PT NSHE Yakinkan PLTA Batangtoru Dirancang Ramah Lingkungan
A
A
A
TAPANULI SELATAN - PT Nort Sumatera Hydro Energy (NSHE) meyakinkan pembangunan proyek strategis nasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Batangtoru dirancang ramah lingkungan. Sebab, dari 163.846 hektare total luas ekosistem Batangtoru, PT NSHE hanya memakai 0,07% atau 122 hektare untuk tapak Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) berkapasitas 510 Mega Watt (MW) di Tapanuli Selatan.
Tentunya, luas lahan yang dipakai PLTA sangatlah kecil dibanding ekosistem yang ada. Bahkan lahan yang dibuka untuk keperluan mobilisasi peralatan ke lokasi proyek akan direboisasi kembali oleh perusahaan. “Hanya 0,07 persen, dan itupun berstatus Areal Penggunaan Lain (APL) yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat Kecamatan Sipirok, Marancar, dan Batangtoru,” ujar Senior Advisor Lingkungan PT NSHE, Agus Djoko Ismanto, Kamis (14/3/2019).
Untuk itu, kata pria yang akrab disapa Aji, tudingkan segelintir orang dan lembaga belakangan ini, terkesan sangat mengada-ada. NSHE sendiri memiliki program reboisasi dan pelestarian lingkungan sepanjang daerah aliran sungai Batangtoru. Untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, PT NSHE mengikuti regulasi dan arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Selanjutnya, NSHE berkolaborasi dengan Universitas Sumatera Utara (USU), sebagai universitas ternama dan sudah diakui kualitasnya di Indonesia."Kami juga melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan kelompok pecinta alam,"imbuhnya.
Di samping itu perusahaan juga memiliki sejumlah pakar atau ahli mengenai lingkungan. “Kami harus jaga kelestarian alam, khususnya pepohonan sepanjang DAS dan landscape Batangtoru agar tetap menyuplai pasokan air ke sungai. Nyawa PLTA itu adalah air, dan sangat tidak mungkin kami merusak lingkungan sebagai penyangga air,” terangnya.
Pembangunan PLTA Batangtoru,lanjut Adji, dapat menggantikan peran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang disewa dari Turki untuk memasok listrik di Sumatera Utara. Jika dikonversi ke rupiah, keuangan negara terhemat Rp5 triliun per tahun.
Selain hemat biaya, PLTA ini juga lebih ramah lingkungan. Berkontribusi bagi ketahanan sistem penyangga kehidupan dan keberlanjutan suplai air. Dapat mengendalikan erosi pada tebing dan bukit, meningkatkan daya dukung lingkungan dan konservasi habitat Orangutan Tapanuli serta satwa lainnya.
“Investasi pembangunannya mencapai Rp21 triliun dan tidak mungkin kami sia-siakan. PLTA ini untuk kita dan masa depan anak cucu, banyak potensi yang terberdayakan dari pembangunannya. Mari bergandeng tangan untuk merealisasi PLTA Batangtoru,” pungkasnya.
Tentunya, luas lahan yang dipakai PLTA sangatlah kecil dibanding ekosistem yang ada. Bahkan lahan yang dibuka untuk keperluan mobilisasi peralatan ke lokasi proyek akan direboisasi kembali oleh perusahaan. “Hanya 0,07 persen, dan itupun berstatus Areal Penggunaan Lain (APL) yang berbatasan dengan pemukiman masyarakat Kecamatan Sipirok, Marancar, dan Batangtoru,” ujar Senior Advisor Lingkungan PT NSHE, Agus Djoko Ismanto, Kamis (14/3/2019).
Untuk itu, kata pria yang akrab disapa Aji, tudingkan segelintir orang dan lembaga belakangan ini, terkesan sangat mengada-ada. NSHE sendiri memiliki program reboisasi dan pelestarian lingkungan sepanjang daerah aliran sungai Batangtoru. Untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, PT NSHE mengikuti regulasi dan arahan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Selanjutnya, NSHE berkolaborasi dengan Universitas Sumatera Utara (USU), sebagai universitas ternama dan sudah diakui kualitasnya di Indonesia."Kami juga melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dan kelompok pecinta alam,"imbuhnya.
Di samping itu perusahaan juga memiliki sejumlah pakar atau ahli mengenai lingkungan. “Kami harus jaga kelestarian alam, khususnya pepohonan sepanjang DAS dan landscape Batangtoru agar tetap menyuplai pasokan air ke sungai. Nyawa PLTA itu adalah air, dan sangat tidak mungkin kami merusak lingkungan sebagai penyangga air,” terangnya.
Pembangunan PLTA Batangtoru,lanjut Adji, dapat menggantikan peran Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang disewa dari Turki untuk memasok listrik di Sumatera Utara. Jika dikonversi ke rupiah, keuangan negara terhemat Rp5 triliun per tahun.
Selain hemat biaya, PLTA ini juga lebih ramah lingkungan. Berkontribusi bagi ketahanan sistem penyangga kehidupan dan keberlanjutan suplai air. Dapat mengendalikan erosi pada tebing dan bukit, meningkatkan daya dukung lingkungan dan konservasi habitat Orangutan Tapanuli serta satwa lainnya.
“Investasi pembangunannya mencapai Rp21 triliun dan tidak mungkin kami sia-siakan. PLTA ini untuk kita dan masa depan anak cucu, banyak potensi yang terberdayakan dari pembangunannya. Mari bergandeng tangan untuk merealisasi PLTA Batangtoru,” pungkasnya.
(thm)