Ada Tujuh Ponpes, Kiai dan Santri Hidup Rukun

Selasa, 30 Juni 2015 - 09:28 WIB
Ada Tujuh Ponpes, Kiai dan Santri Hidup Rukun
Ada Tujuh Ponpes, Kiai dan Santri Hidup Rukun
A A A
SURABAYA - Saat menginjakkan kaki di kawasan Desa Kendal, Kecamatan Dander, Kabupaten Bojonegoro, suasana akan terasa berbeda.

Sejumlah santri bersarung dan mengenakan peci banyak terlihat di tepi Jalan KH Raden M Rosyid. Begitu pula perempuan berhijab, mulai dari anak-anak hingga remaja tampak lalu lalang di kampung itu. Di desa yang berada di antara jalan raya jurusan Bojonegoro-Nganjuk itu terdapat tujuh pondok pesantren (ponpes).

Alhasil, banyak santri di kawasan itu, khususnya pada bulan suci Ramadan, karena banyak santri dari luar daerah yang menimba ilmu di kampung santri ini. Lokasi antara ponpes satu dengan lainnya sangat berdekatan sehingga kampung itu disebut kampung pondok atau kampung santri. Kawasan Kendal terletak sekitar dua kilometer dari Kota Bojonegoro.

Disebut Kendal karena dahulu tempat itu pernah ada pohon sangat besar sering digunakan masyarakat sekitar sebagai tempat memuja. Pohon itu bernama kendal. Dari situ awal mula nama Desa Kendal. Agar tidak terus-menerus digunakan sebagai tempat syirik atau menyekutukan Allah SWT, pada abad 19 pohon itu ditebang oleh KH Raden M Rosyid (sesepuh desa).

Meski awal sempat mendapat perlawanan dari masyarakat, penebangan tetap dilanjutkan oleh KH Rosyid. “Dari situlah awal mula berdirinya nama Desa Kendal, juga sekaligus awal mulanya penyebaran agama Islam,” kata salah satu Pemimpin Yayasan Ponpes Al Rosyid, KH Alamul Huda.

Gus Huda, sapaan akrabnya mengatakan, selama memperjuangkan agama Islam, KH Raden M Rosyid tidak pernah mendirikan ponpes. Baru setelah beliau wafat, keturunannya (anakanaknya) mendirikan ponpes. Seiring perkembangan zaman tepatnya pada 1950-an, KH Abu Darrin mendirikan sebuah ponpes yang dinamakan sesuai namanya.

Lokasinya di Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander. Seiring waktu kawasan Kendal bermunculan ponpes baru. Saat ini ada tujuh ponpes memiliki ribuan santri. Selain dua ponpes itu, ada ponpes Abu Darrin Al-Ridwan, Abu Darrin Al-Ma’ruf, Abu Darrin Al-Kuzzy, Abu Darrin Al- Asmanah, dan Abu Darrin Al- Kharis. Seluruh ponpes itu semuanya masih keturunan KH Abu Darrin.

“Bermunculan ponpes itu karena ijtihad (anak-anak KH Abu Darrin). Tujuannya hanya menyebarkan agama Islam,” kata dia. Salah satu pengurus Ponpes Al Rosyid, Suudin Aziz mengatakan, secara umum tidak ada perbedaan dari tujuh ponpes itu. Selain mempelajari dan memperdalam ilmu agama Islam, seluruh santri juga boleh menempuh pendidikan formal, mulai dari PAUD, RS, MI, MTs, dan MA.

Bagi santri yang tinggal di Ponpes Al Rosyid berarti harus selalu menempuh pendidikan formal di tempat itu. Sementara bagi santri yang tinggal di enam ponpes lainnya, mereka menempuh pendidikan formal di Ponpes Abu Darrin. “Setelah itu, mereka kembali ke ponpesnya masing-masing,” katanya.

Khusus Ponpes Abu Darrin Al Kuzy tidak mewajibkan santrinya menempuh pendidikan formal. Tapi, kebanyakan santrinya hanya belajar pendidikan agama Islam. “Santrinya hanya pria. Tapi, kalau ada yang ingin menempuh pendidikan formal, tetap diperbolehkan,” ujar dia.

Muhammad Roqib
(ftr)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5753 seconds (0.1#10.140)