Keterserapan Pendidikan Sistem Daring Hasilnya Akan Berbeda-beda
loading...
A
A
A
SEMARANG - Anggota Komisi E DPRD Jateng , Zen Adv menyatakan pembelajaran dengan sistem daring yang diterapkan selama pandemi COVID-19 ini, memang cukup efektif.
Hanya hasil keterserapan dalam pendidikan sistem daring akan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai kondisi, seperti SDM, alam dan lain-lain.
Itu disampaikan Zen dalam Diskusi Prime Topic dengan tema: Pendidikan di masa COVID-19 yang berlangsung Petra Room Hotel Noormans Semarang, Jumat (10/7/2020).
"Memang ini tidak terduga. Ibarat orang Jawa bilang: mak jejagik. Tapi mau bagaimana lagi? Dan ini dengan melibatkan orang tua untuk turut mendidik anaknya di masa pandemi COVID-19 ini membuktikan bahwa komitmen pendidikan berawal dari keluarga. Bukan cuma di sekolah. Sedangkan saat ini konsep pendidikan di masa pandemi harus siap dengan konsep apapun. Mau konsep hijau, kuning, merah," ujar Zen.
Dia mengatakan, hak pendidikan anak-anak jangan sampai terganggu. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini. “Kondisi semacam ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujarnya.(Baca juga : PPDB Selesai, Sekolah Dilarang Pungli )
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri, melalui Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Dr Padmaningrum SH MPd mengatakan, bahwa dalam sistem pembelajaran daring yang berhasil cuma 30-40%. Sebab masih banyak sekolah yang mendadak harus menghadapi kondisi di masa pandemi ini.
"Akan tetapi dengan sistem daring, peran orang tua jadi lebih maksimal. Selain itu pendidikan dalam sistem daring justru keuntungannya adalah memiliki prinsip: kemaslahatan dan kesehatan anak didik, hingga menghindarkan tenaga pendidik atau guru dari wabah COVID-19," kata Padmaningrum.
Pendapat lain diutarakan Ketua Departemen Administrasi Publik Undip, AP Triyuni Ningsih mengatakan, bahwa kesiapan anak SD, SMP, SMA tidak ada masalah. Sebab mereka adalah kaum milenial yang sudah melek teknologi modern.
Tetapi, kata dia, ada juga siswa SD, SMP, atau SMA yang berada di daerah terpencil belum memiliki telepon seluler yang memadai untuk menunjang pembelajaran daring.
“Maka mahasiswa Undip akan menyelenggarakan merdeka belajar sehingga para mahasiswa jadi sukarelawan dalam dunia pendidikan bagi mereka yang kurang mampu dalam rangka menyukseskan pendidikan sistem daring ini," pungkasnya.
Hanya hasil keterserapan dalam pendidikan sistem daring akan berbeda-beda karena dipengaruhi oleh berbagai kondisi, seperti SDM, alam dan lain-lain.
Itu disampaikan Zen dalam Diskusi Prime Topic dengan tema: Pendidikan di masa COVID-19 yang berlangsung Petra Room Hotel Noormans Semarang, Jumat (10/7/2020).
"Memang ini tidak terduga. Ibarat orang Jawa bilang: mak jejagik. Tapi mau bagaimana lagi? Dan ini dengan melibatkan orang tua untuk turut mendidik anaknya di masa pandemi COVID-19 ini membuktikan bahwa komitmen pendidikan berawal dari keluarga. Bukan cuma di sekolah. Sedangkan saat ini konsep pendidikan di masa pandemi harus siap dengan konsep apapun. Mau konsep hijau, kuning, merah," ujar Zen.
Dia mengatakan, hak pendidikan anak-anak jangan sampai terganggu. Apalagi di masa pandemi COVID-19 ini. “Kondisi semacam ini bisa menjadi pembelajaran bagi kita semua,” ujarnya.(Baca juga : PPDB Selesai, Sekolah Dilarang Pungli )
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Jumeri, melalui Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Dr Padmaningrum SH MPd mengatakan, bahwa dalam sistem pembelajaran daring yang berhasil cuma 30-40%. Sebab masih banyak sekolah yang mendadak harus menghadapi kondisi di masa pandemi ini.
"Akan tetapi dengan sistem daring, peran orang tua jadi lebih maksimal. Selain itu pendidikan dalam sistem daring justru keuntungannya adalah memiliki prinsip: kemaslahatan dan kesehatan anak didik, hingga menghindarkan tenaga pendidik atau guru dari wabah COVID-19," kata Padmaningrum.
Pendapat lain diutarakan Ketua Departemen Administrasi Publik Undip, AP Triyuni Ningsih mengatakan, bahwa kesiapan anak SD, SMP, SMA tidak ada masalah. Sebab mereka adalah kaum milenial yang sudah melek teknologi modern.
Tetapi, kata dia, ada juga siswa SD, SMP, atau SMA yang berada di daerah terpencil belum memiliki telepon seluler yang memadai untuk menunjang pembelajaran daring.
“Maka mahasiswa Undip akan menyelenggarakan merdeka belajar sehingga para mahasiswa jadi sukarelawan dalam dunia pendidikan bagi mereka yang kurang mampu dalam rangka menyukseskan pendidikan sistem daring ini," pungkasnya.
(nun)