Cuaca Kacau, Produksi Garam Mundur
A
A
A
SUMENEP - Target produksi garam sebesar 3,3 juta ton yang ditetapkan pemerintah pada 2015 menghadapi kendala.
Petani garam di sejumlah wilayah di Jawa Timur hingga saat kesulitan memulai produksi garam, salah satunya di Kabupaten Sumenep. Jadwal produksi garam tahun ini diprediksi mundur dibanding 2014 lalu karena cuaca yang tidak menentu. Seha-rusnya bulan ini telah masuk musim kemarau sehingga petani sudah bisa memulai proses produksi.
Namun faktanya, hujan beberapa kali masih turun. Bila dipaksakan, hampir bisa dipastikan hasil panen kurang maksimal. “Kalau tahun lalu pertengahan Mei sudah ada yang panen. Tahun ini pada bulan yang sama masih dalam tahap pengolahan air di lahan,” ujar Abdul Hayat, petani garam asal Desa Pinggir Papas, Sumenep, kemarin.
Dia mengungkapkan, hampir seluruh tambak di Kabupaten Sumenep terancam mengalami kemunduran proses produksi. Petani tidak mau mengambil risiko ketika produksi dimulai hujan malah turun. Bukan hanya jumlah produksi yang bakal susut, menurut hayat kualitasnya pun ikut turun. Sebab, garam siap panen bercampur air hujan dan tidak mendapat sinar matahari secara maksimal.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep Mohammad Jakfar mengakui, mundurnya jadwal produksi garam karena faktor anomali cuaca. Dia berharap dalam pertengahan bulan Juni nanti petani sudah mulai memproduksi garam dan bisa segera panen tepat waktu. Dia mengaku sudah turun langsung ke lahan garam milik petani.
Di mana, sebagian besar lahan belum produksi, melainkan memang masih tahap persiapan saja. Petani tidak mau ambil risiko, lebih pada melihat cuaca yang hingga saat ini masih mengalami turun hujan. “Kalau masih ada hujan, kurang baik untuk memulai produksi garam. Tapi mudah-mudahan bulan Juni sudah bisa segera produksi,” katanya.
Berdasarkan data di lapangan, jumlah lahan garam di Kabupaten Sumenep terdapat sekitar 2.068 hektare. Lahan potensial untuk garam itu tersebar di 11 kecamatan, yang di dalamnya ada di lima kecamatan di kawasan kepulauan, seperti Giligenting, Raas, Sapeken, Kangayan, dan Arjasa. “Ribuan lahan garam itu sudah siap kelola dan produksi. Tinggal menunggu cuaca yang mendukung untuk memulai produksi,” ucapnya.
Subairi
Petani garam di sejumlah wilayah di Jawa Timur hingga saat kesulitan memulai produksi garam, salah satunya di Kabupaten Sumenep. Jadwal produksi garam tahun ini diprediksi mundur dibanding 2014 lalu karena cuaca yang tidak menentu. Seha-rusnya bulan ini telah masuk musim kemarau sehingga petani sudah bisa memulai proses produksi.
Namun faktanya, hujan beberapa kali masih turun. Bila dipaksakan, hampir bisa dipastikan hasil panen kurang maksimal. “Kalau tahun lalu pertengahan Mei sudah ada yang panen. Tahun ini pada bulan yang sama masih dalam tahap pengolahan air di lahan,” ujar Abdul Hayat, petani garam asal Desa Pinggir Papas, Sumenep, kemarin.
Dia mengungkapkan, hampir seluruh tambak di Kabupaten Sumenep terancam mengalami kemunduran proses produksi. Petani tidak mau mengambil risiko ketika produksi dimulai hujan malah turun. Bukan hanya jumlah produksi yang bakal susut, menurut hayat kualitasnya pun ikut turun. Sebab, garam siap panen bercampur air hujan dan tidak mendapat sinar matahari secara maksimal.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sumenep Mohammad Jakfar mengakui, mundurnya jadwal produksi garam karena faktor anomali cuaca. Dia berharap dalam pertengahan bulan Juni nanti petani sudah mulai memproduksi garam dan bisa segera panen tepat waktu. Dia mengaku sudah turun langsung ke lahan garam milik petani.
Di mana, sebagian besar lahan belum produksi, melainkan memang masih tahap persiapan saja. Petani tidak mau ambil risiko, lebih pada melihat cuaca yang hingga saat ini masih mengalami turun hujan. “Kalau masih ada hujan, kurang baik untuk memulai produksi garam. Tapi mudah-mudahan bulan Juni sudah bisa segera produksi,” katanya.
Berdasarkan data di lapangan, jumlah lahan garam di Kabupaten Sumenep terdapat sekitar 2.068 hektare. Lahan potensial untuk garam itu tersebar di 11 kecamatan, yang di dalamnya ada di lima kecamatan di kawasan kepulauan, seperti Giligenting, Raas, Sapeken, Kangayan, dan Arjasa. “Ribuan lahan garam itu sudah siap kelola dan produksi. Tinggal menunggu cuaca yang mendukung untuk memulai produksi,” ucapnya.
Subairi
(ftr)