Ketegangan NU dengan Bung Karno Pasca G30S: Tanpa NO, Bung Karno Jadi Bungkar
loading...
A
A
A
Baca juga: Rencana Pembuatan Patung Bung Karno di Alun-alun Indramayu Tuai Ragam Komentar dari Budayawan
Pada peringatan Harlah NU ke-40 di Jakarta tahun 1966, Bung Karno hadir. Harlah dipadati warga nahdliyin, khususnya Banser se Indonesia. Bung Karno kembali menyampaikan harapannya kepada NU. Ia ingin NU memelopori kembalinya stabilitas nasional.
NU menerima tawaran itu dengan syarat tanpa melibatkan PKI. Artinya PKI harus dibubarkan. Sikap tegas yang tak bisa ditawar itu yang membuat hubungan NU dengan Bung Karno semakin renggang.
Dalam Benturan NU PKI 1948-1965, Abdul Mun'im DZ menulis, kerenggangan itu membuat posisi politik Bung Karno semakin lemah.
Dengan sindiran halus setengah berkelakar, NU membuat dalil politik yang ditujukan kepada Bung Karno. "Sukarno tanpa NO akan menjadi Sukar. Bung Karno tanpa NO akan menjadi Bungkar".
Sukar adalah sulit dan Bungkar merujuk pada situasi porak poranda. Sedangkan kata NO dibelakang nama Soekarno atau Bung Karno diartikan sebagai ejaan lama NU (Nahdlatul Oelama).
Dalam posisi politik yang semakin terjepit, pada tahun 1967, Bung Karno akhirnya lengser dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh Soeharto.
Lihat Juga: Kisah Cinta Bung Karno dengan Gadis Belanda, Simbol Perlawanan Pribumi terhadap Penjajah
Pada peringatan Harlah NU ke-40 di Jakarta tahun 1966, Bung Karno hadir. Harlah dipadati warga nahdliyin, khususnya Banser se Indonesia. Bung Karno kembali menyampaikan harapannya kepada NU. Ia ingin NU memelopori kembalinya stabilitas nasional.
NU menerima tawaran itu dengan syarat tanpa melibatkan PKI. Artinya PKI harus dibubarkan. Sikap tegas yang tak bisa ditawar itu yang membuat hubungan NU dengan Bung Karno semakin renggang.
Dalam Benturan NU PKI 1948-1965, Abdul Mun'im DZ menulis, kerenggangan itu membuat posisi politik Bung Karno semakin lemah.
Dengan sindiran halus setengah berkelakar, NU membuat dalil politik yang ditujukan kepada Bung Karno. "Sukarno tanpa NO akan menjadi Sukar. Bung Karno tanpa NO akan menjadi Bungkar".
Sukar adalah sulit dan Bungkar merujuk pada situasi porak poranda. Sedangkan kata NO dibelakang nama Soekarno atau Bung Karno diartikan sebagai ejaan lama NU (Nahdlatul Oelama).
Dalam posisi politik yang semakin terjepit, pada tahun 1967, Bung Karno akhirnya lengser dari jabatannya sebagai Presiden Republik Indonesia dan digantikan oleh Soeharto.
Lihat Juga: Kisah Cinta Bung Karno dengan Gadis Belanda, Simbol Perlawanan Pribumi terhadap Penjajah
(msd)