Banjir Terus Mengancam
A
A
A
GRESIK - Warga Gresik Selatan dipastikan bakal terus mendapat banjir kiriman air luapan Kali Lamong. Sampai saat ini belum ada kepastian pembangunan tanggul sepanjang Kecamatan Balongpanggang hingga Kecamatan Cerme.
Tidak pasti pembangunan tanggul sepanjang 26 kilometer dari Balongpanggang hingga Cerme itu disebabkan sulitnya pembebasan lahan. Pemicunya, pemilik lahan di sepanjang kawasan Kali Lamong mematok harga yang tinggi, yaitu Rp100 ribu per meter persegi. Padahal pemerintah menganggarkan Rp35ribu per meter persegi.
Wakil Gubernur Jawa Timur H Syaifullah Yusuf saat kunjungan ke lokasi banjir Kali Lamong mengakui memang pembangunan tanggul sulit direalisasikan. Sebab terkendala harga tanah. Pembangunannya terpaksa berhenti karena di lapangan harga tanah terlalu tinggi dibandingkan yang ditentukan tim apraisal .
“Tanah yang dibutuhkan sekitar 650 hektare, harga ganti rugi yang ditentukan Rp35 ribu per meter persegi. Sedangkan warga meminta Rp100 ribu per meter persegi. Ke depan saya akan melakukan pekerjaan yang bisa saya kerjakan,” ujarnya.
Dengan demikian harapan warga di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti, dan sebagian desa di Kecamatan Kedamean terbebas banjir Kali Lamong tinggal mimpi. Mereka akan tetap dihantui banjir yang setahunnya bisa sepuluh kali menenggelamkan rumah, pekarangan, sawah, dan tambak mereka.
Musim hujan tahun ini, kawasan Gresik Selatan empat kali diterjang banjir air luapan Kali Lamong. Akhir Desember 2014, dua kali pada Januari 2015, dan terakhir pekan ini belum juga surut. Bahkan, banjir kali ini memakan tiga korban jiwa remaja asal Desa Gading Watu, Kecamatan Menganti.
“Terus akan banjir bila tidak ada segera solusinya. Karena memang sepanjang Kali Lamong tidak ada tanggul. Terus terjadi penyempitan dan pendangkalan. Akibatnya, Mojokerto dan Jombang juga sebagaian Lamongan hujan, air kirimannya tumpah ke Gresik Selatan,” ujar Kristiono, Kepala Desa Iker-iker Geger, Kecamatan Cerme.
Banjir air luapan Kali Lamong itu juga membawa dampak tidak sedikit. Kerugian yang ditimbulkan mencapai miliaran setiap kali terjangan banjir. Jalan-jalan protokol kecamatan maupun desa tergerus, juga sawah dan tambak tergenang. Padi yang tumbuh terancam puso dan ikan tambak hilang.
“Banjir selama lima hari sejak Kamis pekan lalu me-rendam 12.229 rumah di 54 desa di lima kecamatan. Kerugian ditaksir mencapai Rp18 miliar dengan jumlah warga yang kebanjiran 48.916 jiwa,” ujar Abu Hasan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, kemarin.
Tidak kalah di sektor pertanian. Kepala Dinas Pertanian Gresik, Agus Joko Waluyo menyatakan, ada 3000 hektare lahan pertanian terendam dan 378 di antaranya mengalami puso. “Kami menyiapkan bantuan untuk petani yang mengalami puso. Tahun 2015 ini bantuan yang pasti bisa terealisasi, yaitu untuk 360 hektare. Bantuan tersebut berupa bibit 25 kilogram per hektare dan pupuk 1 kuintal per hektare,” ucapnya.
Atas dasar itu, Bupati Sambari Halim Radianto yang ikut mengawal rombongan Wagub Jatim H Syaifullah Yusuf juga sempat mengeluhkan kondisi banjir Kali Lamong. “Kami harapkan agar pembangunan tanggul segerakan dengan memasang banyak pintu air. Selain itu, adanya normalisasi Sungai Lamong dengan melakukan pengerukan. Saat ini kedalaman Kali Lamong masih kurang dalam,” katanya kepada Gus Ipul, sapaan Wagub Jatim.
Di bagian lain, pantauan lapangan kondisi banjir sudah surut. Balongpanggang dan Benjeng sudah surut, tapi di Kedamean masih satu desa tergenang. Menganti dua desa dan Cerme ada empat desa. “Semoga di daerah hulu tidak hujan deras lagi dan Gresik segera terbebas dari banjir,” ujar Sambari.
Ashadi ik
Tidak pasti pembangunan tanggul sepanjang 26 kilometer dari Balongpanggang hingga Cerme itu disebabkan sulitnya pembebasan lahan. Pemicunya, pemilik lahan di sepanjang kawasan Kali Lamong mematok harga yang tinggi, yaitu Rp100 ribu per meter persegi. Padahal pemerintah menganggarkan Rp35ribu per meter persegi.
Wakil Gubernur Jawa Timur H Syaifullah Yusuf saat kunjungan ke lokasi banjir Kali Lamong mengakui memang pembangunan tanggul sulit direalisasikan. Sebab terkendala harga tanah. Pembangunannya terpaksa berhenti karena di lapangan harga tanah terlalu tinggi dibandingkan yang ditentukan tim apraisal .
“Tanah yang dibutuhkan sekitar 650 hektare, harga ganti rugi yang ditentukan Rp35 ribu per meter persegi. Sedangkan warga meminta Rp100 ribu per meter persegi. Ke depan saya akan melakukan pekerjaan yang bisa saya kerjakan,” ujarnya.
Dengan demikian harapan warga di Kecamatan Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Menganti, dan sebagian desa di Kecamatan Kedamean terbebas banjir Kali Lamong tinggal mimpi. Mereka akan tetap dihantui banjir yang setahunnya bisa sepuluh kali menenggelamkan rumah, pekarangan, sawah, dan tambak mereka.
Musim hujan tahun ini, kawasan Gresik Selatan empat kali diterjang banjir air luapan Kali Lamong. Akhir Desember 2014, dua kali pada Januari 2015, dan terakhir pekan ini belum juga surut. Bahkan, banjir kali ini memakan tiga korban jiwa remaja asal Desa Gading Watu, Kecamatan Menganti.
“Terus akan banjir bila tidak ada segera solusinya. Karena memang sepanjang Kali Lamong tidak ada tanggul. Terus terjadi penyempitan dan pendangkalan. Akibatnya, Mojokerto dan Jombang juga sebagaian Lamongan hujan, air kirimannya tumpah ke Gresik Selatan,” ujar Kristiono, Kepala Desa Iker-iker Geger, Kecamatan Cerme.
Banjir air luapan Kali Lamong itu juga membawa dampak tidak sedikit. Kerugian yang ditimbulkan mencapai miliaran setiap kali terjangan banjir. Jalan-jalan protokol kecamatan maupun desa tergerus, juga sawah dan tambak tergenang. Padi yang tumbuh terancam puso dan ikan tambak hilang.
“Banjir selama lima hari sejak Kamis pekan lalu me-rendam 12.229 rumah di 54 desa di lima kecamatan. Kerugian ditaksir mencapai Rp18 miliar dengan jumlah warga yang kebanjiran 48.916 jiwa,” ujar Abu Hasan, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gresik, kemarin.
Tidak kalah di sektor pertanian. Kepala Dinas Pertanian Gresik, Agus Joko Waluyo menyatakan, ada 3000 hektare lahan pertanian terendam dan 378 di antaranya mengalami puso. “Kami menyiapkan bantuan untuk petani yang mengalami puso. Tahun 2015 ini bantuan yang pasti bisa terealisasi, yaitu untuk 360 hektare. Bantuan tersebut berupa bibit 25 kilogram per hektare dan pupuk 1 kuintal per hektare,” ucapnya.
Atas dasar itu, Bupati Sambari Halim Radianto yang ikut mengawal rombongan Wagub Jatim H Syaifullah Yusuf juga sempat mengeluhkan kondisi banjir Kali Lamong. “Kami harapkan agar pembangunan tanggul segerakan dengan memasang banyak pintu air. Selain itu, adanya normalisasi Sungai Lamong dengan melakukan pengerukan. Saat ini kedalaman Kali Lamong masih kurang dalam,” katanya kepada Gus Ipul, sapaan Wagub Jatim.
Di bagian lain, pantauan lapangan kondisi banjir sudah surut. Balongpanggang dan Benjeng sudah surut, tapi di Kedamean masih satu desa tergenang. Menganti dua desa dan Cerme ada empat desa. “Semoga di daerah hulu tidak hujan deras lagi dan Gresik segera terbebas dari banjir,” ujar Sambari.
Ashadi ik
(ftr)