Kisah Syekh Subakir, Usir Jin untuk Bersihkan Tanah Jawa

Selasa, 20 September 2022 - 05:04 WIB
loading...
Kisah Syekh Subakir, Usir Jin untuk Bersihkan Tanah Jawa
Para Wali Songo periode awal dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, khususnya tanah Jawa, ternyata tidak berjalan mulus. Hambatan itu terutama dipengaruhi oleh kekuatan negatif makhluk halus. Foto ilsutrasi
A A A
- Para Wali Songo periode awal dalam menyebarkan ajaran Islam di Nusantara, khususnya tanah Jawa, ternyata tidak berjalan mulus. Hambatan itu terutama dipengaruhi oleh kekuatan negatif makhluk halus.

Beruntung, dari sekian wali hebat yang diutus, salah satunya memiliki kemampuan untuk menyingkirkan pengaruh makhlus halus tersebut. Wali penakluk makhkuk halus tersebut adalah Syekh Subakir.



Berdasarkan Babad Tanah Jawa, para wali yang dikirim dari Kesultanan Turki Utsmaniyah, Sultan Muhammad I untuk menyebarkan agama Islam di wilayah Nusantara pada periode awal, mengalami kesulitan dalam menyebarkan ajaran Islam.

Beberapa kali, Sultan Muhammad I mengirimkan para ulama ke tanah Jawa, namun pada umumnya mengalami kegagalan. Ada beberapa faktor penyebab kegagalan itu. Antara lain, masyarakat Jawa saat itu sangat memegang teguh kepercayaannya.

Ajaran Islam hanya menjangkau kelompok kecil, karena sebagian besar masih teguh dengan kepercayaan mereka. Belum lagi, saat itu Pulau Jawa masih merupakan hutan belantara. Namun, penyebab paling utamanya adalah pengaruh makhluk halus dan jin-jin jahat.

Para jin, dedemit dan lelembut tersebut bisa merubah wujud menjadi ombak besar yang mampu menenggelamkan kapal berikut penumpangnya dan menjadi angin puting beliung yang mampu memporakporandakan apa saja yang berada di depannya. Baca juga: Sembuhkan Wabah Penyakit di Tanah Arab, Sunan Kudus Pulang Bawa Batu Suci dari Baitul Magdis

Selain itu para jin kafir dan bangsa lelembut tersebut juga bisa berubah wujud menjadi hewan buas yang mencelakakan para ulama pendahulu tersebut. Syekh Subakir yang memiliki keahlian dalam bidang rukyah, ekologi, meteorologi dan geofisika lalu dikirim ke tanah Jawa.

Misi khusus Syekh Subakir adalah menyingkirkan pengaruh negatif makhluk halus yang menjadi penghalang diterimanya Islam oleh masyarakat Jawa ketika itu. Ada dua versi cerita bagaimana Syekh Subakir menaklukkan kekuatan gaib di tanah Jawa.

Versi pertama, disebutkan bahwa untuk menyingkirkan kekuatan makhluk halus, Syekh Subakir membawa batu hitam dari Arab yang telah dirajah. Sampai di tanah Jawa, batu bernama Rajah Aji Kalacakra itu dipasang di tengah-tengah Pulau Jawa yaitu di Puncak Gunung Tidar, Magelang. Diletakkan di Gunung Tidar karena tempat ini dipercayai sebagai titik sentral atau pakunya Pulau Jawa.

Konon, setelah batu itu diletakkan di sana, alam mulai bergejolak. Alam yang tadinya cerah dan sejuk, matahari bersinar terang, damai dengan kicau burung, tiba-tiba berubah drastis selama tiga hari tiga malam.

Cuaca mendadak mendung, angin bergerak cepat, kilat menyambar menimbulkan hujan api. Gunung-gunung bergemuruh tak henti siang malam. Lelembut, setan, siluman lari menyelamatkan diri. Jin, peri, banaspati, kuntilanak, jailangkung, semua hanyut dalam air karena tak kuat menahan panasnya pancaran batu hitam tersebut. Makhluk halus yang masih hidup pun mengungsi ke lautan. Sebagian jin yang lain ada yang mati akibat hawa panas dari tumbal yang dipasang Syekh Subakir.

Merepons situasi ini, Sabda Palon, raja bangsa jin yang telah 9.000 tahun bersemayam di Puncak Gunung Tidar keluar mencari penyebab timbulnya hawa panas itu. Sabda Palon lalu berhadapan Syekh Subakir dan menanyakan maksud pemasangan batu hitam itu.

Syekh Subakir menyampaikan bahwa dirinya sengaja memasang batu hitam itu untuk mengusir para jin dan mahluk halus yang meghambat penyebaran ajaran Islam. Keduanya pun perdebatan panjang dan kemudian mengadu kesaktian.

Konon pertempuran antara keduanya terjadi selama 40 hari 40 malam. Sabda Palon tak menduga kalau Syekh Subakir sangat tangguh. Sabda Palon akhirnya menawarkan perundingan. Dalam perundingan itu, Sabda Palon mensyaratkan beberapa point kesepakatan. Antara lain, Syekh Subakir beserta para ulama boleh menyebarkan Islam di Tanah Jawa, tetapi tidak boleh dengan cara memaksa.

Sabda Palon juga memberi kesempatan kepada orang Islam untuk berkuasa di tanah Jawa—Raja-raja Islam—namun dengan catatan para raja Islam itu jangan sampai meninggalkan adat istiadat dan budaya yang sudah diwariskan turun temurun. Syarat-syarat itu pun akhirnya disetujui Syekh Subakir.

Versi kedua dari cerita ini adalah bahwa untuk membersihkan wilayah Gunung Tidar dari bangsa jin, Syekh Subakir membawa senjata pusaka berupa Tombak Kiai Panjang. Tombak sakti penolak bala tersebut ditancapkan tepat di Puncak Tidar. Konon, begitu ditancapkan, tombak pusaka itu langsung menciptakan hawa panas di Gunung Tidar.

Para jin pun lari tunggang langgang meninggalkan Gunung Tidar. Sebagian pengikut Sabda Palon dari bangsa jin melarikan diri ke timur dan konon hingga sekarang menempati daerah Gunung Merapi yang masih dipercaya sebagian masyarakat sebagai wilayah yang angker.

Bahkan sebagian lagi anak buah Sabda Palon ada yang melarikan diri ke alas Roban, dan ke Gunung Srandil. Tombak sakti tersebut saat ini masih dijaga oleh masyarakat dan ditempatkan di Puncak Gunung Tidar dengan nama Makam Tombak Kiai Panjang. Dengan adanya tombak sakti itu, maka amanlah Gunung Tidar dari kekuasaan para jin dan makhluk halus.

Setelah kekuatan penghalang disingkirkan, penyebaran Islam oleh Wali Songo periode pertama menjadi lancar. Syekh Subakir menjadi sangat terkenal dan dikagumi di kalangan para pendekar, penganut ilmu gaib ketika itu.

Karena ketenarannya dan merasa didewakan di tanah Jawa, pada tahun 1462 Masehi, Syekh Subakir pulang ke Persia, Iran. Dia pulang ke Persia, agar masyarakat tidak memujanya dan kembali kepada tauhid yang benar.

Lagi pula, Syekh Subakir harus pulang karena tugasnya untuk membersihkan tanah Jawa dari pengaruh negatif makhluk halus telah selesai. Setelah wafat, posisi Syekh Subakir digantikan oleh Wali Songo lainnya yaitu Sunan Kalijaga.

Diramu dari berbagai sumber.
(don)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2060 seconds (0.1#10.140)