Misteri Kutukan Kebo Iwa Patih Kerajaan Bali yang Disegani Gajah Mada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Konon, pertempuran sengit antara Patih Kerajaan Majapahit Gajah Mada melawan Patih Kerajaan Bali Kebo Iwa melahirkan sumpah serapah. Sumpah serapah yang keluar dari mulut Kebo Iwa itu menghasilkan kutukan, yaitu Nusantara dijajah oleh bangsa kulit putih.
Kala kedua patih yang sakti itu mengadu ketangkasan dan keunggulan ilmu, konon pertarungan berjalan seimbang, tidak ada yang tumbang. Padahal peluh dan akal cerdik sudah maksimal digunakan keduanya. Pertarungan berlangsung lama, membuat keduanya lelah dan sepakat melakukan gencatan senjata.
Saat itulah, Kebo Iwa membuka tabir rahasia kematiannya, sekaligus sumpah serapah yang membawa kutukan. Kebo Iwa menyampaikan, bahwa dirinya hanya bisa dikalahkan kalau Gajah Mada menguburinya dengan serbuk kapur. Namun, akan datang waktunya, Nusantara yang dipersatukan oleh Majapahit akan dijajah bangsa kulit putih dan berhidung mancung. Begitu ucapan Kebo Iwa saat melawan Gajah Mada.
Bagaimana kisah pertarungan itu bermula dan berakhir? Konon, di mata Majapahit khususnya Patih Gajah Mada, Kerajaan Bali bagai kerikil dalam sepatu yang membuat ambisi menyatukan Nusantara berlangsung tidak nyaman dan mulus. Kerajaan Bali salah satu daerah di nusantara yang sulit ditundukkan Kerajaan Majapahit. Secara turun-temurun kerajaan-kerajaan di Bali ini diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Warmadewa.
Pada 1337 Masehi, Kerajaan Bali dikenal dengan sebutan Kerajaan Bali Aga. Konon, pusat pemerintahan kerajaan ini terletak di Bedahulu. Karena itu, Kerajaan Bali Aga sering disebut Kerajaan Bedahulu atau Bedulu.
Raja terakhir Kerajaan Bali Aga bernama Sri Ratna Bumi Banten. Sang raja inilah yang menentang ekspansi Kerajaan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada pada 1343. Sang raja tidak takut dengan cerita kehebatan Majapahit karena mereka sendiri memiliki balatentaranya yang militan. Belum lagi Patih Kebo Iwa yang memiliki kesaktian. Sosok inilah yang bisa menggentarkan nyali Mahapatih Gajah Mada. Disebutkan bahwa Gajah Mada takut berhadap langsung dengan Kebo Iwa yang tinggal di Belahbatuh itu.
Patih Gajah Mada memang merasakan ada kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum dirasakan sebelumnya saat ia menaklukkan sejumlah kerajaan di Nusantara bahkan di luar Nusantara.
Tak seperti biasanya Gajah Mada merasa enteng saat berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat dan memiliki peralatan perang serba lengkap. Namun saat menghadapi Kerajaan Bali Aga, ada rasa takut dalam diri Gajah Mada.
Namun, karena sudah mengucapkan sumpah Palapa, penaklukan terhadap Kerajaan Bali Aga harus dilakukan, apa pun tantangannya. Konon, suatu hari semua pembesar Kerajaan Majapahit melakukan rapat membicarakan penaklukan Kerajaan Bali Aga.
Kala kedua patih yang sakti itu mengadu ketangkasan dan keunggulan ilmu, konon pertarungan berjalan seimbang, tidak ada yang tumbang. Padahal peluh dan akal cerdik sudah maksimal digunakan keduanya. Pertarungan berlangsung lama, membuat keduanya lelah dan sepakat melakukan gencatan senjata.
Saat itulah, Kebo Iwa membuka tabir rahasia kematiannya, sekaligus sumpah serapah yang membawa kutukan. Kebo Iwa menyampaikan, bahwa dirinya hanya bisa dikalahkan kalau Gajah Mada menguburinya dengan serbuk kapur. Namun, akan datang waktunya, Nusantara yang dipersatukan oleh Majapahit akan dijajah bangsa kulit putih dan berhidung mancung. Begitu ucapan Kebo Iwa saat melawan Gajah Mada.
Bagaimana kisah pertarungan itu bermula dan berakhir? Konon, di mata Majapahit khususnya Patih Gajah Mada, Kerajaan Bali bagai kerikil dalam sepatu yang membuat ambisi menyatukan Nusantara berlangsung tidak nyaman dan mulus. Kerajaan Bali salah satu daerah di nusantara yang sulit ditundukkan Kerajaan Majapahit. Secara turun-temurun kerajaan-kerajaan di Bali ini diperintah oleh raja-raja keturunan Dinasti Warmadewa.
Pada 1337 Masehi, Kerajaan Bali dikenal dengan sebutan Kerajaan Bali Aga. Konon, pusat pemerintahan kerajaan ini terletak di Bedahulu. Karena itu, Kerajaan Bali Aga sering disebut Kerajaan Bedahulu atau Bedulu.
Raja terakhir Kerajaan Bali Aga bernama Sri Ratna Bumi Banten. Sang raja inilah yang menentang ekspansi Kerajaan Majapahit yang dipimpin Gajah Mada pada 1343. Sang raja tidak takut dengan cerita kehebatan Majapahit karena mereka sendiri memiliki balatentaranya yang militan. Belum lagi Patih Kebo Iwa yang memiliki kesaktian. Sosok inilah yang bisa menggentarkan nyali Mahapatih Gajah Mada. Disebutkan bahwa Gajah Mada takut berhadap langsung dengan Kebo Iwa yang tinggal di Belahbatuh itu.
Patih Gajah Mada memang merasakan ada kesulitan besar yang menghantui dirinya dan belum dirasakan sebelumnya saat ia menaklukkan sejumlah kerajaan di Nusantara bahkan di luar Nusantara.
Tak seperti biasanya Gajah Mada merasa enteng saat berhadapan dengan musuh lebih besar dan lebih kuat dan memiliki peralatan perang serba lengkap. Namun saat menghadapi Kerajaan Bali Aga, ada rasa takut dalam diri Gajah Mada.
Namun, karena sudah mengucapkan sumpah Palapa, penaklukan terhadap Kerajaan Bali Aga harus dilakukan, apa pun tantangannya. Konon, suatu hari semua pembesar Kerajaan Majapahit melakukan rapat membicarakan penaklukan Kerajaan Bali Aga.