Intensitas Gempa Tremor Terus Meningkat

Minggu, 05 Juli 2015 - 10:45 WIB
Intensitas Gempa Tremor Terus Meningkat
Intensitas Gempa Tremor Terus Meningkat
A A A
BANYUWANGI - Gunung Raung masih aktif sejak statusnya naik ke level siaga pada 29 Juni lalu. Hal ini bisa dilihat dari gempa tremor tercatat pada Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Raung di Desa Sumberarum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.

Gunung Raung di perbatasan Kabupaten Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember , itu terus menunjukkan peningkatan gempa. “Data yang terekam di seismograf menunjukkan peningkatan amplitudo dari 23 milimeter pada saat ditetapkan statusnya siaga, menjadi 28 milimeter yang dominan terekam selama enam jam terakhir ini,” kata Burhan Alethea, pengamat di PPGA Raung, kemarin.

Menurut dia, peningkatan gempa tremor itu menunjukkan volume magma bertambah besar. Namun, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) belum menghitung berapa jumlah material vulkanik yang berpotensi dikeluarkan gunung setinggi 3.332 meter di atas permukaan laut itu. “Aktivitas yang meningkat juga ditunjukkan dengan asap solfatara berwarna kelabu sedang hingga pekat yang mengarah ke tenggara dengan ketinggian 200-300 meter,” tuturnya.

Ia menjelaskan, Gunung Raung juga mengalami beberapa kali erupsi dengan skala letusan kecil sejak ditetapkan statusnya menjadi siaga dan hal itu bisa terlihat secara visual dari PPGA Raung di Desa Sumberarum. “Memang sudah terjadi letusan-letusan kecil sehingga terlihat sinar api di puncak Raung, namun statusnya masih Level III (Siaga) dan belum meningkat ke Level IV (Awas),” ujarnya.

Burhan mengatakan, ada dua lubang kaldera di puncak Gunung Raung dan lubang itu terdeteksi dari satelit Lansat 8 milik Indonesia pada 25 Juni 2015, sehingga dua kaldera itu akan melancarkan aliran lava dan mencegah letusan lebih besar lagi. “Gunung Raung mengalami erupsi dengan interval 10 detik hingga 1 menit setiap hari, yang terkadang diiringi dengan suara dentuman. Hal tersebut merupakan wajar bagi aktivitas gunung api berstatus Level III,” katanya.

Dia mengimbau warga di sekitar lereng Gunung Raung berada di Banyuwangi, Bondowoso, dan Jember, tetap tenang dan tidak panik sehingga tidak terpancing isu-isu tentang letusan gunung yang menyesatkan dari pihak tidak be rtanggung jawab. Kesigapan dini terhadap peningkatan aktivitas vulkanik Gunung Raung memang diperlukan. Sebab karakteristik letusan Gunung Raung sangat berbeda misalnya dengan Gunung Kelud. PVMBG mencatat dalam sejarah Gunung Raung mengalami letusan berbedabeda.

Gunung ini diketahui pertama kali meletus pada 1586. Erupsinya cukup kuat hingga mengakibatkan wilayah di sekitarnya rusak dan memakan korban jiwa. Setelah dua kali letusan dahsyat lain pada 1579, 1638, dan 1730. Pada awal abad 19, Gunung Raung beberapa kali meletus disertai hujan abu sampai ke wilayah Pasuruan.

Hingga pengujung akhir abad 19, Gunung Raung secara periodik mengeluarkan suara gemuruh dan abu tipis. Kerucut pusat gunung terbentuk pada 16 Februari 1902. Pada 2012, Gunung Raung dinyatakan meletus namun masuk kategori erupsi minor. Letusan tidak sampai keluar dari kaldera. Itu terlihat dari pantauan satelit Amerika Serikat. Gunung Raung sendiri merupakan gunung api dengan karakter berbeda.

400 Rambu Evakuasi Dipasang

Sebagai langkah antisipasi dini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bondowoso sore kemarin telah memasang sekitar 400 rambu untuk jalur evakuasi. Pemasangan rambu jalur evakuasi itu melibatkan para relawan, personel Polri, dan anggota TNI Angkatan Darat.

“Rambu-rambu ini kami pasang dengan jarak antara 200 hingga 400 meter atau kalau ada tikungan dan arah yang membingungkan bagi warga,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Kabupaten Bondowoso, Hendri Widotono. Dia menjelaskan, ramburambu itu ditempatkan dari Dusun Legan, Desa Sumber Wringin, menuju posko bersama di lapangan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 1 Sumber Wringin yang berjarak sekitar 5 kilometer. Selain itu, katanya, rambu bergambar panah dan orang berlari dengan tulisan “Arah Evakuasi” itu juga dipasang dari Dusun Darungan sampai ke posko bersama berjarak sekitar 2 kilometer.

“Rambu-rambu ini kami pasang memudahkan warga yang akan diungsikan jika terjadi letusan Gunung Raung ini. Mungkin besok atau lusa, kami akan mengadakan gladi pengungsian dengan melibatkan berbagai pihak sehingga semuanya betul-betul siap dengan kejadian apa pun,” ujarnya.

Ratusan Sapi Siap Diungsikan

Sementara 477 hewan ternak milik warga di Desa Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso, Jatim, yang terdekat dengan kawah Gunung Raung siap diungsikan jika sewaktu-waktu gunung itu meletus. “Ratusan hewan itu milik warga Dusun Legan dan Dusun Darungan. Jumlahnya 305 kambing dan 172 ekor sapi. Selain itu, ada juga tiga ekor kuda,” kata Kepala Desa Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso, Pratikno ditemui saat mengunjungi warganya kemarin.

Sementara jumlah warga yang juga siap diungsikan itu ada 1.002 jiwa terdiri atas 611 warga Dusun Darungan dan 391 warga Dusun Legan. Mereka diinformasikan sewaktuwaktu mengungsi jika Gunung Raung meletus. Dusun Legan, Desa/Kecamatan Sumber Wringin adalah titik terdekat dengan kawah Gunung Raung. Dusun Legan dengan penduduk 391 jiwa itu berada sekitar 10 kilometer dari kawah, sementara Darungan sekitar 12 kilometer.

P juliatmoko/ant
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6992 seconds (0.1#10.140)