Dua Tahun, Sapi Ditarget Bertambah Sejuta
A
A
A
MALANG - Krisis daging dalam negeri yang kerap terjadi hingga mendorong pemerintah melakukan impor harus segera diatasi. Sebab, kebijakan impor justru menekan para peternak dalam negeri.
Untuk itu, pemerintah menargetkan penambahan produksi 1 juta sapi dalam dua tahun ke depan. “Ini sebuah keharusan agar tidak bergantung pada impor luar negeri. Kami ingin menaikkan populasi di dalam negeri. Salah satunya melalui inseminasi buatan (IB),” tutur Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat mengunjungi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Kabupaten Malang, kemarin.
Dalam kunjungannya, JK didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofjan Djalil. dan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf. JK juga sempat meninjau langsung proses pembuatan semen (sperma) beku untuk IB dan sapi-sapi pejantan pilihan. Menurut JK, swasembada daging dengan meningkatkan produksi sapi tidak bisa ditawar.
Anjloknya harga sapi lokal saat keran impor daging dibuka akan melukai para peternak dalam negeri. Belum lagi, kebijakan impor kerap disalahgunakan oknum-oknum tertentu untuk meraup keuntungan pribadi. Kepala BBIB Singosari Maidaswar menuturkan, target produksi 1 juta ekor sapi sangat mungkin direalisasikan melalui pengembangan sistem IB, yang dianggapnya efektif untuk meningkatkan populasi sapi. Salah satu buktinya bisa dilihat di Jawa Timur.
Saat ini populasi sapi di Jawa Timur sekitar 4,8 juta ekor atau menguasai sepertiga populasi sapi di Indonesia yang mencapai 14,6 juta ekor. “Hampir 90% sapi di Jawa Timur dikembangkan dengan sistem IB. Keunggulannya, sapi yang dihasilkan berkualitas bagus dan produktivitasnya sangat tinggi,” tuturnya.
Keberhasilan sistem IB tersebut juga disokong ketersediaan semen (sperma) beku sapi yang kini telah diproduksi sendiri. Hingga November 2014, produksi semen beku di BBIB Singosari sebanyak 2,698 juta dosis. Sementara, produksi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Jawa Barat, mencapai 2,049 juta dosis.
Sedangkan, persediaan semen beku yang ada di BBIB Singosari sebanyak 4,390 juta dosis dan di BIB Lembang sebanyak 1,517 juta dosis. “Jumlah ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan, kami sudah mengekspor semen beku ke sejumlah negara,” tutur Maidaswar.
Menurut Maidaswar, mulai 2015 sistem IB akan mulai diterapkan di luar Jawa. Wilayah yang potensi populasi sapinya tinggi untuk ekspansi IB, antara lain di Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini produksi sapi di luar Pulau Jawa masih bergantung pada sistem alami. IB adalah rekayasa upaya pemanfaatan bibit pejantan unggul untuk memperbaiki mutu genetik ternak.
Semen dari pejantan pilihan diproses sehingga menjadi semen beku dan disimpan di rendaman nitrogen cair pada suhu -196 derajat Celsius. Berhasil tidaknya IB sangat dipengaruhi mutu semen beku. Sejak berdiri pada 1982, BBIB Singosari telah memproduksi 34,473 juta dosis semen beku senilai Rp241,316 miliar dan telah didistribusikan sebanyak 30,379 juta dosis semen beku senilai Rp212,654 miliar.
“Melalui produksi semen beku secara mandiri ini, kita mampu melakukan penghematan devisa dan substitusi impor senilai Rp14,1 triliun. Semen beku ini sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia dan telah berkontribusi kelahiran anak sapi sekitar 12,9 juta ekor atau senilai Rp38,7 triliun,” ujar Maidaswar.
Revitalisasi PG
Kunjungan Wapres JK ke Singosari kemarin merupakan bagian dari safari kerja di Jatim. Sebelumnya JK juga mengunjungi di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Kota Pasuruan serta meninjau Terminal Teluk Lamong di Surabaya.
Dalam kunjungannya di Pasuruan, JK menyatakan fungsi P3GI sebagai lembaga riset harus dikembalikan dan berada di bawah Kementerian Pertanian. Selain itu, program revitalisasi pabrik-pabrik gula di Indonesia yang sebagian telah dilaksanakan PTPN akan terus dilanjutkan. Hal ini penting untuk meningkatkan produksi gula nasional.
”Pabrik gula yang sudah tua akan diganti dengan mesin-mesin baru sehingga produktivitasnya bisa meningkat,” kata JK seusai meninjau Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Kota Pasuruan kemarin. Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil, untuk revitalisasi setiap pabrik gula yang berusia tua dibutuhkan dana sekitar Rp1,5 triliun.
Namun, untuk mencapai target produksi gula nasional tidak cukup hanya dengan peremajaan mesin-mesin pabrik. ”Obsesi produksi gula dengan rendemen 10% ini hanya bisa diwujudkan dengan revolusi, tidak sekadar revitalisasi pabrik gula. Peningkatan produksi tebu harus didukung benih unggulan sehingga menghasilkan 100 ton/hektare,” kata Arum Sabil.
Untuk mendapatkan benih varietas unggul, ujar Arum, lembaga riset harus benar-benar berfungsi sebagai lembaga peneliti. Pemerintah harus mendukung dan mengambil alih lembaga riset. Dengan begitu, para peneliti dapat bekerja dengan baik untuk pengembangan varietas unggulan.
Yuswantoro/ Arie yoenianto/ant
Untuk itu, pemerintah menargetkan penambahan produksi 1 juta sapi dalam dua tahun ke depan. “Ini sebuah keharusan agar tidak bergantung pada impor luar negeri. Kami ingin menaikkan populasi di dalam negeri. Salah satunya melalui inseminasi buatan (IB),” tutur Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) saat mengunjungi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Kabupaten Malang, kemarin.
Dalam kunjungannya, JK didampingi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofjan Djalil. dan Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf. JK juga sempat meninjau langsung proses pembuatan semen (sperma) beku untuk IB dan sapi-sapi pejantan pilihan. Menurut JK, swasembada daging dengan meningkatkan produksi sapi tidak bisa ditawar.
Anjloknya harga sapi lokal saat keran impor daging dibuka akan melukai para peternak dalam negeri. Belum lagi, kebijakan impor kerap disalahgunakan oknum-oknum tertentu untuk meraup keuntungan pribadi. Kepala BBIB Singosari Maidaswar menuturkan, target produksi 1 juta ekor sapi sangat mungkin direalisasikan melalui pengembangan sistem IB, yang dianggapnya efektif untuk meningkatkan populasi sapi. Salah satu buktinya bisa dilihat di Jawa Timur.
Saat ini populasi sapi di Jawa Timur sekitar 4,8 juta ekor atau menguasai sepertiga populasi sapi di Indonesia yang mencapai 14,6 juta ekor. “Hampir 90% sapi di Jawa Timur dikembangkan dengan sistem IB. Keunggulannya, sapi yang dihasilkan berkualitas bagus dan produktivitasnya sangat tinggi,” tuturnya.
Keberhasilan sistem IB tersebut juga disokong ketersediaan semen (sperma) beku sapi yang kini telah diproduksi sendiri. Hingga November 2014, produksi semen beku di BBIB Singosari sebanyak 2,698 juta dosis. Sementara, produksi di Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, Jawa Barat, mencapai 2,049 juta dosis.
Sedangkan, persediaan semen beku yang ada di BBIB Singosari sebanyak 4,390 juta dosis dan di BIB Lembang sebanyak 1,517 juta dosis. “Jumlah ini mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri. Bahkan, kami sudah mengekspor semen beku ke sejumlah negara,” tutur Maidaswar.
Menurut Maidaswar, mulai 2015 sistem IB akan mulai diterapkan di luar Jawa. Wilayah yang potensi populasi sapinya tinggi untuk ekspansi IB, antara lain di Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT). Selama ini produksi sapi di luar Pulau Jawa masih bergantung pada sistem alami. IB adalah rekayasa upaya pemanfaatan bibit pejantan unggul untuk memperbaiki mutu genetik ternak.
Semen dari pejantan pilihan diproses sehingga menjadi semen beku dan disimpan di rendaman nitrogen cair pada suhu -196 derajat Celsius. Berhasil tidaknya IB sangat dipengaruhi mutu semen beku. Sejak berdiri pada 1982, BBIB Singosari telah memproduksi 34,473 juta dosis semen beku senilai Rp241,316 miliar dan telah didistribusikan sebanyak 30,379 juta dosis semen beku senilai Rp212,654 miliar.
“Melalui produksi semen beku secara mandiri ini, kita mampu melakukan penghematan devisa dan substitusi impor senilai Rp14,1 triliun. Semen beku ini sudah didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia dan telah berkontribusi kelahiran anak sapi sekitar 12,9 juta ekor atau senilai Rp38,7 triliun,” ujar Maidaswar.
Revitalisasi PG
Kunjungan Wapres JK ke Singosari kemarin merupakan bagian dari safari kerja di Jatim. Sebelumnya JK juga mengunjungi di Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) di Kota Pasuruan serta meninjau Terminal Teluk Lamong di Surabaya.
Dalam kunjungannya di Pasuruan, JK menyatakan fungsi P3GI sebagai lembaga riset harus dikembalikan dan berada di bawah Kementerian Pertanian. Selain itu, program revitalisasi pabrik-pabrik gula di Indonesia yang sebagian telah dilaksanakan PTPN akan terus dilanjutkan. Hal ini penting untuk meningkatkan produksi gula nasional.
”Pabrik gula yang sudah tua akan diganti dengan mesin-mesin baru sehingga produktivitasnya bisa meningkat,” kata JK seusai meninjau Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Kota Pasuruan kemarin. Menurut Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI) Arum Sabil, untuk revitalisasi setiap pabrik gula yang berusia tua dibutuhkan dana sekitar Rp1,5 triliun.
Namun, untuk mencapai target produksi gula nasional tidak cukup hanya dengan peremajaan mesin-mesin pabrik. ”Obsesi produksi gula dengan rendemen 10% ini hanya bisa diwujudkan dengan revolusi, tidak sekadar revitalisasi pabrik gula. Peningkatan produksi tebu harus didukung benih unggulan sehingga menghasilkan 100 ton/hektare,” kata Arum Sabil.
Untuk mendapatkan benih varietas unggul, ujar Arum, lembaga riset harus benar-benar berfungsi sebagai lembaga peneliti. Pemerintah harus mendukung dan mengambil alih lembaga riset. Dengan begitu, para peneliti dapat bekerja dengan baik untuk pengembangan varietas unggulan.
Yuswantoro/ Arie yoenianto/ant
(ars)