Kolaborasi Apik Piano dan Tari Gandrung
A
A
A
SURABAYA - Apa jadinya jika tari tradisional yang biasanya diiringi musik tradisional kini tampil dengan iringan piano.
Gemulai gerak penari ditambah denting merdu piano membuat siapa pun yang menyaksikan terpana. Memadukan dua jenis kesenian yang berbeda, itulah yang dilakukan oleh seorang guru piano sekaliber Maestra Ivon Maria Pek Pien saat tampil dalam acara bertajuk “Spectacular Music Show 2014” di Swiss- Belinn Hotel kemarin.
Keindahan terlihat saat Ivon mengolaborasikan empat penari gandrung asal Kabupaten Banyuwangi dengan kemahirannya memainkan piano. Kolaborasi dengan penari gandrung tersebut diberi nama gandrung variation. Empat orang penari gandrung asli Banyuwangi itu sudah menyiapkan diri selama tiga bulan latihan bersama Ivon.
Uniknya lagi, di pentas tersebut Ivon tidak hanya memainkan grand piano sebagai musik pengiring, tetapi juga memadukan media kertas, kaleng, bola pingpong, gelang gremo, dan beberapa media lain yang sengaja dibuat dengan sistem tuning khusus sehingga menghasilkan bunyi yang sedikit berbeda dari suara grand piano pada umumnya. Supaya unsur tradisionalnya tidak hilang, Ivon juga mengajak seorang pemain kendang untuk berkolaborasi dengannya.
“Permainan grand piano dengan sistem tuning khusus tadi bisa menghasilkan suara rhythm yang rancak dan kuat. Sebagai pendukung tarian ditambah lagi dengan bunyi kendang yang dimainkan langsung oleh rekan saya, Heru,” papar ditemui sebelum konser. Menurut Ivon, mengolaborasikan tari gandrung dengan alunan musik piano merupakan hal yang baru dan rencananya karya tersebut juga akan dipentaskan di Eropa dan Amerika dalam kegiatan world premiere.
Ivon mendapat ilham membuat konser dengan kolaborasi tari gandrung karena saran seorang temannya, Nasar Albatati. Atas saran teman tersebut, dia akhirnya memilih tari gandrung untuk dikembangkan lagi menjadi pentas yang tidak sekadar bisa menikmati tarian, tetapi juga alunan musik yang berbeda.
Tujuan dari konser itu tidak hanya sekadar menunjukkan kreasi-kreasi baru dari dunia musik khususnya karya muridnya, tetapi juga melatih keberanian dan evaluasi diri, mengingat yang terlibat dalam konser tersebut adalah anak-anak muda berbakat di Surabaya. Selain penampilan Ivon, konser yang digelar selama satu jam tersebut juga menyuguhkan penampilan 48 murid dari Wisma Musik Galaxy.
“Konser ini akan menampilkan seluruh murid saya mulai dari yang kecil hingga dewasa mulai dari piano solo, duet, maupun ensembledengan tarian modern dan tradisional, seperti pentas saya yang berjudul ‘Grandrung Variation’,” kata Ivon, sapaan akrab perempuan pemilik Wisma Musik Galaxy Surabaya tersebut. Mengingat konser ini mengambil konsep modern dan tradisional maka beberapa tampilan tetap mengambil unsur klasik, misalnya lagu-lagu yang dibawakan di antaranya sountrack film Twilight seperti A Thousand Year.
Lagu legendaris seperti Love Story juga dibawakan salah satu murid Ivon, yakni David Setiadi Lianto, Dewi Karina, Brillian Wilis, dan Laura Angelo Ongko. Tampilan ini dikemas dalam konsep ensemble dan dibarengi dengan tampilan para penari.
Mamik wijayanti
Gemulai gerak penari ditambah denting merdu piano membuat siapa pun yang menyaksikan terpana. Memadukan dua jenis kesenian yang berbeda, itulah yang dilakukan oleh seorang guru piano sekaliber Maestra Ivon Maria Pek Pien saat tampil dalam acara bertajuk “Spectacular Music Show 2014” di Swiss- Belinn Hotel kemarin.
Keindahan terlihat saat Ivon mengolaborasikan empat penari gandrung asal Kabupaten Banyuwangi dengan kemahirannya memainkan piano. Kolaborasi dengan penari gandrung tersebut diberi nama gandrung variation. Empat orang penari gandrung asli Banyuwangi itu sudah menyiapkan diri selama tiga bulan latihan bersama Ivon.
Uniknya lagi, di pentas tersebut Ivon tidak hanya memainkan grand piano sebagai musik pengiring, tetapi juga memadukan media kertas, kaleng, bola pingpong, gelang gremo, dan beberapa media lain yang sengaja dibuat dengan sistem tuning khusus sehingga menghasilkan bunyi yang sedikit berbeda dari suara grand piano pada umumnya. Supaya unsur tradisionalnya tidak hilang, Ivon juga mengajak seorang pemain kendang untuk berkolaborasi dengannya.
“Permainan grand piano dengan sistem tuning khusus tadi bisa menghasilkan suara rhythm yang rancak dan kuat. Sebagai pendukung tarian ditambah lagi dengan bunyi kendang yang dimainkan langsung oleh rekan saya, Heru,” papar ditemui sebelum konser. Menurut Ivon, mengolaborasikan tari gandrung dengan alunan musik piano merupakan hal yang baru dan rencananya karya tersebut juga akan dipentaskan di Eropa dan Amerika dalam kegiatan world premiere.
Ivon mendapat ilham membuat konser dengan kolaborasi tari gandrung karena saran seorang temannya, Nasar Albatati. Atas saran teman tersebut, dia akhirnya memilih tari gandrung untuk dikembangkan lagi menjadi pentas yang tidak sekadar bisa menikmati tarian, tetapi juga alunan musik yang berbeda.
Tujuan dari konser itu tidak hanya sekadar menunjukkan kreasi-kreasi baru dari dunia musik khususnya karya muridnya, tetapi juga melatih keberanian dan evaluasi diri, mengingat yang terlibat dalam konser tersebut adalah anak-anak muda berbakat di Surabaya. Selain penampilan Ivon, konser yang digelar selama satu jam tersebut juga menyuguhkan penampilan 48 murid dari Wisma Musik Galaxy.
“Konser ini akan menampilkan seluruh murid saya mulai dari yang kecil hingga dewasa mulai dari piano solo, duet, maupun ensembledengan tarian modern dan tradisional, seperti pentas saya yang berjudul ‘Grandrung Variation’,” kata Ivon, sapaan akrab perempuan pemilik Wisma Musik Galaxy Surabaya tersebut. Mengingat konser ini mengambil konsep modern dan tradisional maka beberapa tampilan tetap mengambil unsur klasik, misalnya lagu-lagu yang dibawakan di antaranya sountrack film Twilight seperti A Thousand Year.
Lagu legendaris seperti Love Story juga dibawakan salah satu murid Ivon, yakni David Setiadi Lianto, Dewi Karina, Brillian Wilis, dan Laura Angelo Ongko. Tampilan ini dikemas dalam konsep ensemble dan dibarengi dengan tampilan para penari.
Mamik wijayanti
(ars)