Penembakan Ahmad Fuad Berlebihan

Jum'at, 19 Desember 2014 - 13:22 WIB
Penembakan Ahmad Fuad Berlebihan
Penembakan Ahmad Fuad Berlebihan
A A A
Ia mengatakan, Ahmad Fuad berangkat dari Mataram sejak tanggal 14 Desember 2014. Kemudian sesampai di Bandara Juanda Surabaya, dia berniat menyambangi anak dan istrinya di daerah Mojokerto. Sahlan mengaku sering berhubungan dengan adiknya melalui telepon genggam.

”Sewaktu dia menghubungi saya di Gresik pada Rabu lalu, katanya dibuntuti orang yang tidak dikenal. Dia seperti merasa terancam saat berada di Gresik,” ujarnya. Berdasarkan hal itu adiknya berinisiatif meminta perlindungan ke pihak Kodim 0817 Gresik. ”Sebelum dia meminta perlindungan, dia menghubungi saya lagi dan mengatakan akan menyandera siswi SD agar permintaannya didengarkan oleh aparat,” ucap Sahlan.

Mengetahui hal tersebut, Sahlan mengaku kaget dan menyuruh adiknya agar tidak mengambil tindakan itu. ”Tapi dia bilang ini yang harus dilakukannya agar mereka (aparat) mendengar permintaannya untuk diamankan,” tuturnya.

Kemudian dalam peristiwa itu, Rabu (17/12) sekitar pukul 13.00 WITA atau sekitar pukul 12.00 WIB, Ahmad Fuad tewas dengan luka tembak di bagian dagu. Pelaku tewas saat berada di tengah perjalanan menuju ke rumah sakit. Fuad disergap anggota Buser Polres Gresik di perempatan lampu merah Jalan Veteran Gresik.

Dia mengendarai mobil patroli Kodim 0817 yang dikemudikan Perwira Seksi Personal (Paspers) Kodim 0817 Kapten Arh Suwanto. Menurut dia, saat mobil anggota Buser Polres Gresik sengaja dibuat mogok di depannya, pihaknya langsung memahami maksudnya. Karena itu, dirinya menangkis pisau dan merebut Rani dari dekapan Fuad.

”Setahu saya pisau yang dipegang pelaku terlepas. Bahkan, jari saya tergores pisau. Hanya memang saat itu, Rani sudah terlepas dari pelaku. Terus ada seorang anggota buser menindih saya mengambil korban dan memukul kepala pelaku,” ujarnya, kemarin.

Seusai tertembus dua timah panas, Fuad terkapar di badan Jalan Veteran. Tak lama kemudian dinaikkan mobil patroli Kodim 0817 dan dibawa ke IGD RSUD Ibnu Sina. Bahkan, nadinya masih berdenyut saat mendapat pertolongan dengan diinfus. Namun, tidak lebih dari 10 menit menghembuskan napas terakhir.

Hingga kemarin, jenazah Ahmad Fuad masih di kamar mayat RSUD Ibnu Sina. Pihak keluarga, baik dari Lombok maupun Mojokerto dan Malang, belum ada yang hendak mengambilnya. Kapolres Gresik AKBP E Zulpan mengaku penembakan pelaku Fuad sudah sesuai prosedur. ”Jadi kondisinya masih berbahaya, maka dilakukan penembakan untuk memberikan rasa aman,” katanya.

Kemarin, empat personel yang terlibat penyergapan Fuad mendapat penghargaan di Kodam V/Brawijaya. Mereka Pasi Pers Kodim 0817/Gresik Kapten Arh Suwanto, Bintara Tinggi Personel (Batiminpres) Kodim 0817/Gresik Serma Andi Junaidi serta dua anggota Satreskrim Polres Gresik, Aiptu Bambang Sulistyono dan Bripka Godlif Franklin.

”Secara langsung angkat citra dan dedikasi TNI/- Polri. Ini kerja sama TNI/Polri. Ini untuk memotivasi dan inspirasi prajurit lainnya,” kata Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Eko Wiratmoko. Kapolda Jatim Irjen Pol Anas Yusuf mengaku penembakan kepada pelaku sudah sesuai prosedur. ”Pelaku tak punya perasaan, tak berperikemanusiaan,” kata Anas Yusuf.

Tatapan Rani Masih Kosong

Sementara kondisi Rani masih mengalami trauma dan perlu mendapat pemulihan psikologisnya. Sebab siswi Kelas IV SD Negeri 2 Tlogopatut itu selama hampir 2 jam lebih tertekan dalam ancaman Fuad. Apalagi dalam sesi tertentu, Fuad sempat membisiki Rani untuk diam. Karena bila Fuad mati, maka Rani juga ikut mati.

Agus Suwanto, 38, ayahanda Rani menuturkan, anaknya sekitar pukul 18.00 WIB diperbolehkan pulang dari RS Semen Gresik. Ketika balik ke rumah di Jalan Dewi Sekardadu RT 1/1 Kelurahan Ngargosari, Kecamatan Kebomas, Gresik, anaknya masih terlihat biasa. ”Setelah pulang masih biasa. Bahkan, sempat cerita kepada polwan dari Unit PPA Satreskrim Polres Gresik terkait penyanderaan dirinya,” ungkapnya.

Namun setelah itu, Rani sedikit murung dengan pandangan mata kosong. Bahkan, Rani minta digendongnya terus menerus. Padahal biasanya, Rani termasuk anak yang mandiri dan melakukan semua kegiatan di rumah sesukanya.

Ashadi ik/Soeprayitno
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6081 seconds (0.1#10.140)