Lahan Garapan Belum Dibayar, Warga Stop Proyek Bendungan Sindangheula

Lahan Garapan Belum Dibayar, Warga Stop Proyek Bendungan Sindangheula
A
A
A
SERANG - Proyek pembangunan Bendungan Sindangheula di Kelurahan Sayar, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten diprotes oleh warga.
Sejumlah warga menghentikan dan mengusir alat berat proyek nasional tersebut. Penyebab penolakan warga terhadap proyek tersebut lantaran dianggap menyerobot tanah garapan berupa kebun dan sawah yang belum dibayarkan oleh pemerintah.
"Sekitar 30 penggarap lahan belum mendapatkan ganti rugi seperak pun. Ini belum dibayar tapi sudah diratakan, kita tidak terima dan tadi pagi kita usir alat berat," ujar Edi, salah satu penggarap lahan, Kamis (26/9/2019).
Edi yang memliki lahan garapan seluas 550 meter persegi itu mengaku terus dijanjikan akan dibayarkan sejak empat tahun lalu. Namun nyatanya hingga saat ini warga belum menerima ganti rugi.
"Tidak boleh ada aktivitas di atas tanah garapan kami hingga ada kejelasan pembayaran," tegasnya.
Warga lainnya, Jahudi mengaku sudah bosen dengan ajakan mediasi. Sebab tak kunjung ada kejelasan. Padahal, warga hidup dari lahan pertanian yang kini akan dibangun bendungan yang akan memenuhi air baku di wilayah Banten itu.
"Kami capai dan bosen dijanjikan akan dibayarkan. Diajak mediasilah, disuruh mengumpulkan KTP lah tapi ga ada realisasinya," katanya.
Selain mengusir alat berat, warga pun memblokade akses menuju lahan garapan mereka dengan batang pohon.
Sejumlah warga menghentikan dan mengusir alat berat proyek nasional tersebut. Penyebab penolakan warga terhadap proyek tersebut lantaran dianggap menyerobot tanah garapan berupa kebun dan sawah yang belum dibayarkan oleh pemerintah.
"Sekitar 30 penggarap lahan belum mendapatkan ganti rugi seperak pun. Ini belum dibayar tapi sudah diratakan, kita tidak terima dan tadi pagi kita usir alat berat," ujar Edi, salah satu penggarap lahan, Kamis (26/9/2019).
Edi yang memliki lahan garapan seluas 550 meter persegi itu mengaku terus dijanjikan akan dibayarkan sejak empat tahun lalu. Namun nyatanya hingga saat ini warga belum menerima ganti rugi.
"Tidak boleh ada aktivitas di atas tanah garapan kami hingga ada kejelasan pembayaran," tegasnya.
Warga lainnya, Jahudi mengaku sudah bosen dengan ajakan mediasi. Sebab tak kunjung ada kejelasan. Padahal, warga hidup dari lahan pertanian yang kini akan dibangun bendungan yang akan memenuhi air baku di wilayah Banten itu.
"Kami capai dan bosen dijanjikan akan dibayarkan. Diajak mediasilah, disuruh mengumpulkan KTP lah tapi ga ada realisasinya," katanya.
Selain mengusir alat berat, warga pun memblokade akses menuju lahan garapan mereka dengan batang pohon.
(shf)