Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam

Selasa, 04 Februari 2020 - 16:22 WIB
Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam
Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam
A A A
MOJOKERTO - Bencana banjir menerjang wilayah Jombang dan Mojokerto hingga mengakibatkan 3 desa terendam, Selasa (4/2/2020). Banjir ini disebabkan aliran Sungai Avur Watudakon meluap.

Banjir mulai menerjang sejak tiga hari terakhir. Namun, luapan banjir pada Selasa (4/2/2020) ini yang terparah. Sebab, sejak dinihari tadi, banjir akibat luapan air anak Sungai Brantas itu mulai merendam rumah rumah penduduk. (Baca juga: Puluhan Rumah di Mojokerto Terendam Banjir)
Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam

Saat ini 3 desa yang terendam banjir itu yakni, Jombok dan Blimbing di Kecamatan Kesamben, Kabupaten Jombang. Sementara di Mojokerto, banjir merendam rumah warga Desa Tempuran, Kecamatan Sooko.

Salah seorang warga Supriatin, 46, mengungkapkan, luapan air bah mulai memasuki rumahnya sejak Minggu (2/2) siang. Sungai Avur Watudakon yang melintas disepanjang Desa Jombok dan Desa Blimbing, meluber lantaran tak mampu menampung debit air yang meningkat.

"Sejak Minggu (2/2) malam sampai kemarin, hujan cukup lebat. Akibatnya sungainya meluap dan membanjiri rumah. Hari ini paling parah, ketinggian air sampai sepaha orang dewasa, atau sekitar 70 cm," katanya.

Sejak beberapa tahun silam, banjir selalu melanda saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan, aliran Sungai Avur Watudakon yang saat ini sudah tidak berfungsi maksimal.
Sungai Avur Watudakon Meluap, Wilayah Jombang-Mojokerto Terendam

"Sungainya sangat dangkal, jadi kalau hujan lebat seharian pasti langsung banjir. Apalagi kalau wilayah Wonosalam, Bareng, juga hujan. Kalau sekarang ketinggian airnya tidak separah banjir beberapa waktu lalu. Tahun kemarin, airnya sampai sepinggang orang dewasa di sini," terangnya.

Supriatin mengaku belum akan mengungsi. Dia dan sebagian besar warga masih mampu untuk bertahan di rumah masing-masing. Warga berharap, pemerintah bisa secepatnya mengatasi persoalan banjir tahunan yang selalu terjadi saat musim hujan ini.

Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jombang, ada sebanyak 445 Kepala Keluarga (KK) di dua desa yang terdampak banjir luapan sungai avur Watudakon. Rinciannya, 285 KK di Desa Jombok dan 160 KK di Desa Blimbing, Kecamatan Kesamben.

"Sampai saat ini banjir belum surut. Petugas BPBD Jombang sejak Minggu (2/2) sudah turun ke lokasi banjir untuk memantau perkembangannya," kata petugas BPBD Jombang, Stevi Maria.

Diprediksi banjir masih akan menggenangi rumah warga hingga beberapa hari kedepan. Itu berdasarkan laporan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Surabaya yang memprediksi, curah hujan tinggi dan cuaca ekstrem masih akan melanda wilayah Jombang.

"Berbagai persiapan sudah kami lakukan, mulai dari posko pengungsian dan dapur umum sudah kami siapkan pada masing-masing kantor desa. Untuk kebutuhan makanan korban terdampak banjir, kami akan bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) dan relawan," tandas Stevi Maria.

Sementara itu, di Desa Tempuran, banjir sedikitnya merendam 40 rumah warga. Tak hanya itu, luapan air bah ini, juga membuat sejumlah fasilitas umum terendam. Di antaranya yakni kantor balai desa dan SDN Tempuran. Akibatnya, aktivitas di sekolah tersebut lumpuh.

Pantauan di lokasi, proses belajar mengajar pun terpaksa diliburkan. Hanya saja, untuk siswa kelas VI tetap masuk. Akan tetapi proses belajar mengajar dipindahkan ke gedung Taman Pendidikan Alquran (TPQ) setempat. Lantaran seluruh ruang kelas di SDN Tempuran tergenang air.

Kondisi ini sangat disayangkan para siswa. Mereka mengaku tak nyaman belajar di tempat sementara itu. Sebab, para siswa kelas VI ini terpaksa belajar di lantai, tanpa meja dan kursi. Padahal beberapa bulan ke depan, mereka harus mengikuti Ujian Nasional (UN).

"Ya tidak nyaman, lebih enak belajar di ruang kelas. Karena di sini duduknya di lantai. Sehingga sangat mengganggu kosentrasi. Harus lepas sepatu lagi," ungkap siswa kelas VI SDN Tempuran, Bagus.

Dia berharap, banjir segera surut sehingga bisa menimba ilmu di sekolah seperti sedia kala. Selain itu, siswa berusia 12 tahun ini juga berharap agar banjir serupa tak lagi menerjang desanya. Apalagi banjir seperti ini, selalu terjadi setiap tahunnya.

Sementara, Kepala Dinas Pendidikan (Dindik) Kabupaten Mojokerto Zainul Arifin mengungkapkan, pihak sekolah sengaja tidak meliburkan siswa kelas VI SDN Tempuran. Sebab, para siswa ini harus mengejar materi pelajaran. Terlebih, dalam waktu dekat mereka akan segera mengikuti UN.

"Atas kerjasama sekolah, desa dan takmir Masjid. Alhamdulillah bisa diberikan solusi menjadikan TPQ sebagai tempat belajar bagi kelas VI. Kasihan karena mereka sebentar lagi menghadapi ujian jadi diusahakan proses belajar tidak berhenti," katanya.

Dikhawatirkan, banjir akan memberikan dampak lanjutan pada diri siswa, yakni menganggu psikologi siswa kelas VI yang sebentar lagi menghadapi UN. Di lain sisi Dindik Kabupaten Mojokerto juga melakukan kordinasi dengan instansi terkait termasuk BPBD Kabupaten Mojokerto guna mengatasi persoalan banjir ini.

"Semoga cepat surut sehingga aktifitas pendidikan bisa kembali normal. Kami khawatir, jika siswa dipaksakan masuk dalam kondisi banjir seperti ini, akan membahayakan mereka sebenarnya. Jadi sementara untuk siswa kelas VI saja yang dipindahkan belajarnya, kelas I-V belajar di rumah," tandasnya.
(shf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 5.3013 seconds (0.1#10.140)