Suara dentuman Merapi mulai menurun
A
A
A
Sindonews.com - Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta Subandrio menyampaikan suara dentuman dari Gunung Merapi mulai menurun.
Tercatat, suara dentuman terbanyak pada 29 April 2014 lalu sebanyak 52 kali dengan pertanda kegempaan low frekuensi. Sehari kemudian pada 30 April, tercatat ada 38 kali low frekuensi.
Sementara pada 28 April atau sehari sebelum dinyatakan peningkatan status dari normal menjadi waspada terdapat kegempaan low frekuensi sebanyak empat kali.
"Kemarin ada 14 kali LF (Low Frekuensi) dan hari ini, mulai pukul 00.00 hingga 07.00 tadi pagi baru dua kali LF," kata Subandrio di Kantor BPPTKG Yogyakarta, Jum'at (2/5/2014).
Suara dentuman Merapi terdengar menurun. Suara itu menunjukkan ada pergerakan atau pelepasan gas di perut Merapi.
"Pelepasan gas itu menimbulkan suara karena dari dalam perut Merapi. Suara itu belum menunjukan adanya erupsi minor (kecil) karena sampai saat ini tidak terjadi erupsi," ujarnya.
Subandrio memprediksi, jika terjadi erupsi, maka material lama berupa bebatuan dan kerikil serta abu vulkanik yang akan keluar. Itu semua merupakan material lama yang diprediksi peninggalan sisa-sisa erupsi eksplosif 2010 lalu.
"Saya kira belum ada pergerakan magma baru ke atas. Kalau terjadi erupsi minor itu semua merupakan sisa-sisa material lama," paparnya.
Subandrio menegaskan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda bergerakan magma baru naik keatas. Salah satu tanda yang mudah dipahami dengan munculnya awan panas. Tapi, hingga kini tanda-tanda tersebut masih nihil.
Tercatat, suara dentuman terbanyak pada 29 April 2014 lalu sebanyak 52 kali dengan pertanda kegempaan low frekuensi. Sehari kemudian pada 30 April, tercatat ada 38 kali low frekuensi.
Sementara pada 28 April atau sehari sebelum dinyatakan peningkatan status dari normal menjadi waspada terdapat kegempaan low frekuensi sebanyak empat kali.
"Kemarin ada 14 kali LF (Low Frekuensi) dan hari ini, mulai pukul 00.00 hingga 07.00 tadi pagi baru dua kali LF," kata Subandrio di Kantor BPPTKG Yogyakarta, Jum'at (2/5/2014).
Suara dentuman Merapi terdengar menurun. Suara itu menunjukkan ada pergerakan atau pelepasan gas di perut Merapi.
"Pelepasan gas itu menimbulkan suara karena dari dalam perut Merapi. Suara itu belum menunjukan adanya erupsi minor (kecil) karena sampai saat ini tidak terjadi erupsi," ujarnya.
Subandrio memprediksi, jika terjadi erupsi, maka material lama berupa bebatuan dan kerikil serta abu vulkanik yang akan keluar. Itu semua merupakan material lama yang diprediksi peninggalan sisa-sisa erupsi eksplosif 2010 lalu.
"Saya kira belum ada pergerakan magma baru ke atas. Kalau terjadi erupsi minor itu semua merupakan sisa-sisa material lama," paparnya.
Subandrio menegaskan, hingga saat ini belum ada tanda-tanda bergerakan magma baru naik keatas. Salah satu tanda yang mudah dipahami dengan munculnya awan panas. Tapi, hingga kini tanda-tanda tersebut masih nihil.
(sms)