Hingga Desember Harus Tuntas Membaca 20 Buku
A
A
A
Liburan Ramadan tidak lantas membuat siswa SDN Bubutan IV di Jalan Semarang, Surabaya, ngelokro , bermalas-malasan. Sebaliknya, mereka tetap aktif datang ke sekolah. Perpustakaan sekolah yang menjadi percontohan nasional menjadi jujugan mereka. Buku-buku yang ada mereka baca hingga lupa lapar dan dahaga.
”Ini salah satu cara kami mendukung Surabaya sebagai kota literasi. Keberadaan anak-anak ini juga untuk menjawab, memenuhi tantangan membaca di kalangan anak. Hingga Desember 2015, tiap anak di semua SD di Surabaya ditargetkan membaca 20 judul buku. Wali kelas merekap dan mendata judul buku yang sudah dibaca murid,” urai Kepala SDN Bubutan IV M Syamsul Hadi kemarin.
Seraya sesekali mengawasi anak didiknya, Syamsul menyebut jika laporan buku yang sudah dibaca disampaikan ke Dinas Pendidikan (Dindik) secara online sehingga Dindik juga bisa langsung mengontrol programnya di tiap sekolah. Harris Rizki, petugas Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya yang diperbantukan di SDN Bubutan IV, mengapresiasi kesadaran para murid untuk datang ke perpustakaan selama libur awal puasa sejak 15-27 Juni 2015.
”Tingkat kunjungan anakanak selama liburan cukup tinggi. Dalam sehari bisa 50 anak. Sebagai salah satu perpustakaan percontohan nasional, di sini buka mulai pukul 06.00-14.30 WIB,” urai pria kalem ini. Tidak hanya siswa SDN Bubutan IV yang datang. Siswa dari sekolah lain juga ada atas ajakan teman atau tetangga yang sekolah di SDN Bubutan IV. Ini sesuai keinginan pihak sekolah untuk menjadikan tempat bacaan itu sebagai jujugan umum. Harris mengaku senang dengan semangat murid untuk membaca bukubuku yang ada, bahkan membawanya pulang untuk dipinjam selama dua hari.
Buku-buku Islami menjadi pilihan anak-anak, termasuk cerita nabi-nabi. ”Di perpustakaan juga kita pertontonkan film-film edukasi bersumber dari koleksi sekolahan dan YouTube ,” papar Harris. Murid yang tuntas membaca buku tidak lantas selesai begitu saja. Secara bergiliran mereka diminta maju menyampaikan kembali judul buku cerita yang dibaca dan nama pengarangnya. Selain itu, menceritakan kembali isi buku.
Murid lain yang menyimak lantas diminta menyebutkan kembali nama-nama tokoh dalam cerita, nama pengarang atau penulis sebagaimana yang sebelumnya di presentasikan temannya. Ini juga untuk menguji tingkat konsentrasi murid dalam menyimak. ”Saya baca buku dongeng. Saya baca dan terus membaca sampai lupa kalau puasa,” aku Silvi Putriana Bahari, siswa kelas IV yang naik ke kelas V. Lain halnya dengan Khofillah Dwi Ramadanti, yang baru naik kelas V.
”Selain baca buku dongeng, saya baca buku resep membuat kue supaya bisa praktik di rumah sama ibu,” ucap Khofillah. Berbeda dengan Abdurrohman Wahid Budi Damai, yang duduk di bangku kelas II. Dia kemarin merangkum buku cerita bergambar tentang Dinosaurus.
Soeprayitno
Surabaya
”Ini salah satu cara kami mendukung Surabaya sebagai kota literasi. Keberadaan anak-anak ini juga untuk menjawab, memenuhi tantangan membaca di kalangan anak. Hingga Desember 2015, tiap anak di semua SD di Surabaya ditargetkan membaca 20 judul buku. Wali kelas merekap dan mendata judul buku yang sudah dibaca murid,” urai Kepala SDN Bubutan IV M Syamsul Hadi kemarin.
Seraya sesekali mengawasi anak didiknya, Syamsul menyebut jika laporan buku yang sudah dibaca disampaikan ke Dinas Pendidikan (Dindik) secara online sehingga Dindik juga bisa langsung mengontrol programnya di tiap sekolah. Harris Rizki, petugas Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya yang diperbantukan di SDN Bubutan IV, mengapresiasi kesadaran para murid untuk datang ke perpustakaan selama libur awal puasa sejak 15-27 Juni 2015.
”Tingkat kunjungan anakanak selama liburan cukup tinggi. Dalam sehari bisa 50 anak. Sebagai salah satu perpustakaan percontohan nasional, di sini buka mulai pukul 06.00-14.30 WIB,” urai pria kalem ini. Tidak hanya siswa SDN Bubutan IV yang datang. Siswa dari sekolah lain juga ada atas ajakan teman atau tetangga yang sekolah di SDN Bubutan IV. Ini sesuai keinginan pihak sekolah untuk menjadikan tempat bacaan itu sebagai jujugan umum. Harris mengaku senang dengan semangat murid untuk membaca bukubuku yang ada, bahkan membawanya pulang untuk dipinjam selama dua hari.
Buku-buku Islami menjadi pilihan anak-anak, termasuk cerita nabi-nabi. ”Di perpustakaan juga kita pertontonkan film-film edukasi bersumber dari koleksi sekolahan dan YouTube ,” papar Harris. Murid yang tuntas membaca buku tidak lantas selesai begitu saja. Secara bergiliran mereka diminta maju menyampaikan kembali judul buku cerita yang dibaca dan nama pengarangnya. Selain itu, menceritakan kembali isi buku.
Murid lain yang menyimak lantas diminta menyebutkan kembali nama-nama tokoh dalam cerita, nama pengarang atau penulis sebagaimana yang sebelumnya di presentasikan temannya. Ini juga untuk menguji tingkat konsentrasi murid dalam menyimak. ”Saya baca buku dongeng. Saya baca dan terus membaca sampai lupa kalau puasa,” aku Silvi Putriana Bahari, siswa kelas IV yang naik ke kelas V. Lain halnya dengan Khofillah Dwi Ramadanti, yang baru naik kelas V.
”Selain baca buku dongeng, saya baca buku resep membuat kue supaya bisa praktik di rumah sama ibu,” ucap Khofillah. Berbeda dengan Abdurrohman Wahid Budi Damai, yang duduk di bangku kelas II. Dia kemarin merangkum buku cerita bergambar tentang Dinosaurus.
Soeprayitno
Surabaya
(ars)