Mbok Yam, nenek sihir dari Probolinggo
A
A
A
MBOK Yam alias Senenten (65) sekarang terkenal. Warga Desa Sumendi, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, itu dikenal karena pengalamannya selama 40 tahun menjadi tukang pijat tradisional. Pijatannya yang kuat dan nyaman, membuat orang ketagihan.
Ketika orang luar kampung kerap datang rumah Mbok Yam, warga sekitar juga menjadi mahfum. Karena pijatan Mbok Yam memang terkenal yahut. Di manapun tukang pijat berada, mereka dengan setia akan menunggu giliran untuk dipijat, jika sudah merasa cocok.
"Orang banyak yang cocok dengan pijatannya, enak dan tidak sakit," kata Musan, seorang perangkat desa setempat, kepada wartawan, Sabtu (21/12/2013).
Musan yang tinggal bertetangga dengan MbokYam, tahu betul jika pasien yang datang untuk minta dipijat. Bahkan, meski Mbok Yam sudah berusia lanjut, masih saja orang dari luar daerah datang kerumah Mbok Yam.
Namun, warga tidak menyangka keahlian memijat Mbok Yam itu disalah gunakan untuk praktik aborsi. Dibantu asistennya, Mbok Ho alias Sulastri (60), Mbok Yam melakukan praktik pengguguran kandungan.
Perbuatan ini diduga sudah berlangsung lama. Dari dalam areal rumahnya, polisi berhasil membongkar 23 bungkusan yang diduga orok dari kandungan perempuan yang digugurkan Mbok Yam.
Praktik ilegal ini terbongkar setelah seorang pasien anak baru gede SS (14), bermaksud menutup aib kehamilan yang tidak dikehendakinya. Dia dilarikan ke rumah sakit akibat pendarahan hebat setelah dipijat Mbok Yam.
Siswa SMP ini seolah ditakdirkan Tuhan untuk menghentikan praktik aborsi Mbok Yam yang selama ini tertutup rapat. Dalam berpraktik, Mbok Yam tidak sekedar memijat bagian tertentu untuk merontokkan janin yang di kandung badan.
Dibantu Mbok Ho, asistennya, Mbok Yam meracik ramuan tradisional dari rempah-rempah, dan diminumkan kepada pasiennya.
Selang beberapa waktu, ramuan yang merasuk membuat perut pasiennya terasa panas. Disaat itulah, Mbok Yam yang penglihatannya tergganggu karena menderita penyakit diabet, mulai memijat dan mengeluarkan janin dari dalam rahim.
"Ramuan tradisional itu membuat perut pasiennya panas. Setelah itu dimulai proses pemijatan hingga janinnya keluar. Pasien diizinkan pulang jika kondisinya sudah membaik setelah menjalani aborsi. Tarifnya bervariasi antara Rp1-1,5 juta," kata Kapolres Probolinggo Kota AKBP Iwan Setiawan.
Praktik aborsi ini, nyaris tidak diketahui warga. Kalaupun terdengar teriakan atau rintihan dalam rumah Mbok, dianggap sebagai hal yang wajar, karena menahan rasa sakit saat dipijat.
Warga baru tersadar, setelah petugas kepolisian menggerebek dan menemukan barang bukti puluhan bungkusan orok bayi yang di kubur di dalam rumah Mbok Yam.
Siapa saja yang pernah menjajal manjurnya ramuan dan pijatan pengguguran kandungan, mungkin akan menjadi rahasia Mbok Yam seumur hidupnya. Mungkin juga Mbok Yam tidak pernah menanyakan alamat detail pasien yang datang hingga dari Jember, Malang, dan Surabaya.
Ketika orang luar kampung kerap datang rumah Mbok Yam, warga sekitar juga menjadi mahfum. Karena pijatan Mbok Yam memang terkenal yahut. Di manapun tukang pijat berada, mereka dengan setia akan menunggu giliran untuk dipijat, jika sudah merasa cocok.
"Orang banyak yang cocok dengan pijatannya, enak dan tidak sakit," kata Musan, seorang perangkat desa setempat, kepada wartawan, Sabtu (21/12/2013).
Musan yang tinggal bertetangga dengan MbokYam, tahu betul jika pasien yang datang untuk minta dipijat. Bahkan, meski Mbok Yam sudah berusia lanjut, masih saja orang dari luar daerah datang kerumah Mbok Yam.
Namun, warga tidak menyangka keahlian memijat Mbok Yam itu disalah gunakan untuk praktik aborsi. Dibantu asistennya, Mbok Ho alias Sulastri (60), Mbok Yam melakukan praktik pengguguran kandungan.
Perbuatan ini diduga sudah berlangsung lama. Dari dalam areal rumahnya, polisi berhasil membongkar 23 bungkusan yang diduga orok dari kandungan perempuan yang digugurkan Mbok Yam.
Praktik ilegal ini terbongkar setelah seorang pasien anak baru gede SS (14), bermaksud menutup aib kehamilan yang tidak dikehendakinya. Dia dilarikan ke rumah sakit akibat pendarahan hebat setelah dipijat Mbok Yam.
Siswa SMP ini seolah ditakdirkan Tuhan untuk menghentikan praktik aborsi Mbok Yam yang selama ini tertutup rapat. Dalam berpraktik, Mbok Yam tidak sekedar memijat bagian tertentu untuk merontokkan janin yang di kandung badan.
Dibantu Mbok Ho, asistennya, Mbok Yam meracik ramuan tradisional dari rempah-rempah, dan diminumkan kepada pasiennya.
Selang beberapa waktu, ramuan yang merasuk membuat perut pasiennya terasa panas. Disaat itulah, Mbok Yam yang penglihatannya tergganggu karena menderita penyakit diabet, mulai memijat dan mengeluarkan janin dari dalam rahim.
"Ramuan tradisional itu membuat perut pasiennya panas. Setelah itu dimulai proses pemijatan hingga janinnya keluar. Pasien diizinkan pulang jika kondisinya sudah membaik setelah menjalani aborsi. Tarifnya bervariasi antara Rp1-1,5 juta," kata Kapolres Probolinggo Kota AKBP Iwan Setiawan.
Praktik aborsi ini, nyaris tidak diketahui warga. Kalaupun terdengar teriakan atau rintihan dalam rumah Mbok, dianggap sebagai hal yang wajar, karena menahan rasa sakit saat dipijat.
Warga baru tersadar, setelah petugas kepolisian menggerebek dan menemukan barang bukti puluhan bungkusan orok bayi yang di kubur di dalam rumah Mbok Yam.
Siapa saja yang pernah menjajal manjurnya ramuan dan pijatan pengguguran kandungan, mungkin akan menjadi rahasia Mbok Yam seumur hidupnya. Mungkin juga Mbok Yam tidak pernah menanyakan alamat detail pasien yang datang hingga dari Jember, Malang, dan Surabaya.
(san)