Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang Raih Sertifikat Greenship Building Kategori Gold
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang (SRG), salah satu bandara kelolaan PT Angkasa Pura I, berhasil meraih sertifikat Greenship Building kategori 'Gold' dari Green Building Council Indonesia (GBCI). Raihan ini menjadikan Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebagai bandara kedua di bawah pengelolaan Angkasa Pura I, sekaligus bandara kedua di Indonesia, yang berhasil meraih sertifikasi tersebut.
Sertifikat Greenship Building merupakan sertifikasi terhadap suatu bangunan dengan konsep penerapan prinsip lingkungan, termasuk di dalamnya dari proses desain bangunan, konstruksi, hingga pengoperasian dan pengelolaan bangunan. Kriteria tersebut ditujukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta agar suatu bangunan dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan ekologi.
"Pencapaian ini sekaligus memperkuat misi Angkasa Pura I dalam menghadirkan sarana dan prasarana perhubungan yang berkontribusi positif kepada lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kami merasa sangat bangga dengan raihan ini dan berharap Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dapat menjadi contoh bagi pembangunan bandara dengan konsep hijau dan ramah lingkungan untuk generasi Indonesia di masa mendatang," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Untuk meraih sertifikasi tersebut, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang telah melalui serangkaian penilaian serta diharuskan memenuhi persyaratan sehingga layak disebut sebagai green building. Penilaian dan persyaratan tersebut didasarkan pada beberapa aspek, seperti efisiensi dan penghematan energi (efficiency and conservation), penghematan air (water conservation), pengembangan lokasi gedung (appropriate site development), siklus dan sumber daya material (material resource and cycle), kenyamanan dan kesehatan gedung (indoor health comfort), dan pengelolaan lingkungan gedung (building environmental management).
Dalam kegiatan operasionalnya, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang didukung dengan berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, lift, dan travelator yang menggunakan fitur sleep mode, sanitair dengan fitur dual flush and auto faucet, serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan dapat mengoptimalkan efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal penumpang.
Atas berbagai upaya ini, Bandara Jenderal Ahmad Yani semarang telah berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 21,2% atau 138,11 kWh/m2/tahun, serta penghematan air hingga 51% untuk flushing toilet atau 133,27 m3/hari. Bandara yang berlokasi di ibukota Provinsi Jawa Tengah tersebut juga dilengkapi dengan ruang terbuka hijau seluas 21.647,5 m2 atau 12,35% dari total luas bandara.
"Penghematan ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp 2,86 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp 1.065,78/kWh, penghematan biaya air sebesar Rp 1,18 miliar per tahun dengan asumsi biaya air PDAM Rp 13.982 per meter kubik, serta mampu mengurangi emisi karbon hingga 2.394,37 ton per tahun," lanjut Faik Fahmi.
Bandara Jenderal Ahmad Yani, Bandara dengan Konsep Terminal Terapung Pertama di Indonesia yang Mengusung Konsep Eco-Green Airport
Dalam proses desain, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang mengusung konsep floating airport yang dipadukan dengan konsep eco-green airport, sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia. Bandara ini dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar merupakan tanah berair dengan konstruksi tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD). Hal inilah yang menjadikan bandara ini disebut sebagai bandara terapung.
Terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dibangun dengan mengadopsi konsep eco-airport di mana perencanaan, pengembangan, dan pengoperasian bandara bertujuan untuk menciptakan bandara yang ramah lingkungan, serta dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan. Melalui konsep eco-airport, diharapkan operasional bandara dapat meminimalisir dampak polusi, di antaranya polusi kebisingan (noise), getaran (vibration), udara (atmosphere), air (water), tanah (soil), sampah (solid waste), dan energi.
Sertifikat Greenship Building merupakan sertifikasi terhadap suatu bangunan dengan konsep penerapan prinsip lingkungan, termasuk di dalamnya dari proses desain bangunan, konstruksi, hingga pengoperasian dan pengelolaan bangunan. Kriteria tersebut ditujukan untuk mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan, serta agar suatu bangunan dapat memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan ekologi.
"Pencapaian ini sekaligus memperkuat misi Angkasa Pura I dalam menghadirkan sarana dan prasarana perhubungan yang berkontribusi positif kepada lingkungan hidup secara berkelanjutan. Kami merasa sangat bangga dengan raihan ini dan berharap Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dapat menjadi contoh bagi pembangunan bandara dengan konsep hijau dan ramah lingkungan untuk generasi Indonesia di masa mendatang," ujar Direktur Utama PT Angkasa Pura I Faik Fahmi.
Untuk meraih sertifikasi tersebut, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang telah melalui serangkaian penilaian serta diharuskan memenuhi persyaratan sehingga layak disebut sebagai green building. Penilaian dan persyaratan tersebut didasarkan pada beberapa aspek, seperti efisiensi dan penghematan energi (efficiency and conservation), penghematan air (water conservation), pengembangan lokasi gedung (appropriate site development), siklus dan sumber daya material (material resource and cycle), kenyamanan dan kesehatan gedung (indoor health comfort), dan pengelolaan lingkungan gedung (building environmental management).
Dalam kegiatan operasionalnya, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang didukung dengan berbagai perangkat utilitas yang mendukung konsep ramah lingkungan seperti penggunaan lampu LED, elevator, lift, dan travelator yang menggunakan fitur sleep mode, sanitair dengan fitur dual flush and auto faucet, serta penggunaan kaca bangunan Sunergy Green yang mampu merefleksikan sinar matahari dengan baik dan dapat mengoptimalkan efisiensi penggunaan pendingin ruangan di dalam area terminal penumpang.
Atas berbagai upaya ini, Bandara Jenderal Ahmad Yani semarang telah berhasil mencapai penghematan penggunaan listrik hingga 21,2% atau 138,11 kWh/m2/tahun, serta penghematan air hingga 51% untuk flushing toilet atau 133,27 m3/hari. Bandara yang berlokasi di ibukota Provinsi Jawa Tengah tersebut juga dilengkapi dengan ruang terbuka hijau seluas 21.647,5 m2 atau 12,35% dari total luas bandara.
"Penghematan ini setara dengan penghematan biaya listrik sebesar Rp 2,86 miliar per tahun dengan asumsi biaya listrik Rp 1.065,78/kWh, penghematan biaya air sebesar Rp 1,18 miliar per tahun dengan asumsi biaya air PDAM Rp 13.982 per meter kubik, serta mampu mengurangi emisi karbon hingga 2.394,37 ton per tahun," lanjut Faik Fahmi.
Bandara Jenderal Ahmad Yani, Bandara dengan Konsep Terminal Terapung Pertama di Indonesia yang Mengusung Konsep Eco-Green Airport
Dalam proses desain, Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang mengusung konsep floating airport yang dipadukan dengan konsep eco-green airport, sehingga menjadikan bandara ini sebagai bandara dengan terminal terapung pertama di Indonesia. Bandara ini dibangun di atas lahan lunak dan sebagian besar merupakan tanah berair dengan konstruksi tiang pancang dan metode prefabricated vertical drain (PVD). Hal inilah yang menjadikan bandara ini disebut sebagai bandara terapung.
Terminal baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang dibangun dengan mengadopsi konsep eco-airport di mana perencanaan, pengembangan, dan pengoperasian bandara bertujuan untuk menciptakan bandara yang ramah lingkungan, serta dapat berkontribusi positif terhadap lingkungan. Melalui konsep eco-airport, diharapkan operasional bandara dapat meminimalisir dampak polusi, di antaranya polusi kebisingan (noise), getaran (vibration), udara (atmosphere), air (water), tanah (soil), sampah (solid waste), dan energi.
(ars)