Aktivitas gas di perut Merapi terus dipantau

Kamis, 01 Mei 2014 - 15:55 WIB
Aktivitas gas di perut...
Aktivitas gas di perut Merapi terus dipantau
A A A
Sindonews.com - Balai Penelitian dan Penyelidikan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Yogyakarta memantau secara terus menerus aktivitas gas di perut Merapi.

Hal itu mempertimbangkan aktivitas gas di Merapi sejak dinaikan statusnya menjadi level dua atau waspada.

Hingga kini kondisi yang masih memberikan rasa aman adalah aktivitas gas tersebut tidak diikuti dengan terjadinya gempa berfrekuensi tinggi atau HF. Gempa HF merupakan tanda adanya pergerakan magma dari perut ke puncak Merapi.

Gempa yang terjadi saat ini cenderung memiliki frekuensi rendah atau LF. Hal itu diprediksi belum memperlihatkan adanya gerakan magma dari dalam perut Merapi.

"Bedanya dengan 2010, kalau yang dulu gempa HF sangat intensif karena memang ada gerakan magma ke permukaan. Kalau sekarang aktivitas gas tinggi tetapi tidak ada gempa HF dan tidak ada deformasi," ungkap Kepala BPPTKG Yogyakarta Subandrio, Kamis (1/5/2014).

Sementara itu untuk terdengarnya suara dentuman, Subandrio menegaskan, terjadi sebagai akibat dari aktivitas gas yang cukup tinggi. Sejak Rabu sore 30 April hingga Kamis (1/5/2014) siang tercatat suara dentuman terdengar hingga 24 kali. Hal tersebutlah yang menjadi tolok ukur tingginya aktivitas gas di perut Merapi.

Hingga kini suara dentuman tercatat paling sering terdengar dari Pos Babadan dan terpantau tidak terdengar dari semua pos pantau Merapi.

Sedangkan fakta bahwa akvifitas gas yang tinggi tidak disertai pergerakan magma salah satunya terlihat dari lemahnya hembusan asap solfatara di puncak.

"Sistem di atas (kubah) tidak tertutup sehingga asap keluar. Kita terus pantau apakah ada peningkatan aktivitas terus atau menurun," ujarnya.

Terpisah Kepala BPBD Kota Yogyakarta Agus Winarta menyebutkan, pihaknya sudah melakukan koordinasi awal dengan seluruh jajaran.

Meski rasa lelah dari menghadapi erupsi Kelud belum hilang, kewaspadaan dari aktivitas Merapi diakui sudah langsung dibangun kembali.

"Kalau Merapi ini kita backup. Selama ini cenderung ancaman sekunder yang ada, tapi kewaspadaan tetap harus dilakukan," tandasnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7657 seconds (0.1#10.140)