Wadahi Kreatifitas Penyandang Disabilitas, Pemkot Semarang Gelar Festival Kreatif Inklusif
loading...
A
A
A
SEMARANG - Festival Kreatif Inklusif di Kota Lama Semarang digelar memperingati Hari Disabilitas Sedunia. Event ini untuk memperlihatkan kekuatan kreativitas anak-anak muda dan menegaskan komitmen Semarang sebagai kota yang lebih inklusif
Dalam Festival Kreatif Inklusif ini ditampilkan rangkaian pertunjukan seni, peragaan busana, dan pameran produk kreatif di sepanjang kawasan Kepodang, salah satu jalan populer di Kota Lama, Semarang. Kegiatan ini digagas Pemkot Semarang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan UNESCO.
Kegiatan ini sekaligus meluncurkan pameran khusus karya-karya penyandang disabilitas di Galeri Kreatif Semarang serta ambulance hebat khusus bagi penyandang disabilitas.
"Festival Kreatif Inklusif merupakan sarana untuk anak-anak penyandang disabilitas melakukan eksplor kemampuan masing-masing. Kami dari Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan UNESCO juga dari Kementerian PPPA mengadakan kegiatan tadi. Mungkin teman-teman bisa lihat ada namanya fashion show, opera dari anak-anak tuna netra, ada pameran karya-karya dari teman-teman yang tidak kalah dengan yang bukan disabilitas," kata Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam keterangannya, Senin (12/12/2022).
Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang menambahkan, ambulance khusus disabilitas yang diuncurkan berbeda dengan ambulans biasa.
"Karena kalau tidak menggunakan alat-alat khusus akan menyusahkan penyandang disabilitas. Ambulans itu juga masuk ke (program) ambulans hebat yang bisa diakses melalui nomor telepon darurat 112. Jika teman-teman disabilitas membutuhkan dapat segera meluncur," terang Mbak Ita.
Dia juga berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terkait pemanfaatan ruang di Galeri Kreatif Semarang untuk mendisplay sekaligus sebagai tempat bertransaksi orang-orang yang tertarik dengan hasil karya teman-teman penyandang disabilitas.
Menurutnya, ini menjadi wujud perhatian jajarannya untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas. Pihaknya berharap acara serupa dapat terus berkelanjutan ke depannya.
"Semoga kegiatan-kegiatan seperti ini tidak hanya setahun sekali tapi bisa di event-event tertentu sehingga mereka bisa ikut terlibat dalam pembangunan di Kota Semarang," tandas Plt Wali Kota Semarang.
Sementara itu, Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian PPPA, Nahar yang hadir dalam acara tersebut berharap, Kota Semarang dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadakan event serupa.
"Penyandang disabilitas ada perempuan dan anak-anak yang juga bagian dari kita. Angkanya ada 15 persen dari total jumlah penduduk. Karena merupakan bagian dari kita, maka sama dan mereka perlu diberikan peluang, akses untuk mengembangkan bakat dan kegiatan umumnya," ujar Nahar.
"Satu bukti bahwa Pemerintah Kota Semarang sudah memfasilitasi itu, karena itu adalah kewajiban pemerintah kota. Kota Semarang membuktikan bahwa bisa mengakses Kota Lama bukan hanya untuk berwisata tapi juga untuk mengembangkan potensi dan memasarkan produk-produk hasil yang dibuatnya (penyandang disabilitas). Dari Semarang mudah-mudahan kota-kota lain juga akan ikut," lanjut Nahar.
Festival Kreatif Inklusif juga dimeriahkan oleh beragam asosiasi dan komunitas penyandang disabilitas dari Semarang yang hadir dan tampil dalam beragam karya seni di sekitar kawasan Jalan Kepodang, Kota Lama.
Salah satunya adalah Widji Astuti, pemilik Serodja Widji Batik. Dirinya merupakan perempuan muda perajin batik-sekaligus pengusaha muda penyandang disabilitas asal Yogyakarta yang membuat batik dengan teknik lukisan air Suminagashi Jepang.
Dirinya memulai teknik ini untuk mengatasi kurangnya ketangkasan jarinya. Dalam fashion show Festival Kreatif dirinya berkolaborasi dengan dua merek usaha milik pengusaha muda lainnya, yaitu @muhammadbayuindonesia oleh Mochamad Bayu Noviantoro dan Alifati dari brand Lipcraft.
Keduanya dari Semarang, untuk mengembangkan koleksi fesyen baru bernama Tutur Batin yang dipertunjukkan dalam fesyen show kali ini. Batik lukisan air karya Widji telah menginspirasi Bayu dan Alif untuk merancang pakaian baru yang indah beserta asesorinya.
Dalam Festival Kreatif Inklusif ini ditampilkan rangkaian pertunjukan seni, peragaan busana, dan pameran produk kreatif di sepanjang kawasan Kepodang, salah satu jalan populer di Kota Lama, Semarang. Kegiatan ini digagas Pemkot Semarang bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) dan UNESCO.
Kegiatan ini sekaligus meluncurkan pameran khusus karya-karya penyandang disabilitas di Galeri Kreatif Semarang serta ambulance hebat khusus bagi penyandang disabilitas.
"Festival Kreatif Inklusif merupakan sarana untuk anak-anak penyandang disabilitas melakukan eksplor kemampuan masing-masing. Kami dari Pemerintah Kota Semarang bekerja sama dengan UNESCO juga dari Kementerian PPPA mengadakan kegiatan tadi. Mungkin teman-teman bisa lihat ada namanya fashion show, opera dari anak-anak tuna netra, ada pameran karya-karya dari teman-teman yang tidak kalah dengan yang bukan disabilitas," kata Plt Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu dalam keterangannya, Senin (12/12/2022).
Mbak Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang menambahkan, ambulance khusus disabilitas yang diuncurkan berbeda dengan ambulans biasa.
"Karena kalau tidak menggunakan alat-alat khusus akan menyusahkan penyandang disabilitas. Ambulans itu juga masuk ke (program) ambulans hebat yang bisa diakses melalui nomor telepon darurat 112. Jika teman-teman disabilitas membutuhkan dapat segera meluncur," terang Mbak Ita.
Dia juga berkoordinasi dengan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil Menengah terkait pemanfaatan ruang di Galeri Kreatif Semarang untuk mendisplay sekaligus sebagai tempat bertransaksi orang-orang yang tertarik dengan hasil karya teman-teman penyandang disabilitas.
Menurutnya, ini menjadi wujud perhatian jajarannya untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas. Pihaknya berharap acara serupa dapat terus berkelanjutan ke depannya.
"Semoga kegiatan-kegiatan seperti ini tidak hanya setahun sekali tapi bisa di event-event tertentu sehingga mereka bisa ikut terlibat dalam pembangunan di Kota Semarang," tandas Plt Wali Kota Semarang.
Sementara itu, Deputi Bidang Perlindungan Anak Kementerian PPPA, Nahar yang hadir dalam acara tersebut berharap, Kota Semarang dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengadakan event serupa.
"Penyandang disabilitas ada perempuan dan anak-anak yang juga bagian dari kita. Angkanya ada 15 persen dari total jumlah penduduk. Karena merupakan bagian dari kita, maka sama dan mereka perlu diberikan peluang, akses untuk mengembangkan bakat dan kegiatan umumnya," ujar Nahar.
"Satu bukti bahwa Pemerintah Kota Semarang sudah memfasilitasi itu, karena itu adalah kewajiban pemerintah kota. Kota Semarang membuktikan bahwa bisa mengakses Kota Lama bukan hanya untuk berwisata tapi juga untuk mengembangkan potensi dan memasarkan produk-produk hasil yang dibuatnya (penyandang disabilitas). Dari Semarang mudah-mudahan kota-kota lain juga akan ikut," lanjut Nahar.
Festival Kreatif Inklusif juga dimeriahkan oleh beragam asosiasi dan komunitas penyandang disabilitas dari Semarang yang hadir dan tampil dalam beragam karya seni di sekitar kawasan Jalan Kepodang, Kota Lama.
Salah satunya adalah Widji Astuti, pemilik Serodja Widji Batik. Dirinya merupakan perempuan muda perajin batik-sekaligus pengusaha muda penyandang disabilitas asal Yogyakarta yang membuat batik dengan teknik lukisan air Suminagashi Jepang.
Dirinya memulai teknik ini untuk mengatasi kurangnya ketangkasan jarinya. Dalam fashion show Festival Kreatif dirinya berkolaborasi dengan dua merek usaha milik pengusaha muda lainnya, yaitu @muhammadbayuindonesia oleh Mochamad Bayu Noviantoro dan Alifati dari brand Lipcraft.
Keduanya dari Semarang, untuk mengembangkan koleksi fesyen baru bernama Tutur Batin yang dipertunjukkan dalam fesyen show kali ini. Batik lukisan air karya Widji telah menginspirasi Bayu dan Alif untuk merancang pakaian baru yang indah beserta asesorinya.
(shf)