Hati-hati Daging Busuk Dijual Bebas di Pasar
A
A
A
MAKASSAR - Ratusan kilogram (kg) daging busuk oplosan diperdagangkan bebas di Pasar Pabaeng-baeng. Selain dijajakan ke masyarakat, daging murah ini jadi primadona di kalangan oknum pengusaha rumah makan, khususnya coto dan bakso.
Sebanyak 476 kg daging dan jeroan terpaksa diamankan penyidik Subdit I Industri dan Perdagangan (Indag) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulsel. Jenis daging kerbau tersebut disita dari salah satu pedagang berinisial Ap.
Bisnis perdagangan daging tak layak konsumsi itu terungkap setelah tim menerima pengaduan masyarakat sejak 5 September lalu. “Kami berhasil mengungkap kasus masalah pangan, perdagangan daging tidak layak konsumsi. Kan sudah beredar rumor di masyarakat sehingga kami lakukan penyelidikan,” kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani saat menggelar rilis Kamis (7/9/2017).
Hasilnya, tim yang berpura-pura sebagai konsumen berhasil menangkap tangan Ap yang menjual daging oplosan di salah satu los, pasar Pabaeng-baeng. Di sana, polisi menemukan 176 kg daging kerbau busuk dan jeroan.
Daging yang ditemukan itu disita dan diuji laboratorium Dinas Peternakan Kota Makassar. Hasilnya daging oplosan itu memiliki Ph 7,74. “Setelah diuji memang tidak layak konsumsi. Ph nya jauh dari standar, yang harusnya untuk daging normal memiliki Ph lima sampai enam. Namun ini mencapai hampir delapan,” terang Dicky.
Selanjutnya tim Subdit I Indag kembali melakukan pengembangan di rumah Ap, Jalan Inspeksi Kanal, Pabaeng-baeng, Rabu (7/9/2017). Hasilnya lagi-lagi polisi menemukan 300 kg daging yang disimpan di lima lemari pendingin.
Ratusan daging busuk itu kebanyakan dipasok pengumpul dari Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Pengiriman itu biasanya dilakukan dini hari saat pengawasan lalulintas pengiriman tidak begitu ketat.
“Jadi di Toraja itu sering pesta adat dengan memotong kerbau yang banyak. Daging dibagi-bagikan, dan ada sisa itu biasanya dikumpulkan lalu dijual kembali ke Makassar,” jelas Dicky.
Sementara berdasarkan keterangan Ap, selama berjualan sejak lima tahun terakhir, kebanyakan konsumennya pengusaha rumah makan coto maupun bakso. Salah satu alasannya, harga daging kerbau ini jauh lebih murah, hanya Rp30.000 per kg nya.
“Jarang untuk masyarakat umum, karena pasti tahu dia kalau itu busuk. Mereka punya langganan tetap penjual coto dan bakso. Harganya lebih murah, kalau daging normal itu Rp95.000 per kg paling murah, sedangkan daging ini hanya Rp30.000,” jelas Dicky lagi.
Kepala Subdit I Indag Ditreskrimsus Polda Sulsel AKBP Amiruddin menegaskan, penyidik bakal terus mengembangkan kasus tersebut. Kata dia, sejumlah pedagang lain disinyalir masih berjualan di sejumlah pasar.
Sebanyak 476 kg daging dan jeroan terpaksa diamankan penyidik Subdit I Industri dan Perdagangan (Indag) Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sulsel. Jenis daging kerbau tersebut disita dari salah satu pedagang berinisial Ap.
Bisnis perdagangan daging tak layak konsumsi itu terungkap setelah tim menerima pengaduan masyarakat sejak 5 September lalu. “Kami berhasil mengungkap kasus masalah pangan, perdagangan daging tidak layak konsumsi. Kan sudah beredar rumor di masyarakat sehingga kami lakukan penyelidikan,” kata Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani saat menggelar rilis Kamis (7/9/2017).
Hasilnya, tim yang berpura-pura sebagai konsumen berhasil menangkap tangan Ap yang menjual daging oplosan di salah satu los, pasar Pabaeng-baeng. Di sana, polisi menemukan 176 kg daging kerbau busuk dan jeroan.
Daging yang ditemukan itu disita dan diuji laboratorium Dinas Peternakan Kota Makassar. Hasilnya daging oplosan itu memiliki Ph 7,74. “Setelah diuji memang tidak layak konsumsi. Ph nya jauh dari standar, yang harusnya untuk daging normal memiliki Ph lima sampai enam. Namun ini mencapai hampir delapan,” terang Dicky.
Selanjutnya tim Subdit I Indag kembali melakukan pengembangan di rumah Ap, Jalan Inspeksi Kanal, Pabaeng-baeng, Rabu (7/9/2017). Hasilnya lagi-lagi polisi menemukan 300 kg daging yang disimpan di lima lemari pendingin.
Ratusan daging busuk itu kebanyakan dipasok pengumpul dari Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Pengiriman itu biasanya dilakukan dini hari saat pengawasan lalulintas pengiriman tidak begitu ketat.
“Jadi di Toraja itu sering pesta adat dengan memotong kerbau yang banyak. Daging dibagi-bagikan, dan ada sisa itu biasanya dikumpulkan lalu dijual kembali ke Makassar,” jelas Dicky.
Sementara berdasarkan keterangan Ap, selama berjualan sejak lima tahun terakhir, kebanyakan konsumennya pengusaha rumah makan coto maupun bakso. Salah satu alasannya, harga daging kerbau ini jauh lebih murah, hanya Rp30.000 per kg nya.
“Jarang untuk masyarakat umum, karena pasti tahu dia kalau itu busuk. Mereka punya langganan tetap penjual coto dan bakso. Harganya lebih murah, kalau daging normal itu Rp95.000 per kg paling murah, sedangkan daging ini hanya Rp30.000,” jelas Dicky lagi.
Kepala Subdit I Indag Ditreskrimsus Polda Sulsel AKBP Amiruddin menegaskan, penyidik bakal terus mengembangkan kasus tersebut. Kata dia, sejumlah pedagang lain disinyalir masih berjualan di sejumlah pasar.
(rhs)