Ratusan Rumah di Jombang Masih Terendam Banjir, Warga Terpaksa Mengungsi
A
A
A
JOMBANG - Bencana banjir akibat meluapnya aliran Sungai Avur Watudakon masih merendam ratusan rumah di Jombang, Jawa Timur, Rabu (5/2/2020). Warga pun terpaksa mengungsi.
Warga yang mengungsi berasal dari Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben. Armiati, warga Dusun Beluk, Desa Jombok mengaku memilih mengungsi lantaran banjir masih cukup tinggi. Di dalam rumahnya, ketinggian air mencapai di atas lutut orang dewasa. (Baca juga: Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam)
"Ini mau mengungsi ke rumah anak saya. Di dalam rumah airnya masih tinggi, sampai 50 cm. Jadi tidak bisa digunakan untuk tempat tinggal. Selain itu juga risih," katanya, Rabu (5/2/2020). Selain itu, suaminya sedang sakit. Dia khawatir banjir akan semakin parah.
"Ini yang paling parah, sama seperti saat puasa tahun lalu. Saat itu di sini juga banjir. Kalau di luar rumah (ketinggian) airnya sampai 70 cm," terang Armiati sembari menenteng bantal yang akan digunakannya di tempat pengungsian.
Hal senada disampaikan Arvel Devi Prefita Yesi yang memilih meninggalkan rumahnya dan tinggal sementara di tempat tantenya di desa sebelah. dia mengungsi karena banjir sudah merendam seluruh bagian rumahnya.
"Kalau di dalam rumah (ketinggian) airnya sudah selutut. Sumpek juga karena ada anak kecil. Rumah saya ini memang berada di pojok, jadi yang paling awal dan paling tinggi terendam air," kata sembari menggendong anak keduanya yang masih berusia 2 tahun.
Banjir akibat luapan Sungai Avur Watudakon ini, kata Arvel selalu terjadi setiap tahun saat musim penghujan tiba. Menurutnya, banjir ini akibat kondisi anak Sungai Brantas yang berjarak 250 meter di depan rumahnya tak lagi berfungsi secara maksimal. Pendangkalan dan penyempitan sungai menjadi penyebabnya.
"Kami berharap, semoga bisa segera diatasi. Setiap tahun selalu banjir seperti ini. Bahkan satu tahun bisa lebih dari 5 kali kebanjiran. Setiap banjir pemerintah selalu datang ke sini, katanya akan diatasi, tapi sampai sekarang tetap saja banjir," harapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sungai Avur Watudakon, kembali meluap. Akibatnya, ratusan rumah warga di tiga desa di wilayah Kabupaten Jombang dan Mojokerto terendam banjir.
Tiga desa yang terendam banjir itu yakni, Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Sementara di Mojokerto, banjir merendam rumah warga Desa Tempuran, Kecamatan Sooko. Banjir ini mulai menerjang sejak tiga hari terakhir, Minggu (2/2/2020).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang tercacat, ada sebanyak 445 Kepala Keluarga (KK) di dua desa yang terdampak banjir. Rinciannya, 285 KK di Desa Jombok dan 160 KK di Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben.
BPBD Jombang memprediksi, banjir masih akan menggenangi rumah warga hingga beberapa hari kedepan. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Surabaya, curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem diprediksi masih akan melanda wilayah Jombang.
Warga yang mengungsi berasal dari Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben. Armiati, warga Dusun Beluk, Desa Jombok mengaku memilih mengungsi lantaran banjir masih cukup tinggi. Di dalam rumahnya, ketinggian air mencapai di atas lutut orang dewasa. (Baca juga: Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam)
"Ini mau mengungsi ke rumah anak saya. Di dalam rumah airnya masih tinggi, sampai 50 cm. Jadi tidak bisa digunakan untuk tempat tinggal. Selain itu juga risih," katanya, Rabu (5/2/2020). Selain itu, suaminya sedang sakit. Dia khawatir banjir akan semakin parah.
"Ini yang paling parah, sama seperti saat puasa tahun lalu. Saat itu di sini juga banjir. Kalau di luar rumah (ketinggian) airnya sampai 70 cm," terang Armiati sembari menenteng bantal yang akan digunakannya di tempat pengungsian.
Hal senada disampaikan Arvel Devi Prefita Yesi yang memilih meninggalkan rumahnya dan tinggal sementara di tempat tantenya di desa sebelah. dia mengungsi karena banjir sudah merendam seluruh bagian rumahnya.
"Kalau di dalam rumah (ketinggian) airnya sudah selutut. Sumpek juga karena ada anak kecil. Rumah saya ini memang berada di pojok, jadi yang paling awal dan paling tinggi terendam air," kata sembari menggendong anak keduanya yang masih berusia 2 tahun.
Banjir akibat luapan Sungai Avur Watudakon ini, kata Arvel selalu terjadi setiap tahun saat musim penghujan tiba. Menurutnya, banjir ini akibat kondisi anak Sungai Brantas yang berjarak 250 meter di depan rumahnya tak lagi berfungsi secara maksimal. Pendangkalan dan penyempitan sungai menjadi penyebabnya.
"Kami berharap, semoga bisa segera diatasi. Setiap tahun selalu banjir seperti ini. Bahkan satu tahun bisa lebih dari 5 kali kebanjiran. Setiap banjir pemerintah selalu datang ke sini, katanya akan diatasi, tapi sampai sekarang tetap saja banjir," harapnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Sungai Avur Watudakon, kembali meluap. Akibatnya, ratusan rumah warga di tiga desa di wilayah Kabupaten Jombang dan Mojokerto terendam banjir.
Tiga desa yang terendam banjir itu yakni, Desa Jombok dan Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Sementara di Mojokerto, banjir merendam rumah warga Desa Tempuran, Kecamatan Sooko. Banjir ini mulai menerjang sejak tiga hari terakhir, Minggu (2/2/2020).
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang tercacat, ada sebanyak 445 Kepala Keluarga (KK) di dua desa yang terdampak banjir. Rinciannya, 285 KK di Desa Jombok dan 160 KK di Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben.
BPBD Jombang memprediksi, banjir masih akan menggenangi rumah warga hingga beberapa hari kedepan. Berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Surabaya, curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem diprediksi masih akan melanda wilayah Jombang.
(shf)