Demo, WTS Gude Lepas Baju
A
A
A
MADIUN - Kesal setelah berkali-kali menggelar unjuk rasa, tetapi tidak ada tanggapan, para penghuni Lokalisasi Wisma Wanita Harapan atau Lokalisasi Gude nekat mencopot baju yang dikenakan di depan kantor bupati.
Setelah unjuk rasa sebelumnya tidak mendapat tanggapan, kemarin kembali para penghuni LokalisasiGudediDesaTeguhan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, mendatangi Kantor Bupati Madiun. Mereka meminta bertemu Bupati Madiun Muhtarom untuk menuntut penundaan penutupan lokalisasi.
Berbeda dengan unjuk rasa sebelumnya, kali ini para pengunjuk rasa mengangkut sound system berkekuatan cukup tinggi. Mereka berorasi secara bergantian. Intinya, mereka menolak penutupan yang terkesan mendadak dan meminta ditunda hingga dua tahun mendatang. Berkali-kali mereka berteriak- teriak memanggil nama bupati untuk berdialog di depan gerbang kompleks kantor bupati. Namun, bupati yang sedang melaksanakan tabur bunga tidak bisa hadir di lokasi unjuk rasa.
Mereka hanya ditemui Kadinsosnakertrans Wijayanto Djoko Poernomo dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Agus Budi Cahyono. Selain berorasi, mereka juga menyanyikan lagu Sakitnya Tuh di Sini yang diputar secara berulang- ulang. Mereka bergantian menyanyikannya sambil berkaraoke. Beberapa lirik mereka ganti dengan kata-kata protes terhadap rencana penutupan. Yang juga berbeda, kali ini beberapa WTS yang tampak kesal dengan rencana penutupan nekat buka baju.
Kemeja yang mereka kenakan diputar-putar di atas kepala. Alhasil, tank top dan kaus dalam mereka pun terlihat. Namun, aksi ini tidak dilanjutkan dengan membuka pakaian yang lain karena salah satu dari mereka mengingatkan bahwa di sekitar kantor bupati ada sekolah dasar (SD). Mereka pun mengenakan kembali baju dan meneruskan bernyanyi sambil meminta maaf kepada pengelola sekolah di sekitar Alun-alun Madiun. Gagal menemui bupati, para pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri. Tetapi, mereka menyatakan tidak akan berhenti beroperasi dan akan tetap beraktivitas seperti semula sebagai WTS dan profesi lainnya di Lokalisasi Gude.
“Yang jualan tetap jualan, yang parkir tetap menjaga parkir, yang WTS tetap melayani tamu, dan yang mucikari tetap menjadi mucikari. Kami tetap beraktivitas seperti biasa,” ujar ketua salah satu RT di Lokalisasi Gude, Suprapto. Alasannya, para penghuni lokalisasi belum mempunyai keterampilan memadai kalau harus berhenti dari pekerjaan yang sekarang digeluti.
Meskipun pihak pemkab sudah pernah memberikan pelatihan, waktu untuk melatih para penghuni terlalu singkat dan tidak sesuai kesepakatan. Penutupan Lokalisasi Gude adalah tindak lanjut dari Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur (Jatim) No 460/16474/ 031/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi dan Perdagangan Wanita serta SK Gubernur Jatim No 460/ 031/2011 perihal Penanganan Lokalisasi WTS di Jatim dalam Rangka Rencana Penutupan Lokalisasi WTS.
Sebelumnya salah seorang WTS menyatakan, penutupan Gude yang mendadak tidak manusiawi. Seharusnya pemerintah lebih bijak mempersiapkan penutupan dan pemulangan para WTS ke kampung halaman masing-masing. “Pemerintah jangan menutup Gude seenaknya, kami jangan dibuang begitu saja,” kata Fransiska saat menyampaikan aspirasinya.
Berdasarkan data pengurus Lokalisasi Gude, jumlah WTS di lokasi tersebut sebanyak 80 orang. Adapun mucikarinya sebanyak 32 orang dan warga lain yang bekerja sebagai pedagang makanan, tukang ojek, dan tukang cuci pakaian sebanyak 56 orang.
Dili eyato
Setelah unjuk rasa sebelumnya tidak mendapat tanggapan, kemarin kembali para penghuni LokalisasiGudediDesaTeguhan, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, mendatangi Kantor Bupati Madiun. Mereka meminta bertemu Bupati Madiun Muhtarom untuk menuntut penundaan penutupan lokalisasi.
Berbeda dengan unjuk rasa sebelumnya, kali ini para pengunjuk rasa mengangkut sound system berkekuatan cukup tinggi. Mereka berorasi secara bergantian. Intinya, mereka menolak penutupan yang terkesan mendadak dan meminta ditunda hingga dua tahun mendatang. Berkali-kali mereka berteriak- teriak memanggil nama bupati untuk berdialog di depan gerbang kompleks kantor bupati. Namun, bupati yang sedang melaksanakan tabur bunga tidak bisa hadir di lokasi unjuk rasa.
Mereka hanya ditemui Kadinsosnakertrans Wijayanto Djoko Poernomo dan Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Agus Budi Cahyono. Selain berorasi, mereka juga menyanyikan lagu Sakitnya Tuh di Sini yang diputar secara berulang- ulang. Mereka bergantian menyanyikannya sambil berkaraoke. Beberapa lirik mereka ganti dengan kata-kata protes terhadap rencana penutupan. Yang juga berbeda, kali ini beberapa WTS yang tampak kesal dengan rencana penutupan nekat buka baju.
Kemeja yang mereka kenakan diputar-putar di atas kepala. Alhasil, tank top dan kaus dalam mereka pun terlihat. Namun, aksi ini tidak dilanjutkan dengan membuka pakaian yang lain karena salah satu dari mereka mengingatkan bahwa di sekitar kantor bupati ada sekolah dasar (SD). Mereka pun mengenakan kembali baju dan meneruskan bernyanyi sambil meminta maaf kepada pengelola sekolah di sekitar Alun-alun Madiun. Gagal menemui bupati, para pengunjuk rasa akhirnya membubarkan diri. Tetapi, mereka menyatakan tidak akan berhenti beroperasi dan akan tetap beraktivitas seperti semula sebagai WTS dan profesi lainnya di Lokalisasi Gude.
“Yang jualan tetap jualan, yang parkir tetap menjaga parkir, yang WTS tetap melayani tamu, dan yang mucikari tetap menjadi mucikari. Kami tetap beraktivitas seperti biasa,” ujar ketua salah satu RT di Lokalisasi Gude, Suprapto. Alasannya, para penghuni lokalisasi belum mempunyai keterampilan memadai kalau harus berhenti dari pekerjaan yang sekarang digeluti.
Meskipun pihak pemkab sudah pernah memberikan pelatihan, waktu untuk melatih para penghuni terlalu singkat dan tidak sesuai kesepakatan. Penutupan Lokalisasi Gude adalah tindak lanjut dari Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Timur (Jatim) No 460/16474/ 031/2010 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Prostitusi dan Perdagangan Wanita serta SK Gubernur Jatim No 460/ 031/2011 perihal Penanganan Lokalisasi WTS di Jatim dalam Rangka Rencana Penutupan Lokalisasi WTS.
Sebelumnya salah seorang WTS menyatakan, penutupan Gude yang mendadak tidak manusiawi. Seharusnya pemerintah lebih bijak mempersiapkan penutupan dan pemulangan para WTS ke kampung halaman masing-masing. “Pemerintah jangan menutup Gude seenaknya, kami jangan dibuang begitu saja,” kata Fransiska saat menyampaikan aspirasinya.
Berdasarkan data pengurus Lokalisasi Gude, jumlah WTS di lokasi tersebut sebanyak 80 orang. Adapun mucikarinya sebanyak 32 orang dan warga lain yang bekerja sebagai pedagang makanan, tukang ojek, dan tukang cuci pakaian sebanyak 56 orang.
Dili eyato
(ars)