Merapi keluarkan asap & dentuman
A
A
A
Sindonews.com - Selain mengeluarkan asap setinggi sekitar 1.000 meter, Gunung Merapi juga mengeluarkan suara dentuman. Suara dentuman itu berlangsung sekira 10 menit.
Triyono (47), petugas Pos Pengamat Gunung Merapi Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang mengatakan, letusan yang terjadi diwarnai dengan dentuman dan suara gemuruh disertai debu berwarna cokelat kehitaman membumbung ke atas mencapai sekitar 800-1000 meter.
Diperkirakannya, suara dentuman tersebut diakibatkan oleh tekanan kuat dari dalam. Sehingga selain abu, letusan itu juga membawa kerikil.
"Informasi dari Sleman hanya abu dan pasir. Selain itu, terlihat sejumlah batu berwarna merah terlempar, namun langsung jatuh di sekitar puncak," katanya saat bertugas di Pos yang berjarak 4,4 kilometer dari puncak Merapi itu, Senin (22/7/2013).
Triyono menegaskan, letusan yang terjadi kemarin berbahaya. Apalagi, selain abu, terdapat sejumlah batu yang juga terlempar.
"Sebetulnya bahaya karena mengeluarkan debu dan pasir. Semisal tekanan lebih kuat lagi, bisa jadi akan membawa batu yang berukuran lebih besar," lanjutnya.
Aktivitas Gunung Merapi yang tercatat di Pos Babadan disebutkan, gempa mulai terjadi pada 1-19 Juli 2013. Gempa tektonik paling banyak terjadi pada 8 Juli 2013 yakni hingga enam kali gempa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo mengharap masyarakat di sekitar Lereng Merapi untuk tetap tenang dan waspada.
"Status Merapi masih aktif normal. Warga diharap tetap tenang. Namun dihimbau meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.
Dia menyatakan, sejauh ini masyarakat di wilayah lereng barat Merapi atau daerah Magelang dan sekitarnya, belum terdampak hujan abu vulkanis.
"Sementara tidak ada laporan hujan abu di wilayah Magelang," kata Joko.
Hingga saat ini, pihaknya masih tetap melakukan pemantauan di sejumlah pos pengamatan. "Termasuk, kami pantau perkembangan dengan koordinasi terus ke BPPTKG," imbuhnya.
Yatmi (60) salah seorang warga Dusun Trono, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun mengaku sudah siap mengungsi saat mendengar dentuman dari puncak Merapi.
"Saya sudah berkemas barang-barang yang akan dibawa mengungsi. Waktu itu habis sahur," katanya.
Dia bersama dua anggota keluarganya bahkan sudah keluar rumah bersama warga yaang lain.
Menurutnya, warga Dusun Trono masih menyimpan trauma yang mendalam terhadap erupsi Merapi 2010 silam.
"Pemukiman kami dari Pos Babadan hanya berjarak sekitar satu kilometer. Kalau pas ada dentuman, rasanya langsung panik," tandasnya.
Triyono (47), petugas Pos Pengamat Gunung Merapi Babadan, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang mengatakan, letusan yang terjadi diwarnai dengan dentuman dan suara gemuruh disertai debu berwarna cokelat kehitaman membumbung ke atas mencapai sekitar 800-1000 meter.
Diperkirakannya, suara dentuman tersebut diakibatkan oleh tekanan kuat dari dalam. Sehingga selain abu, letusan itu juga membawa kerikil.
"Informasi dari Sleman hanya abu dan pasir. Selain itu, terlihat sejumlah batu berwarna merah terlempar, namun langsung jatuh di sekitar puncak," katanya saat bertugas di Pos yang berjarak 4,4 kilometer dari puncak Merapi itu, Senin (22/7/2013).
Triyono menegaskan, letusan yang terjadi kemarin berbahaya. Apalagi, selain abu, terdapat sejumlah batu yang juga terlempar.
"Sebetulnya bahaya karena mengeluarkan debu dan pasir. Semisal tekanan lebih kuat lagi, bisa jadi akan membawa batu yang berukuran lebih besar," lanjutnya.
Aktivitas Gunung Merapi yang tercatat di Pos Babadan disebutkan, gempa mulai terjadi pada 1-19 Juli 2013. Gempa tektonik paling banyak terjadi pada 8 Juli 2013 yakni hingga enam kali gempa.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Magelang, Joko Sudibyo mengharap masyarakat di sekitar Lereng Merapi untuk tetap tenang dan waspada.
"Status Merapi masih aktif normal. Warga diharap tetap tenang. Namun dihimbau meningkatkan kewaspadaan," ujarnya.
Dia menyatakan, sejauh ini masyarakat di wilayah lereng barat Merapi atau daerah Magelang dan sekitarnya, belum terdampak hujan abu vulkanis.
"Sementara tidak ada laporan hujan abu di wilayah Magelang," kata Joko.
Hingga saat ini, pihaknya masih tetap melakukan pemantauan di sejumlah pos pengamatan. "Termasuk, kami pantau perkembangan dengan koordinasi terus ke BPPTKG," imbuhnya.
Yatmi (60) salah seorang warga Dusun Trono, Desa Krinjing, Kecamatan Dukun mengaku sudah siap mengungsi saat mendengar dentuman dari puncak Merapi.
"Saya sudah berkemas barang-barang yang akan dibawa mengungsi. Waktu itu habis sahur," katanya.
Dia bersama dua anggota keluarganya bahkan sudah keluar rumah bersama warga yaang lain.
Menurutnya, warga Dusun Trono masih menyimpan trauma yang mendalam terhadap erupsi Merapi 2010 silam.
"Pemukiman kami dari Pos Babadan hanya berjarak sekitar satu kilometer. Kalau pas ada dentuman, rasanya langsung panik," tandasnya.
(lns)