Anak Gajah di Riau Kembali Kena Jerat Pemburu
A
A
A
PEKANBARU - Seekor anak gajah Sumatera di Riau kembali menjadi korban kejahatan pemburu . Kali ini terjadi di daerah konsesi PT Rimba Peranap Indah (RPI) Kecamatan Peranap Kabupaten Pelawawan. Gajah berusia 2 tahun 6 bulan ini mengalami luka jerat. (Baca: Anak Gajah Berhasil Dibebaskan dari Perangkap, Petugas Selidiki Pemasang Jerat)
Diperkirakan anak gajah itu sudah terkena jerat pada 21 Desember 2019. Namun baru berhasil ditemukan pada 31 Desember 2019 oleh tim gabungan.
"Tim berhasil menemukan anak gajah yang terkena terjerat. Saat ditemukan kondisinya memprihatinkan," tutur Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, Rabu (1/1/2020).
Dia menjelaskan, saat ditemukan, anak gajah itu masih bersama rombongannya. Walau terkena jerat anak gajah itu masih bisa berjalan ditemukan di konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT RPI. Namun untuk melakukan tindakan medis terhadap anak gajah yang terluka tidak mudah.
Tim dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), pihak perusahaan, BBKSDA, Forum Konservasi Leuser, tim medis beberapa sempat kehilangan jejak. Ini karena hewan bernama latin elephas maximus Sumatranus selalu menghindar saat ada petugas.
"Setelah berhasil menemukan, tim melakukan tembak bius kepada anak gajah yang terluka itu. Setelah kawanan menjauh, baru dilakukan tindakan medis,"imbuhnya.
Untuk menghindari gangguan dari kawanannya, tim juga membawa dua gajah latih dan pawangnya. Tali yang menjerat kaki gajah akhirnya berhasil dilepas.
"Kondisi gajah saat pengobatan mengalami malnitrisi, kurus, dehidrasi, luka jerat kaki kiri bagian depan dengan membawa tali jerat melingkar pada pergelangan kaki depan bagian kiri dengan kondisi kaki bengkak. Gajah berusia 2,5 tahun itu juga mengalami nekrosa, infeksi dan myasisi, anemia berat dengan kondisi mukosa yang sangat pucat," tandasnya.
Sepanjang 2019, ada empat ekor anak gajah di Riau yang terkena jerat. Ini terjadi karena kantong gajah di Riau ditambah secara masif.
"Setelah selesai pengobatan gajah kembali disadarkan untuk dikembalikan dengan kelompoknya dengan harapan supaya nyaman dan mendapatkan antibody yang lebih bersama induknya," tandasnya .
Diperkirakan anak gajah itu sudah terkena jerat pada 21 Desember 2019. Namun baru berhasil ditemukan pada 31 Desember 2019 oleh tim gabungan.
"Tim berhasil menemukan anak gajah yang terkena terjerat. Saat ditemukan kondisinya memprihatinkan," tutur Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau Suharyono, Rabu (1/1/2020).
Dia menjelaskan, saat ditemukan, anak gajah itu masih bersama rombongannya. Walau terkena jerat anak gajah itu masih bisa berjalan ditemukan di konsesi Hutan Tanaman Industri (HTI) PT RPI. Namun untuk melakukan tindakan medis terhadap anak gajah yang terluka tidak mudah.
Tim dari Balai Taman Nasional Tesso Nilo (TNTN), pihak perusahaan, BBKSDA, Forum Konservasi Leuser, tim medis beberapa sempat kehilangan jejak. Ini karena hewan bernama latin elephas maximus Sumatranus selalu menghindar saat ada petugas.
"Setelah berhasil menemukan, tim melakukan tembak bius kepada anak gajah yang terluka itu. Setelah kawanan menjauh, baru dilakukan tindakan medis,"imbuhnya.
Untuk menghindari gangguan dari kawanannya, tim juga membawa dua gajah latih dan pawangnya. Tali yang menjerat kaki gajah akhirnya berhasil dilepas.
"Kondisi gajah saat pengobatan mengalami malnitrisi, kurus, dehidrasi, luka jerat kaki kiri bagian depan dengan membawa tali jerat melingkar pada pergelangan kaki depan bagian kiri dengan kondisi kaki bengkak. Gajah berusia 2,5 tahun itu juga mengalami nekrosa, infeksi dan myasisi, anemia berat dengan kondisi mukosa yang sangat pucat," tandasnya.
Sepanjang 2019, ada empat ekor anak gajah di Riau yang terkena jerat. Ini terjadi karena kantong gajah di Riau ditambah secara masif.
"Setelah selesai pengobatan gajah kembali disadarkan untuk dikembalikan dengan kelompoknya dengan harapan supaya nyaman dan mendapatkan antibody yang lebih bersama induknya," tandasnya .
(sms)