Cerita Basoeki Abdullah dan Misteri Lukisan Nyai Roro Kidul yang Diborong Bos Gudang Garam

Senin, 18 Juli 2022 - 07:30 WIB
loading...
Cerita Basoeki Abdullah dan Misteri Lukisan Nyai Roro Kidul yang Diborong Bos Gudang Garam
Pelukis Basoeki Abdullah saat memainkan jarinya di atas kamvas. Foto: Istimewa
A A A
Pelukis Basoeki Abdullah merupakan salah satu maestro perupa Indonesia yang banyak membuat lukisan bertema sosok Nyai Roro Kidul atau Nyai Loro Kidul.

Salah satu lukisan tentang sosok penguasa Pantai Selatan itu dibuat Basoeki Abdullah setelah dirinya menginap di Hotel Samudera Beach, di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.

Di pagi buta menjelang subuh, Basoeki Abdullah tiba-tiba keluar kamar, dan memilih berdiri mematung di garis pantai selatan. Sebagian tubuhnya masih diselubungi selimut hotel. Basoeki digerakkan suara perempuan misterius yang menyapanya “hallo”. Nalurinya menangkap sapaan pendek melalui saluran telepon itu sebagai isyarat.



Dalam buku Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan karya Agus Dermawan T, diceritakan bagaimana pandangan Basoeki Abdullah tidak bergeser dari debur ombak laut selatan. Di antara ombak dan gelombang yang menerjang silih berganti, ia menangkap sesuatu yang tak biasa. Sesuatu yang menyembul dari balik cakrawala yang berkabut.

“Nyai dan tujuh ekor kudanya,” kata Basoeki Abdullah seperti dikutip dari Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan. Pengalaman spiritual Basoeki Abdullah dengan sesuatu yang diyakini sebagai entitas ratu penguasa laut selatan bukan pertama kalinya, dan itu tidak lepas dari kehidupannya sebagai anak priyayi Jawa.

Raden Basoeki Abdullah lahir di Sriwedari Solo, 27 Februari 1915. Ia merupakan anak kedua dari lima bersaudara pasangan Raden Abdullah Suriosubroto dan Raden Ayu Sukarsih atau Raden Nganten Ngadisah. Ayah Basoeki dikenal sebagai pelukis naturalis yang namanya tercatat dalam sejarah seni lukis Indonesia.

Basoeki kerap menyebut ayahnya sebagai salah satu pelukis bumiputera menonjol pada abad ke-20 setelah Raden Saleh wafat (1880). Raden Abdullah Suriosubroto merupakan putra dokter Wahidin Sudirohusodo (1857-1917) dengan istri pertama yang bernama Freuiletau de Brtuyne alias Anna.

Sementara ibu Basoeki Abdullah berasal dari keluarga Kasunanan Solo. Perempuan ningrat yang menjadi istri kedua Raden Abdullah Suriosubroto itu tersohor sebagai seniman batik. Pada usia remaja, Basoeki Abdullah yang pindah ke Yogyakarta banyak bergaul di dalam lingkungan kraton. Salah satu teman mainnya yang sama-sama menyukai kesenian wayang, tembang dan musik gamelan, adalah Raden Mas Dorodjatun yang kelak dinobatkan menjadi Sultan Hamengkubuwono IX.



Pengalaman spiritual pertama Basoeki Abdullah terkait eksistensi Nyai Roro Kidul berlangsung tahun 1933, atau pada saat usianya menginjak 18 tahun. Ia tiba-tiba digerakkan suara perempuan misterius. Suara bisikan itu memaksanya mengayuh sepeda pancal Simplexnya sejauh 20 kilometer, untuk menuju kawasan Pantai Parangtritis.

Di Parangtritis Basoeki duduk bersila, bersemedi, dan berdoa. Ia memohon agar perjalanan hidupnya senantiasa diberi arahan yang jelas. Setelah beberapa jam di pantai, Basoeki kembali mendengar suara bisikan serupa agar segera kembali ke rumah, karena ada sesuatu yang menantinya. Tepat waktu subuh, ia sudah berada di kamarnya dan menemukan sepucuk surat di atas meja.

Sebuah surat pendek yang ditulis pamannya. Isinya meminta Basoeki Abdullah menyiapkan diri karena dirinya telah mendapat beasiswa untuk belajar melukis di Negeri Belanda. Beasiswa itu datang dari Catholic Mission atau Missi Katolik. Basoeki Abdullah mempercayai suara bisikan perempuan misterius itu datang dari Nyi Roro Kidul.

“Saya yakini, dia adalah Nyi Roro Kidul,” kata Basoeki Abdullah seperti dikutip dari Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan. Basoeki Abdullah memiliki pandangan sendiri tentang profil Nyi Roro Kidul. Menurutnya sosok mistis itu adalah wanita atau makhluk yang welas asih dan gemar menolong. Basoeki tak sependapat jika ada yang menyebut Nyai sebagai penguasa laut.

Baseoki Abdullah juga mempercayai Nyai Roro Kidul yang senantiasa muda dan cantik itu adalah saudara perempuan Raja Galuh yang meramalkan munculnya Kerajaan Mataram yang meliputi Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Begitu juga beberapa tahun kemudian usai menginap di Hotel Samudera Beach, di Pelabuhan Ratu, Jawa Barat.



Pengalamanan mistis, yakni ditelpon perempuan misterius, dan lantas berjalan menuju tepi pantai dan melihat sesuatu yang tak biasa, ia wujudkan ke dalam lukisan sosok Nyai Roro Kidul. Sepulang dari Pelabuhan Ratu, Basoeki Abdullah menyiapkan kanvas berukuran besar. Goresan kanvasnya membentuk sosok Nyai Roro Kidul yang tengah melesat keluar dari permukaan samudera.

Gestur rambut panjang Nyai dilukiskan tengah berkibar diterpa angin. Di atas rambut bertahta mahkota kerajaan. Basoeki Abdullah melukiskan pakaian Nyai Roro Kidul berwarna hijau gadung dengan hiasan sabuk emas berkilau-kilau. Di samping dan belakang sosok berparas cantik rupawan itu, Basoeki melukis tujuh kuda yang tampaknya selalu mengikuti. Wiwien, salah seorang staf Basoeki Abdullah mengikuti proses pembuatan lukisan dari awal hingga selesai.

Ia juga mengetahui bagaimana lukisan berukuran besar tersebut kemudian dibeli oleh perusahaan rokok Gudang Garam, Kediri. “Lukisan berukuran besar tersebut dibeli perusahaan rokok Gudang Garam, yang kemudian dipajang di kantor dengan penuh khidmat dan kehormatan,” demikian dikutip dari Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan.

Konon, Tjoa Ing Hwie alias Surya Wonowidjojo pendiri Pabrik Rokok Gudang Garam Kediri merupakan pengagum lukisan Basoeki Abdullah, terutama yang bertema Nyai Roro Kidul. Lukisan Nyai Roro Kidul dengan tujuh ekor kuda adalah pesanan terakhirnya sebelum meninggal dunia pada tahun 1985 di usia 62 tahun.

Pada kisaran menjelang tahun 1990-an, Basoeki Abdullah dan beberapa stafnya pernah berusaha menyambangi lukisan itu di kantor Gudang Garam di Kediri. Di ruangan itu sejumlah lukisan Basoeki Abdullah tengah dipajang. Puluhan lukisan Basoeki yang lain juga dikeluarkan dari tempat penyimpanan.

“Tetapi lukisan tentang Nyai (Nyai Roro Kidul dengan tujuh kuda) tetap tidak dikeluarkan,” tulis Agus Dermawan T dalam Basoeki Abdullah, Sang Hanoman Keloyongan.
(nic)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4025 seconds (0.1#10.140)