerjakan keris sakti tersebut, atas pesanan Ken Arok. Dengan segenap kekuatan gaib dan kemampuan yang dimilikinya, Mpu Gandring menyanggupi permintaan Ken Arok. Mpu Gandring melakukan tirakat, puasa dan ritual khusus sebelum memilih bahan untuk membuat keris tersebut, agar keris bertuah.
Batu meteor dari langit, dipilih Mpu Gandring sebagai bahan untuk kerisnya sehingga memiliki aura yang tinggi. Setelah, keris terbentuk, Mpu Gandring mencelupkan keris yang masih panas tersebut ke dalam bisa ular.
Mpu Gandring yang telah mengerjakan keris sakti itu, tinggal menyelesaikan pekerjaannya membuat sarung keris. Namun belum lagi sarung tersebut selesai dibuat, Ken Arok datang mengambil keris tersebut yang menurutnya sudah satu hari dan harus diambil.
Kemudian Ken Arok menguji keris tersebut, dan terakhir keris itu ditusukkannya pada Mpu Gandring yang dinilainya tidak menepati janji. Dalam perjalanannya, keris ini terlibat dalam perselisihan dan pembunuhan elit kerajaan Singasari.
Pertama kali, keris karya Mpu Gandri memakan tumbal Tunggul Ametung, yang merupakan Akuwu Tumapel. Ken Arok membunuh Tunggul Ametung untuk mendapatkan istrinya yang cantik, Ken Dedes. Ken Arok sendiri saat itu adalah pegawai kepercayaan dari Tunggul Ametung.
Latar belakang pembunuhan ini, karena Ken Arok mendengar dari Brahmana Lohgawe bahwa "Barang siapa yang memperistri Ken Dedes akan menjadi raja dunia". Sebelum Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, keris ini dipinjamkan kepada rekan kerjanya, yang bernama Kebo Ijo.
Kebo Ijo yang tertarik dengan keris itu, selalu membawanya ke mana-mana untuk dipamerkan dan menarik perhatian umum. Bagi Ken Arok sendiri, peminjaman keris itu adalah siasat, agar nanti yang dituduh membunuh Tunggul Ametung dalah Kebo Ijo.
Siasat Ken Arok berhasil dan hampir seluruh publik Tumapel, termasuk beberapa pejabat percaya bahwa Kebo Ijo adalah tersangka pembunuhan Tunggul Ametung. Ken Arok yang saat itu adalah orang kepercayaan Tunggul Ametung, langsung membunuh Kebo Ijo dengan keris pusaka itu.
Terbunuhnya Tunggul Ametung, membuat Ken Arok leluasa mengambil jabatannya, dan memperistri Ken Dedes yang saat itu sedang mengandung. Ken Arok juga memperluas pengaruh Tumapel, sehingga mampu menghancurkan Kerajaan Kediri.
Ken Arok sendiri akhirnya mendirikan kerajaan Singasari. Rupanya kasus pembunuhan ini tercium oleh Anusapati, anak Ken Dedes dengan Tunggul Ametung. Anusapati, mengetahui semua kejadian itu dari ibunya, Ken Dedes, dan bertekad untuk menuntut balas.
Anusapati akhirnya merancang pembalasan pembunuhan itu, dengan menyuruh seorang pendekar sakti kepercayaannya, Ki Pengalasan. Pada saat menyendiri di kamar pusaka kerajaan, Ken Arok mengamati pusaka kerajaan yang dimilikinya. Salah satu pusaka yang dimilikinya adalah keris tanpa sarung buatan Mpu Gandring yang dikenal sebagai Keris Mpu Gandring.
Melihat ceceran darah pada keris tersebut, ia merasa ketakutan terlebih terdengar suara ghaib dari dalam keris tersebut yang meminta tumbal. Ia ingat kutukan Mpu Gandring yang dibunuhnya, dan serta-merta mebantingnya ke tanah sampai hancur berkeping-keping.
Ia bermaksud memusnahkannya. Namun ternyata keris tersebut melayang dan menghilang. Sementara Anusapati dan Ki Pengalasan merancang pembunuhan tersebut, tiba-tiba keris tersebut berada di tangan Anusapati.
Anusapati menyerahkan keris kepada Ki Pengalasan, yang menurut bahasa sekarang, bertugas sebagai "eksekutor" terhadap Ken Arok. Tugas itu dilaksanakannya, dan untuk menghilangkan jejak, Anusapati membunuh Ki Pengalasan dengan keris itu.
Anusapati mengambil alih pemerintahan Ken Arok, tetapi tidak lama. Karena Tohjaya, Putra Ken Arok dari Ken Umang akhirnya mengetahui kasus pembunuhan itu. Dan Tohjaya menuntut balas.
Tohjaya mengadakan acara sabung ayam kerajaan yang sangat digemari Anusapati. Ketika Anusapati lengah, Tohjaya mengambil keris Mpu Gandring dan langsung membunuhnya di tempat. Tohjaya membunuhnya berdasarkan hukuman, di mana Anusapati diyakini membunuh Ken Arok.
Setelah membunuh Anusapati, Tohjaya mengangkat dirinya sebagai raja menggantikan Anusapati. Tohjaya sendiri tidak lama memerintah. Muncul berbagai ketidak puasan baik dikalangan rakyat, dan bahkan kalangan elit istana yang merupakan keluarganya dan saudaranya sendiri, diantaranya Mahisa Campaka dan Dyah Lembu Tal.
Ketidakpuasan dan intrik istana ini akhirnya berkobar menjadi peperangan yang menyebabkan tewasnya Tohjaya. Setelah keadaan berhasil dikuasai, tahta kerajaan akhirnya dilanjutkan oleh Ranggawuni yang memerintah cukup lama, dan dikatakan adalah masa damai kerajaan Singasari. Sejak terbunuhnya Tohjaya, Keris Mpu Gandring hilang tidak diketahui rimbanya.
Beberapa sumber menyebut, Keris Mpu Gandring ini sebenarnya tidak hilang. Di akhir hayatnya, di ujung keris buatannya sendiri, Mpu Gandring mengutuk Ken Arok, bahwa keris itu akan menelan korban tujuh turunan dari Ken Arok.
Dalam sejarah ataupun legenda ternyata ada tujuh orang terbunuh oleh keris itu, yaitu Mpu Gandring yang merupakan pembuat keris, Kebo Ijo rekan Ken Arok, Tunggul Ametung penguasa Tumapel, Ken Arok pendiri Kerajaan Singasari, Ki Pengalasan pengawal Anusapati yang membunuh Ken Arok, Anusapati anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung, dan Tohjaya putra Ken Arok dari selirnya Ken Umang. Kemudian keris itu dibuang ke kawah Gunung Kelud.
(eyt)