Cerita Pilu Bapak 2 Anak di Pemalang, Buta Permanen Akibat Gemar Main Game
loading...
A
A
A
PEMALANG - Permainan game yang saat ini banyak terdapat di dalam handphone android sangat digandrungi banyak orang mulai dari anak-anak hinggga dewasa.
Namun, gara-gara gemar bermain game, seorang pemuda yang bernama Rahmad, mengalami kebutaan permanen.
Game yang sejatinya sebuah hiburan, baik menggunakan komputer atau handphone android, ternyata memiliki resiko yang dapat membahayakan bagi para penikmatnya.
Resiko ini, tentu disebabkan salah satunya dari faktor radiasi dan pengaruh sinar layar monitor atau ponsel yang memancarkan gambar, yang tanpa disadari oleh para penikmat game yang lama kelamaan akan merusak saraf mata.
Rahmad Hidayatullah (32), lelaki asal Kampung Kadubelang, Pandeglang, Banten, mengalami kebutaan permanen akibat beberapa hari main game tanpa henti dan terus menerus.
Peristiwa itu diceritakan Rahmad terjadi pada tahun 2012, atau 10 tahun lalu. Waktu itu, dia masih bekerja di sebuah pabrik yang ada di Jakarta. Saat ini Rahmad berdomisili di Pemalang, tepatnya di Desa Pedurungan, Kecamatan Taman.
Rahmad, yang saat ini telah dikarunia dua orang anak, menuturkan kisah pilunya kepada tim MNC Portal, saat tak sengaja bertemu di sebuah warung angkringan dekat Kantor DPU Pemalang, Kamis (13/10/2022).
Baca juga:
Dia mengaku, saat pertama kali mengalami kejadian itu (kebutaan) tahun 2012. "Saat itu sekitar bulan Maret kalau gak salah mas, karena libur, gak ada kerjaan saya di warnet main game selama empat hari," sambungnya.
Dalam kondisi gelap di ruangan warnet. “Tiba-tiba pada hari keempat saya main game, mata saya gelap tidak bisa melihat, rasanya pandangan mutar semua. Sambil sempoyongan akhirnya saya pulang ke rumah di Tegal Alur Jakarta,” tuturnya mengingat kejadian awal mula kebutaannya itu.
Keesokan harinya, dengan diantar temannya, Rahmad memeriksakan matanya di sebuah Rumah Sakit di daerah Cengkareng, Jakarta barat.
Tapi nasib berkata lain, dari hasil pemeriksaan matanya itu, sungguh di luar dugaan, betapa terkejutnya Rahmad, saat dirinya mengetahui telah mengalami kebutaan permanen sampai sekarang.
Berbagai pengobatan telah dia tempuh, tapi tak juga berhasil. Kini, bapak dua orang anak ini hanya bisa menyesali dirinya, dan pasrah.
Namun, kendati demikian nasib yang dialaminya kini, dirinya tidak putus asa dalam mengarungi kehidupannya. Bersama istri dan dua orang anaknya, kini dia tinggal di Desa Pedurungan, Kecamatan Taman, Pemalang.
Untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya sehari-hari, Rahmad berjualan kerupuk goreng, dengan berkeliling ke warung-warung atau warga desa sekitar.
"Kalau lagi ramai, saya dapat upah Rp100 ribu mas, kalau lagi sepi, Rp60 ribuan, bahkan kadangkala ya gak dapat duit sama sekali," tuturnya.
Dari kisahnya ini, dia berpesan agar membatasi main game dan seperlunya saja agar nasib sama tidak dialami orang lain, karena penyesalan tetap ada di belakang.
Namun, gara-gara gemar bermain game, seorang pemuda yang bernama Rahmad, mengalami kebutaan permanen.
Game yang sejatinya sebuah hiburan, baik menggunakan komputer atau handphone android, ternyata memiliki resiko yang dapat membahayakan bagi para penikmatnya.
Resiko ini, tentu disebabkan salah satunya dari faktor radiasi dan pengaruh sinar layar monitor atau ponsel yang memancarkan gambar, yang tanpa disadari oleh para penikmat game yang lama kelamaan akan merusak saraf mata.
Rahmad Hidayatullah (32), lelaki asal Kampung Kadubelang, Pandeglang, Banten, mengalami kebutaan permanen akibat beberapa hari main game tanpa henti dan terus menerus.
Peristiwa itu diceritakan Rahmad terjadi pada tahun 2012, atau 10 tahun lalu. Waktu itu, dia masih bekerja di sebuah pabrik yang ada di Jakarta. Saat ini Rahmad berdomisili di Pemalang, tepatnya di Desa Pedurungan, Kecamatan Taman.
Rahmad, yang saat ini telah dikarunia dua orang anak, menuturkan kisah pilunya kepada tim MNC Portal, saat tak sengaja bertemu di sebuah warung angkringan dekat Kantor DPU Pemalang, Kamis (13/10/2022).
Baca juga:
Dia mengaku, saat pertama kali mengalami kejadian itu (kebutaan) tahun 2012. "Saat itu sekitar bulan Maret kalau gak salah mas, karena libur, gak ada kerjaan saya di warnet main game selama empat hari," sambungnya.
Dalam kondisi gelap di ruangan warnet. “Tiba-tiba pada hari keempat saya main game, mata saya gelap tidak bisa melihat, rasanya pandangan mutar semua. Sambil sempoyongan akhirnya saya pulang ke rumah di Tegal Alur Jakarta,” tuturnya mengingat kejadian awal mula kebutaannya itu.
Keesokan harinya, dengan diantar temannya, Rahmad memeriksakan matanya di sebuah Rumah Sakit di daerah Cengkareng, Jakarta barat.
Tapi nasib berkata lain, dari hasil pemeriksaan matanya itu, sungguh di luar dugaan, betapa terkejutnya Rahmad, saat dirinya mengetahui telah mengalami kebutaan permanen sampai sekarang.
Berbagai pengobatan telah dia tempuh, tapi tak juga berhasil. Kini, bapak dua orang anak ini hanya bisa menyesali dirinya, dan pasrah.
Namun, kendati demikian nasib yang dialaminya kini, dirinya tidak putus asa dalam mengarungi kehidupannya. Bersama istri dan dua orang anaknya, kini dia tinggal di Desa Pedurungan, Kecamatan Taman, Pemalang.
Untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarganya sehari-hari, Rahmad berjualan kerupuk goreng, dengan berkeliling ke warung-warung atau warga desa sekitar.
"Kalau lagi ramai, saya dapat upah Rp100 ribu mas, kalau lagi sepi, Rp60 ribuan, bahkan kadangkala ya gak dapat duit sama sekali," tuturnya.
Dari kisahnya ini, dia berpesan agar membatasi main game dan seperlunya saja agar nasib sama tidak dialami orang lain, karena penyesalan tetap ada di belakang.
(nic)