Warga Blok Cepu Krisis Air Bersih

Selasa, 23 Juni 2015 - 08:10 WIB
Warga Blok Cepu Krisis...
Warga Blok Cepu Krisis Air Bersih
A A A
BOJONEGORO - Kekeringan dan krisis air bersih mulai mengintai warga sekitar ladang minyak dan gas bumi (migas) Banyu Urip Blok Cepu di Bojonegoro.

Memasuki musim kemarau ini, warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan minum, memasak, mencuci, mandi, dan minum ternak. Menurut Ketua RT 30, Dusun Kaliglonggong, Desa/Kecamatan Gayam, Tangkis, 62, sejak Mei lalu warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk keperluan sehari-hari. Kondisi ini sering dialami setiap memasuki musim kemarau. Untuk mendapatkan air, warga mengandalkan suplai air dari desa yang dikelola Himpunan Penduduk Pemakai Air Minum (HIPPAM). “Tetapi, suplai air dari HIPPAM juga tidak cukup. Sebab, air HIPPAM sering tidak keluar dan dibagi dengan warga dusun lainnya,” ujarnya.

Dusun Kaliglonggong terletak di daerah pedalaman. Selain dusun itu, dusun lainnya yang sering menjadi langganan kekeringan yaitu Dusun Sumur Pandan, Desa/Kecamatan Gayam. Kedua dusun ini berada di dekat lokasi proyek migas Banyu Urip Blok Cepu. Tangkis mengatakan, warga sengaja tidak membuat sumur bor karena sumber air di lingkungan sekitar rasanya asin. Air itu tidak bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

Tangkis mengaku pernah mengebor sumur sedalam 16 meter di bawah tanah, tetapi upaya untuk mendapatkan air yang bersih tidak berhasil. “Air dari sumur itu rasanya asin. Begitu mencoba mengebor lagi di tempat lain, hasilnya sama tetap asin,” ujarnya. Menurut Muntari, warga lainnya di Dusun Kaliglonggong, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dia mengambil air dari sumur jobin yang berjarak sekitar 100 meter dari tempat tinggalnya. Menurut dia, lama-kelamaan sumur sedalam 5 meter itu juga akan mengering.

Dia berharap ada bantuan air bersih dari pemerintah. “Sejak dulu di sini memang sulit air,” ujarnya. Camat Gayam Hartono mengatakan, dari 12 desa sekecamatan setempat, hanya Dusun Kaliglonggong dan Dusun Sumur Pandan di Desa Gayam yang mengalami kekeringan parah setiap tahunnya. Karena itu, pihaknya akan memprioritaskan bantuan air bersih ke dusun tersebut pada Juli-Agustus. “Pada bulan itu bisa dipastikan kekeringan parah terjadi,” ujarnya.

Dia menuturkan, jika warga mulai kesulitan mendapatkan air bersih untuk kebutuhan sehari- hari, segera laporkan ke pemerintah desa atau kecamatan agar segera diteruskan ke kecamatan. “Kalau ada laporan krisis air bersih, kami langsung menindaklanjutinya dengan mengirim bantuan air bersih memakai truk tangki,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro Andik Sudjarwo mengatakan, sejauh ini warga yang melaporkan adanya kekeringan dan krisis air bersih untuk keperluan rumah tangga belum ada. Sedangkan, laporan yang diterima baru wilayah pertanian.

“Kalau untuk kebutuhan air baku rumah tangga belum ada laporan, tapi kalau untuk pertanian sudah,” ujarnya. Daerah pertanian yang rawan terdampak kekeringan di antaranya di Kecamatan Gayam. Persawahan di daerah ladang migas Blok Cepu ini dikenal sebagai sawah tadah hujan.

Persawahan ini hanya bisa ditanami padi saat musim hujan, sementara saat musim kemarau hanya bisa ditanami palawija, seperti jagung, kacang tanah, kacang hijau. Selama musim kemarau, sebagian petani malah biasanya membiarkan sawahnya tidak tergarap atau bero.

Muhammad roqib
(ars)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8187 seconds (0.1#10.140)