Anomali Politik di Bumi Seribu Sungai
A
A
A
JARUM jam menunjukkan angka 11 ketika rapat pleno pengundian nomor urut pasangan calon Pilkada Kalimantan Barat 2018 di Hotel Aston, Pontianak, ditutup. Tiga pasangan kandidat yang akan bertanding tampak semringah. Mereka saling bersalaman dan berfoto di hadapan sejumlah wartawan.
Proses pengundian tersebut menghasilkan urutan pasangan calon Milton Crosby-Boyman Harun di posisi pertama, Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot di tempat kedua, dan Sutarmidji-Ria Norsan di urutan ketiga. "Ini adalah angka keberuntungan, victory," ujar Karolin Margret Natasa sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk huruf V.
Karolin menjadi pusat perhatian di Pilkada Kalimantan Barat tahun ini. Bukan saja karena satu-satunya perempuan dari tiga pasangan calon, tetapi juga karena dia adalah anak Cornelis, mantan Gubernur Kalimantan Barat. Pada 14 Januari lalu, masa jabatan Cornelis baru saja berakhir setelah berkuasa dua periode.
Lantaran posisi ayahnya yang sampai di sini saja itulah Karolin dianggap sebagai calon kuat dalam Pilkada Kalimantan Barat. Apalagi, sejak awal peran Cornelis untuk mendorong tampilnya dokter berusia 36 tahun itu di panggung pemilihan gubernur sangat tampak. Berkat Cornelis pula kebersamaan PDI Perjuangan (PDI-P) dan Partai Demokrat di Kalimantan Barat berlanjut.
Ya, Karolin menjadi simbol berlanjutnya hubungan manis PDI-P dan Demokrat di Kalimantan Barat dalam lima tahun terakhir. Pada 2013 silam, bersama PKB, kedua parpol tersebut mengusung Cornelis-Christiandy Sanjaya. Pasangan ini akhirnya menang dengan sangat meyakinkan, yaitu 52,13% atau 1.225.185 suara dari jumlah pemilih sebanyak 3.377.997 orang.
Apakah hubungan mesra PDI-P dan Partai Demokrat akan berbuah manis? Bagaimana peluangnya? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 06/VII/2018 yang terbit Senin (9/4/2018) hari ini.
Proses pengundian tersebut menghasilkan urutan pasangan calon Milton Crosby-Boyman Harun di posisi pertama, Karolin Margret Natasa-Suryadman Gidot di tempat kedua, dan Sutarmidji-Ria Norsan di urutan ketiga. "Ini adalah angka keberuntungan, victory," ujar Karolin Margret Natasa sambil menunjukkan jari telunjuk dan jari tengah yang membentuk huruf V.
Karolin menjadi pusat perhatian di Pilkada Kalimantan Barat tahun ini. Bukan saja karena satu-satunya perempuan dari tiga pasangan calon, tetapi juga karena dia adalah anak Cornelis, mantan Gubernur Kalimantan Barat. Pada 14 Januari lalu, masa jabatan Cornelis baru saja berakhir setelah berkuasa dua periode.
Lantaran posisi ayahnya yang sampai di sini saja itulah Karolin dianggap sebagai calon kuat dalam Pilkada Kalimantan Barat. Apalagi, sejak awal peran Cornelis untuk mendorong tampilnya dokter berusia 36 tahun itu di panggung pemilihan gubernur sangat tampak. Berkat Cornelis pula kebersamaan PDI Perjuangan (PDI-P) dan Partai Demokrat di Kalimantan Barat berlanjut.
Ya, Karolin menjadi simbol berlanjutnya hubungan manis PDI-P dan Demokrat di Kalimantan Barat dalam lima tahun terakhir. Pada 2013 silam, bersama PKB, kedua parpol tersebut mengusung Cornelis-Christiandy Sanjaya. Pasangan ini akhirnya menang dengan sangat meyakinkan, yaitu 52,13% atau 1.225.185 suara dari jumlah pemilih sebanyak 3.377.997 orang.
Apakah hubungan mesra PDI-P dan Partai Demokrat akan berbuah manis? Bagaimana peluangnya? Simak laporan selengkapnya di Majalah SINDO Weekly Edisi 06/VII/2018 yang terbit Senin (9/4/2018) hari ini.
(amm)