Tersesat setelah Mencari Sinyal Seluler
A
A
A
Tiba-tiba telepon seluler itu berdering memecah kesibukan di pos pendakian Gunung Penanggungan di Desa Tamiajeng, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto, pukul 10.00 WIB, kemarin.
Panggilan telepon itu berasal dari anggota tim penyelamat yang berhasil menemukan Rifki Pangestu, pendaki yang dikabarkan hilang sejak Selasa (2/6) sekitar pukul 03.00 WIB. Setelah menerima kabar melegakan itu, seluruh tim pencarian mengucap syukur. Tangis pecah terdengar dari kedua orang tua Rifki yang sejak Selasa (2/6) sore telah menanti kepastian kabar anaknya.
Kabar baik itu langsung ditindaklanjuti petugas dengan mengirim tim susulan yang membawa tandu jinjing ke titik penemuan di pos tiga Kaliandra. Tim relawan dan petugas dari Badan SAR Nasional (Basarnas) menyiapkan sejumlah peralatan untuk penjemputan korban. Sekitar pukul 12.00 WIB, rombongan penyelamat dari dua tim seru dan satu tim yang berasal dari petugas pos penjagaan dan warga berhasil membawa korban menuju pos 2.
Rifki selanjutnya yang terlihat hilang kesadaran itu lantas diangkut menggunakan mobil polisi untuk dirawat di Puskesmas Trawas. Tugas evakuasi berakhir mulus kendati awalnya mereka kesulitan melacak korban. Dari catatan petugas, Rifki dan sepuluh orang temannya melakukan pendakian pada Selasa (1/6) malam. Sekitar pukul 18.00 WIB, siswa kelas satu SMK Perkapalan Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo ini lepas dari pos pertama. Sekitar pukul 01.00 WIB, rombongan itu tiba di puncak bayangan dan sempat mendirikan tenda.
“Sekitar pukul 02.00 WIB mereka kemudian turun. Ini baru pertama kali Rifki naik gunung,” ucap Johan, ketua tim penyelamat dari Basarnas Jawa Timur. Keterangan dari temanteman Rifki, pemuda berumur 16 tahun warga Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo itu sempat berpamitan mencari sinyal telepon dan keluar dari jalur pendakian. Setelahnya, keberadaan Rifki tidak lagi diketahui.
Teman-temannya pun kesulitan melakukan kontak. Petugas khawatir lantaran Rifki tidak membawa bekal makanan dan peralatan penerangan. “Informasi awal, ada pendaki lain yang melihat korban di pos 2,” paparnya. Upaya pencairan baru bisa dilakukan pukul 08.15 WIB kemarin. Satu tim seru yang berjumlah 11 orang diberangkatkan untuk menyisir jalur pendakian. Berikutnya pukul 08.45 WIB, tim seru kedua yang berjumlah 15 orang juga menyusul melakukan penyisiran.
Namun, sebelum tim seru diberangkatkan, satu tim berjumlah lima orang yang berasal dari petugas pos jaga dan warga telah lebih dahulu menyisir. Tim inilah yang akhirnya menemukan Rifki di atas pos 3 Kaliandra. Rifki ditemukan setelah dia berteriak minta tolong. Saat petugas mendatanginya, Rifki dalam kondisi lemas dan sulit diajak komunikasi. Kaus sweater yang dia kenakan juga tidak lagi menempel. Begitu juga dengan telepon seluler miliknya, tidak lagi berada di tangannya.
“Posisi ditemukan, dia berada sekitar 20 meter dari jalur pendakian. Jika tidak berteriak minta tolong, tim kesulitan mencari,” ujar Roziq, tim penyelamat yang pertama kali menemukan Rifki. Rifki mengalami dehidrasi dan kelaparan karena selama 31 jam tanpa makanan dan minuman. Petugas langsung memberikan makanan dan suplemen untuk menguatkan kondisi fisik Rifki. “Hilangnya Rifki seperti tidak wajar. Sebab, jalur ini cukup mudah didaki. Dugaan itu juga setelah kami melihat kondisi mentalnya saat pertama kali ditemukan,” ujarnya.
Diketahui, beberapa tahun ini Gunung Penanggungan memang menjadi jujugan pendaki pemula. Meski hanya memiliki ketinggian 1.653 mdpl, jalur ini cukup berat bagi pemula. Kebanyakan pendaki pemula memang tidak dilengkapi peralatan mendaki memadai. Termasuk juga perbekalan yang minim, sehingga kerap terjadi kasus pendaki pingsan.
Tritus Julan
Mojokerto
Panggilan telepon itu berasal dari anggota tim penyelamat yang berhasil menemukan Rifki Pangestu, pendaki yang dikabarkan hilang sejak Selasa (2/6) sekitar pukul 03.00 WIB. Setelah menerima kabar melegakan itu, seluruh tim pencarian mengucap syukur. Tangis pecah terdengar dari kedua orang tua Rifki yang sejak Selasa (2/6) sore telah menanti kepastian kabar anaknya.
Kabar baik itu langsung ditindaklanjuti petugas dengan mengirim tim susulan yang membawa tandu jinjing ke titik penemuan di pos tiga Kaliandra. Tim relawan dan petugas dari Badan SAR Nasional (Basarnas) menyiapkan sejumlah peralatan untuk penjemputan korban. Sekitar pukul 12.00 WIB, rombongan penyelamat dari dua tim seru dan satu tim yang berasal dari petugas pos penjagaan dan warga berhasil membawa korban menuju pos 2.
Rifki selanjutnya yang terlihat hilang kesadaran itu lantas diangkut menggunakan mobil polisi untuk dirawat di Puskesmas Trawas. Tugas evakuasi berakhir mulus kendati awalnya mereka kesulitan melacak korban. Dari catatan petugas, Rifki dan sepuluh orang temannya melakukan pendakian pada Selasa (1/6) malam. Sekitar pukul 18.00 WIB, siswa kelas satu SMK Perkapalan Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo ini lepas dari pos pertama. Sekitar pukul 01.00 WIB, rombongan itu tiba di puncak bayangan dan sempat mendirikan tenda.
“Sekitar pukul 02.00 WIB mereka kemudian turun. Ini baru pertama kali Rifki naik gunung,” ucap Johan, ketua tim penyelamat dari Basarnas Jawa Timur. Keterangan dari temanteman Rifki, pemuda berumur 16 tahun warga Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo itu sempat berpamitan mencari sinyal telepon dan keluar dari jalur pendakian. Setelahnya, keberadaan Rifki tidak lagi diketahui.
Teman-temannya pun kesulitan melakukan kontak. Petugas khawatir lantaran Rifki tidak membawa bekal makanan dan peralatan penerangan. “Informasi awal, ada pendaki lain yang melihat korban di pos 2,” paparnya. Upaya pencairan baru bisa dilakukan pukul 08.15 WIB kemarin. Satu tim seru yang berjumlah 11 orang diberangkatkan untuk menyisir jalur pendakian. Berikutnya pukul 08.45 WIB, tim seru kedua yang berjumlah 15 orang juga menyusul melakukan penyisiran.
Namun, sebelum tim seru diberangkatkan, satu tim berjumlah lima orang yang berasal dari petugas pos jaga dan warga telah lebih dahulu menyisir. Tim inilah yang akhirnya menemukan Rifki di atas pos 3 Kaliandra. Rifki ditemukan setelah dia berteriak minta tolong. Saat petugas mendatanginya, Rifki dalam kondisi lemas dan sulit diajak komunikasi. Kaus sweater yang dia kenakan juga tidak lagi menempel. Begitu juga dengan telepon seluler miliknya, tidak lagi berada di tangannya.
“Posisi ditemukan, dia berada sekitar 20 meter dari jalur pendakian. Jika tidak berteriak minta tolong, tim kesulitan mencari,” ujar Roziq, tim penyelamat yang pertama kali menemukan Rifki. Rifki mengalami dehidrasi dan kelaparan karena selama 31 jam tanpa makanan dan minuman. Petugas langsung memberikan makanan dan suplemen untuk menguatkan kondisi fisik Rifki. “Hilangnya Rifki seperti tidak wajar. Sebab, jalur ini cukup mudah didaki. Dugaan itu juga setelah kami melihat kondisi mentalnya saat pertama kali ditemukan,” ujarnya.
Diketahui, beberapa tahun ini Gunung Penanggungan memang menjadi jujugan pendaki pemula. Meski hanya memiliki ketinggian 1.653 mdpl, jalur ini cukup berat bagi pemula. Kebanyakan pendaki pemula memang tidak dilengkapi peralatan mendaki memadai. Termasuk juga perbekalan yang minim, sehingga kerap terjadi kasus pendaki pingsan.
Tritus Julan
Mojokerto
(ars)