Gus Mus Terpilih Jadi Rais Aam PBNU

Kamis, 06 Agustus 2015 - 08:36 WIB
Gus Mus Terpilih Jadi Rais Aam PBNU
Gus Mus Terpilih Jadi Rais Aam PBNU
A A A
JOMBANG - Muktamar Ke-33 Nahdlatul Ulama (NU) di Jombang kembali gaduh. Sembilan anggota Ahlul Halli Wal Aqdi (Ahwa) “memaksa” KH Ahmad Mustofa Bisri (Gus Mus) menjadi Rais Aam Syuriyah PBNU dan KH Makruf AM sebagai wakil masa khidmat 2015-2020.

Kegaduhan semakin terasa setelah hasil muktamar ditolak puluhan pengurus NU wilayah dan cabang yang berkumpul di Pondok Pesantren Tebu Ireng karena dinilai cacat hukum, kemarin. Adapun proses pemilihan ketua umum PBNU periode 2015- 2020 berjalan lancar. Kabar bahwa peserta tidak kuorum setelah aksi boikot dan gugatan kubu KH Hasyim Muzadi tidak terbukti.

Berdasarkan hasil verifikasi peserta, dari total jumlah 508 orang pemilik suara yang ada, sebanyak 307 orang dinyatakan hadir sehingga melebihi batas minimal suara (50%+1). Tidak diketahui alasan peserta yang absen pada pemilihan Ketua Umum PBNU malam tadi. Informasi yang dihimpun, mereka adalah pendukung KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) yang tidak sepakat dengan proses muktamar sejauh ini.

Sementara itu hingga pukul 24.00 WIB, proses penjaringan bakal calon Ketua PBNU tahap pertama masih berlangsung. Sesuai mekanisme pemilihan, calon yang lolos penjaringan minimal memperoleh dukungan 99 suara. Mereka ini yang nanti masuk pada tahap kedua untuk dipilih oleh Rais Aam yang selanjutnya dipilih kembali oleh peserta. Ada dua nama yang bersaing ketat memperebutkan ketua PBNU, yakni KH Said Aqil Siraj dan KH As’ad Said Ali.

Dua nama ini yang diprediksi akan menduduki ketua PBNU periode 2015-2020. Sebelumnya, pada saat pemilihan Rais Aam, Gus Mus sebenarnya mengirim surat kepada anggota Ahwa dan menyatakan menolak. Dalam surat tersebut, Gus Mus meminta tim Ahwa memberikan amanat Rais Aam kepada KH Maimun Zubair (Mbah Moen). Namun, Mbah Moen juga menolak dan tetap meminta Gus Mus menduduki posisi tersebut.

Atas perdebatan ini, tim Ahwa tetap mengukuhkan Gus Mus sebagai Rais Aam. “Menurut pertimbangan Mbah Maimun, penolakan Gus Mus ini justru menunjukkan sifat ahlaqul karimah. Karena itu beliau ditetapkan sebagai Rais Aam,” kata Saifullah Yusuf (Gus Ipul) sebelum membacakan keputusan tim Ahwa.

Gus Ipul menambahkan, jika memang Gus Mus tetap menolak, maka jabatan akan diberikan kepada wakilnya, yakni KH Makruf Amin. Sementara pada pembacaan keputusan kemarin, KH A Mustofa Bisri justru tidak ada di ruang sidang. Sambutan ketua terpilih akhirnya disampaikan Wakil Rais Aam Syuriyah PBNU KH Makruf Amin. “Dengan kerendahan hati, terpaksa kami menerima tugas ini sebagai rasa kepatuhan kami kepada para ulama,” ungkapnya.

Pemilihan Rais Aam Syuriyah PBNU dilakukan setelah Pleno III lanjutan dengan agenda penetapan sembilan tim Ahwa yang dihadiri Rais Syuriyah se-Indonesia. Penetapan ini setelah dilakukan tabulasi namanama calon Ahwa dari seluruh Rais Syuriyah yang ada. Pimpinan sidang Pleno III lanjutan Prof . Dr. Ahmad Muzakki mengatakan, dari 508 delegasi Rais Syuriyah PCNU/- PWNU, hanya 359 Rais Syuriyah yang mengusulkan namanama calon anggota Ahwa.

Dari usulan mereka terdapat 115 nama kiai yang terjaring. Nama-nama ini lantas diranking untuk mendapatkan sembilan nama calon Ahwa teratas. Kesembilan nama kiai itu adalah KH Makruf Amin (Jakarta) dengan 333 suara; KH Nawawi Abdul Djalil (Sidogiri Pasuruan, Jatim) 302 suara; KH Tuan Guru Turmudzi Badrudin (NTB) 298 suara, KH Kholilurrohman (Kalimantan Selatan) 273 suara; KH Dimyati Rois (Kendal, Jateng) 236 suara; KH Syekh Ali Akbar Marbun (Sumatera Utara) 186 suara;

KH Maktum Hanan (Cirebon, Jabar) 162 suara; KH Maimun Zubair (Sarang, Rembang, Jateng) 156 suara; dan terakhir KH Mas Subadar (Bangil, Pasuruan, Jatim) dengan jumlah dukungan 135 suara. Sementara berdasarkan data tabulasi dan peringkat dukungan usulan calon anggota Ahwa, kandidat kuat Rais Aam PBNU KH Mustofa Bisri (Gus Mus) justru hanya mendapat dukungan 88 suara atau berada di peringkat ke-15. Sementara pesaing kuatnya, KH Hasyim Muzadi berada satu tingkat di bawahnya dengan dukungan 53 suara.

Tolak Hasil Muktamar Sementara setelah pemilihan tim Ahwa, puluhan pengurus Rais Syuriyah dan Tanfidziyah wilayah dan cabang justru berkumpul di Ponpes Tebu Ireng. Dalam pertemuan itu, mereka menolak semua hasil Muktamar ke-33 NU Jombang karena dinilai cacat hukum.

Pimpinan sidang KH Syamsul Arifin mengatakan, para muktamirin menolak hasil muktamar karena dianggap menabrak Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) organisasi. “Hasil pertemuan, muktamirin menolak hasil Muktamar ke-33 NU dan produk-produk yang dihasilkan serta menggugat PBNU secara hukum ke pengadilan,” ujarnya saat menggelar sidang di Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur, kemarin.

Ketua PCNU Jember ini menegaskan, apa yang dilakukan para muktamirin merupakan sidang lanjutan dan bukan muktamar tandingan, karena telah terjadi kekosongan setelah kepengurusan dinyatakan demisioner. “Mereka juga menuntut sidang pleno pemilihan anggota tim 9 Ahwa secara terbuka dan transparan. Karena pemilihan tidak melalui mekanisme di pilih akan tetapi langsung di tetapkan,” ujarnya.

Setelah beberapa jam sidang berlangsung, sejumlah tokoh NU di antaranya, KH Hasyim Muzadi, KH Salahuddin Wahid, KH Malik Madany, serta KH Afifuddin Muhajir hadir dan memberikan pencerahan kepada muktamirin. Pimpinan Ponpes Tebu Ireng, KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) mengaku, tidak menginginkan ada Muktamar NU tandingan karena tidak menguntungkan dan justru akan merugikan NU.

Menurut Gus Solah, penerapan mekanisme Ahwa itu melanggar dan cacat hukum. “Dari mana datangnya sembilan nama itu. Kalau Ahwa cacat hukum maka Rais Aam yang dihasilkan cacat hukum. Ketua umum yang dipilih harus mendapat persetujuan Rais Aam. Artinya, calon ketua umum pun cacat hukum,” ucapnya.

Haedar Nashir Raih Suara Terbanyak

Sementara dari Makassar, sebanyak 13 formatur Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah terpilih melalui pemungutan suara (voting) oleh peserta Muktamar Muhammadiyah ke-47 di Makassar tadi malam. Berdasarkan hasil perhitungan suara tadi malam, Haedar Nashir meraih dukungan terbanyak yakni 1.947 suara. Disusul Yunahar Ilyas (1.928), Dahlan Rais (1.827), Busyro Muqoddas (1.811), Abdul Mu'ti (1.802), Anwar Abbas (1.436).

Urutan berikutnya Muhadjir Effendy (1.279), Syafiq A Mughni (1.198), Dadang Kahmad (1.146), Suyatno (1.096), Agung Danarto (1.051), M Goodwil Zubir (1.049) dan Hajriyanto Y Thohari (968). Ketua Pemilihan Muktamar Muhammadiyah, yang juga calon pengumpul suara terbanyak ketiga, Dahlan Rais, menilai perolehan suara yang didapat para calon cukup ideal.

"Saya kira hasilnya ideal. Proses pemilihan dan pemungutan suara dari pagi sampai malam juga berjalan lancar," ujar Dahlan pada konferensi pers seusai proses rekapitulasi suara di Gedung Iqro, Universitas Muhammadiyah, Makassar, tadi malam.

Ihya’ulumuddin/ sucipto/anwar majid
(bbg)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8139 seconds (0.1#10.140)