Perempuan Golkar Bersatu Dampingi LPA Jatim Asesmen Psikis ke 38 Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan

Kamis, 24 November 2022 - 14:29 WIB
loading...
Perempuan Golkar Bersatu Dampingi LPA Jatim Asesmen Psikis ke 38 Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan
Yanti Airlangga Hartarto, istri Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto saat melihat pohon harapan dan pohon kekhawatiran keluarga korban. Foto/MPI/Avirista Midaada
A A A
MALANG - Suasana haru dan sedih masih menyelimuti keluarga korban Tragedi Kanjuruhan saat pendampingan psikis Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur. Mereka tampak sedih dan tak terima tragedi yang menewaskan 135 nyawa pasca laga Arema FC vs Persebaya Surabaya.

Tampak pendamping dari Lembaga Perlindungan Anak Jawa Timur l, bekerjasama dengan Perempuan Golkar Bersatu juga memberikan penanganan secara psikis ke 38 keluarga korban tragedi Kanjuruhan yang diundang datang di NK Kafe, Rabu pagi (23/11/2022).



Para keluarga korban yang diundang mayoritas merupakan keluarga yang anak-anaknya meninggal dunia pada peristiwa memilukan tersebut.

Mereka mendapat asesmen penanganan psikis agar menghilangkan rasa trauma bagi keluarga yang ditinggalkan anak-anaknya. Para keluarga diberi pendampingan oleh aktivis perempuan dan perlindungan anak dari LPA.

Mereka diminta menulis pohon harapan dan pohon kekhawatiran dari para keluarga korban. Terlihat masing-masing keluarga korban menuliskan pesan itu dan menempelkannya di pohon harapan dan pohon kekhawatiran.

Dari ungkapan yang disampaikan para keluarga korban melalui kertas yang tertempel dalam pohon harapan dan pohon kekhawatiran, para keluarga penyintas tragedi Kanjuruhan mengungkap keluh kesah mereka. Sejumlah tulisan mulai dari kekhawatiran kepada anak dan cucunya disampaikan.



"Takut kalau ini tidak nyata, takut masa depan dia tidak terwujud sesuai apa yang dia inginkan, takut dia terjerumus ke pergaulan yang tidak semestinya ia jalani karena banyaknya pergaulan bebas di luar sana," tulis keluarga korban di selembar kertas saat proses asesmen psikologis.

"Khawatir anaknya malu dan minder, khawatir anak gak mau sekolah karena minder soalnya ada bekas cacat di badannya. Khawatir pendidikannya tidak maksimal, cucu saya trauma bertemu orang lain, khawatir nasib sekolah dan hidup sehari-hari karena ditinggal ayahnya," tulisan salah satu keluarga korban Tragedi Kanjuruhan kembali.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2208 seconds (0.1#10.140)