Makam Sultan Yogya Rusak karena Tak Direstui Kanjeng Ratu Kidul?

Jum'at, 26 Februari 2016 - 05:00 WIB
Makam Sultan Yogya Rusak karena Tak Direstui Kanjeng Ratu Kidul?
Makam Sultan Yogya Rusak karena Tak Direstui Kanjeng Ratu Kidul?
A A A
Mitos antara Kanjeng Ratu Kidul atau sering disebut Nyi Roro Kidul dengan Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat seakan tak bisa dipisahkan. Sejumlah warga, kawula maupun abdi dalem Keraton Yogyakarta menyakini, Kanjeng Ratu Kidul sang penguasa Laut Selatan ini merupakan pelindung bagi kelangsungan Kesultanan Yogyakarta sebagai penerus Kesultanan Mataram.

Sosok Kanjeng Ratu Kidul merupakan pasangan spiritual para raja Mataram baik di Keraton Yogyakarta maupun Surakarta dimulai dari Panembahan Senopati hingga sekarang.

Berdasarkan Babad Tanah Jawi dari abad ke-16 menyebutkan jika Kanjeng Ratu Kidul sebagai permaisuri raja-raja Mataram yang dimulai dari Panembahan Senopati hingga keturunannya sekarang.

Namun sebagian masyarakat yang lainnya juga menyatakan sosok Kanjeng Ratu Kidul hanyalah mitos belaka. (Baca: Kanjeng Ratu Kidul Istri Spiritual Raja-Raja Mataram?)

Bangunan makam raja-raja Imogiri khususnya di kompleks paling timur rencananya akan digunakan sebagai makam Sri Sultan HB X dan keluarganya kini telah mengalami kerusakan dan terancam longsor.

Bangunan yang baru selesai dibuat beberapa minggu yang lalu sudah retak. Pojokan timur laut dinding makam sudah terbuka lebar menganga sekitar 20 centimeter menunjukkan jelas jika bangunan tersebut retak.

Di sisi utara dinding yang awalnya dibangun rata atau lurus kini nampak terlihat melengkung. Hal ini diakibatkan tanah yang digunakan sebagai pondasi turun sekitar dua meter dari posisi semula.

Tanah yang memang berasal dari proyek pengurukan tersebut turun setelah diguyur hujan dalam beberapa waktu terakhir.

Berdasarkan penuturan warga sekitar, bangunan-bangunan baru calon makam Gubernur DIY saat ini memang sudah retak sejak dua minggu yang lalu.

Ada yang aneh dalam proses retaknya bangunan terutama dinding di bagian luar kompleks makam ini. Sebab, retaknya tidak bertahap, tetapi langsung seluruh bagian bangunan mulai dinding hingga lantai dasar makam.

Sujar, warga Kedung Buweng, Desa Wukirsari Kecamatan Imogiri yang sudah puluhan tahun menjadi pedagang kaki lima di kompleks makam raja Imogiri ini menuturkan, sekitar enam bulan lalu proyek pembangunan makam raja Imogiri yang diperuntukkan sebagai makam Sri Sultan HB X dimulai. Awalnya, tanah-tanah yang dipenuhi dengan tumbuhan besar tersebut dibersihkan.

“Pohonnya ditumbangkan dan tanahnya ada yang diuruk,” tuturnya. Setelah lahan siap, proses pembangunan kompleks calon makam Sri Sultan HB X dimulai.

Ratusan pekerja turut serta membangun kompleks ini. Meski tergolong susah, tetapi ternyata pembangunan kompleks ini sangat cepat.

Hanya dalam waktu enam bulan proyek pembangunan calon makam Sri Sultan HB X ini sudah selesai. Namun baru beberapa minggu selesai, bangunan tersebut langsung retak usai beberapa hari diguyur hujan cukup lama.

Warga menganggap retaknya bangunan tersebut bukan karena masalah teknis yang dihadapi oleh pemborong.
Retaknya bangunan-bangunan tersebut karena pemborong kali ini tidak ‘sakti’ seperti pemborong-pemborong sebelumnya.

“Buktinya dulu tidak ambrol, sekarang malah retak dan sebentar lagi ambrol,” ujarnya. Halangan dan rintangan memang sempat mewarnai pembangunan kompleks calon makam Sri Sultan HB X ini.

Dia menuturkan, selama pembangunan kompleks calon makam Sri Sultan HB X ini setidaknya ada lima orang pekerja yang cidera.

Dua orang sempat jatuh dari atas dinding yang dibangun dengan kepala terlebih dahulu menyentuh tanah. Satu diantaranya kakinya patah karena jatuh dan sampai saat ini belum sembuh.

Istri salah seorang abdi dalem malah menuturkan warga menganggap tak lancarnya pembangunan calon makam Sri Sultan HB X karena konflik antara Kanjeng Ratu Kidul penguasa pantai selatan dengan permaisuri Sri Sultan HB X. Sri Sultan HB saat ini memang berbeda dengan raja-raja Ngayogyakarta Hadiningrat sebelumnya.

Menurut warga, kalau Sri Sultan sebelumnya menjadikan Kanjeng Ratu Kidul atau yang sering disebut Nyi Roro Kidul juga sebagai permaisuri.

Namun Sri Sultan kali ini sangat berbeda, konon permaisuri yang sah saat ini tidak mengizinkan Sri Sultan HB memperistri Nyi Roro Kidul. Karena permasalahan tersebut, Nyi Roro Kidul murka. “Makanya bangunan makam ini retak-retak,” ujarnya.

Salah satu abdi dalem yang enggan disebutkan namanya juga mengakui jika banyak anggapan dari warga sekitar tentang retaknya bangunan tersebut karena Nyi Roro Kidul tidak berkehendak pembangunan kompleks makam raja Sri Sultan HB X ini.

Sehingga belum sempat digunakan, bangunan calon makam Sri Sultan HB X ini sudah rusak. “Wong itu tidak ada hujan tidak ada angin tahu-tahu retak,” ungkapnya.

Juru Kunci Makam Imogiri, Mujiyono mengungkapkan, sebenarnya pembangunan calon makam Sri Sultan HB X ini sudah memasuki proses akhir.

Tetapi karena tanahnya turun, pilar sisi timur patah dan tebing atau dinding yang dibuat dari susunan batu tersebut mulai rusak dan retak.

Bahkan di sisi timur laut, dindingnya nampak putus. Menurutnya, retaknya banguan tersebut kemungkinan besar karena kultur tanah yang masih labil. Sebab, tanah yang digunakan tersebut sebenarnya adalah tanah uruk yang belum lama diselesaikan.

Selain itu, lokasi tersebut juga merupakan dataran tinggi dan curam, sehingga membutuhkan keahlian teknis dan kehatian-hatian cukup tinggi.

Juru Kunci yang lain, Wazidi menambahkan untuk sementara saat ini pihak pemborong memasang beberapa tiang bambu sebagai penyangga agar retakan dinding tidak bertambah parah.

Retaknya bangunan ini sebenarnya sudah ditangani oleh pihak pemborong selama satu minggu, tetapi kini sudah dihentikan. “Untuk mencegah tidak adanya korban, sekarang wisatawan tidak boleh mengelilingi kompleks ini,” tuturnya.
(sms)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0888 seconds (0.1#10.140)