Raden Fatah, Perjuangan Menumbangkan Majapahit dan Mendirikan Kerajaan Islam

Kamis, 10 November 2022 - 05:15 WIB
loading...
Raden Fatah, Perjuangan Menumbangkan Majapahit dan Mendirikan Kerajaan Islam
Masjid Agung Demak. Foto: Istimewa
A A A
RADEN Fatah mendirikan Kerajaan Demak, pada 1478. Dia memerintah mulai 1478 hingga 1518. Dia merupakan Sultan Demak Bintara pertama yang dinobatkan oleh wali sembilan. Gelarnya Sultan Syah Alam Akbar.

Raden Fatah merupakan putra Raja Brawijaya V Majapahit. Pada abad ke-14 Masehi, Kaisar Yan Lu dari dinasti Ming di Cina mengirimkan seorang putri kepada Raja Brawijaya sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Putri yang cantik jelita dan pintar itu mendapat tempat istimewa di hati Raja Brawijaya V. Namun, kehadiran putri Cina ini menimbulkan kecemburuan dari permaisuri Champa (sekarang bernama Kamboja).



Melihat gelagat yang kurang sehat itu, akhirnya dengan berat hati Raja Brawijaya V menyingkirkan putri Cina ke luar istana dan menghibahkannya kepada Adipati Palembang, Ario Damar. Padahal, saat itu putri Cina sedang hamil.

Anak yang lahir dari putri Cina ini adalah Raden Fatah. Dia lahir dan besar di istana Adipati Palembang.

Setelah dewasa, Raden Fatah kembali ke Majapahit. Dia tidak sendiri. Melainkan ditemani adiknya dari lain bapak, Raden Husein. Dari Palembang, mereka pun tiba di Gresik. Kedua saudara ini kemudian berpisah.

Raden Fatah memutuskan tinggal bersama Raden Rahmat (Sunan Ampel). Sedangkan Raden Husein meneruskan perjalanan ke Majapahit. Raden Fatah kemudian menikah dengan putri Sunan Ampel, Sayidah Murtasimah.



Dari pernikahannya itu, Raden Fatah memiliki lima orang anak. Terdiri dari Pangeran Prabu, Raden Trenggana, Raden Bagus Seda Kali, Kanduruhan, dan Sayidah Ratinah. Setelah menikah, Raden Fatah meninggalkan Ampeldenta.

Selama berada di Ampeldenta, Raden Fatah mendalami agama Islam. Selain Raden Fatah, terdapat sejumlah pemuda lain, seperti Raden Paku (Sunan Giri), Makhdum Ibrahim (Sunan Bonang), dan Raden Kosim (Sunan Drajat).

Dalam perjalanan keluar Ampeldenta, Raden Fatah yang juga dikenal dengan Jimbun akhirnya sampai di hutan Gelagah. Dia lalu memegangi pohon itu satu persatu atau di demak-demek. Dicarinya pohon yang baunya harum.

Sesuai dengan arahan Sunan Ampel, jika sudah menemukan pohon Gelagah yang harum, maka Raden Fatah harus mendirikan rumah dan menetap di sana. Akhirnya, Raden Fatah pun berhasil menemukan pohon yang dimaksud.



Lambat laun, wilayah yang didiami Raden Fatah semakin ramai, hingga membentuk satu kawasan pemukiman baru.

Dalam Babad Demak Pesisiran, keberadaan kawasan pemukiman baru ini diketahui oleh Raja Brawijaya V ayah Raden Fatah. Dia lalu mengirimkan utusan untuk melihat kawasan yang dikenal sebagai Demak Bintara itu.

Utusan Majapahit yang datang ke Demak Bintara adalah adik Raden Fatah, Raden Husein. Dia lalu menyampaikan maksud Raja Brawijaya V membawanya ke Majapahit. Anak dan ayah kandung ini pun akhirnya bisa bertemu.

Raja Brawijaya V lalu memberi izin kepada Raden Fatah untuk memerintah Demak Bintara dengan gelar Adipati.



Di bawah kekuasaan Adipati Majapahit, Demak Bintara tumbuh sangat pesat. Namun, kabar duka datang dari Ampeldenta. Sunan Ampel dikabarkan sakit. Tetapi sayang, saat Raden Fatah tiba, Sunan Ampel sudah meninggal.

Dia lalu kembali ke Demak Bintara, ditemani para nasehatnya. Terdiri dari Sunan Bontang (Tuban), Sunan Undang (Kudus), Sunan Giri (Gresik), Sunan Agum (Cirebon), Sunan Kali Jenar, dan Sunan Kali Jaga.

Juga ada Sunan Tanggung (Tegal), dan Sunan Drajat (Sedayu). Setibanya di Demak Bintara, Raden Fatah mendirikan Masjid Agung. Dengan dukungan para wali, Raden Fatah kemudian melakukan serangan kepada Majapahit.

Pada serangan pertama, Sunan Undang dari Kudus terbunuh. Raden Fatah lalu meminta bantuan pasukan dari Palembang. Pada serangan yang kedua, Raden Fatah berhasil menumbangkan Kerajaan Majapahit.



Setelah Kerajaan Majapahit hancur, pusat kerajaan dipindahkan ke Demak Bintara. Raden Fatah kemudian bergelar Sultan Syah Alam Akbar. Raden Fatah juga melakukan perlawanan terhadap Portugis, di Malaka.

Raden Fatah memerintah Kerajaan Demak Bintara dengan sistem teokrasi atau pemerintahan yang berdasarkan agama Islam. Di masa pemerintahannya, Kerajaan Demak Bintara berhasil memperluas wilayah kekuasaannya.

Kerajaan-kerajaan pesisir Jawa, seperti Lasem, Tuban, Sedayu, Gresik, Cirebon, dan Banten, berhasil ditaklukkan.

Dengan takluknya kerajaan-kerjaan pesisir, maka Kerajaan Demak Bintara menjadi kerajaan agraris-maritim. Barang dagangan yang berhasil diekspor pada masa Raden Fatah adalah beras, lilin dan madu.



Barang-barang itu diekspor ke Malaka, Maluku, dan Samudera Pasai. Selain wilayah pesisir Jawa, wilayah-wilayah seperti Palembang, Jambi, dan beberapa kawasan di Kalimantan juga berhasil dikuasai oleh Kerajaan Demak Bintara.

Kerajaan Demak Bintara juga memiliki pelabuhan-pelabuhan penting, seperti Jepara, Tuban, Sedayu, Jaratan dan Gresik yang berkembang menjadi pelabuhan penghubung. Raden Fatah meninggal, pada 1518.

Sumber tulisan:
1. J. Suyuthi Pulungan, Sejarah Peradaban Islam di Indonesia, Amzah, 2022.
2. Ahmad Wahyu Sudrajad, Kisah-kisah Fenomenal Penaklukan Jawa, Anak Hebat Indonesia, 2019.
3. Ali Romdhoni, Kesultanan Demak Bintara, Linus (Literatur Nusantara), 2021.
(san)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1653 seconds (0.1#10.140)